Makalah analisis Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik dalam Novel Orang-orang Proyek



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi seorang pengarang terhadap gejala-gejala sosial di lingkungan sekitarnya.Karya sastra diciptakan pengarangnya untuk menyampaikan sesuatu kepada penikmat karyanya.Sesuatu yang ingin disampaikan pengarang adalah perasaan yang dirasakan saat bersentuhan dengan kehidupan sekitarnya.
            Salah satu bentuk karya sastra yang membicarakan manusia dengan segala perilaku dan kepribadiannya dalam kehidupan adalah novel. Membaca karya fiksi berupa novel berarti kita menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasaan batin, memberikan kesadaran mengenai gambaran kehidupan dan belajar untuk menghadapi masalah yang mungkin  akan kita  mengenai gambaran  kehidupan  dan belajar  untuk menghadapi masalah yang mungkin akan kita alami.
Sebagai karya, novel merupakan hasil ungkapan, ide-ide, gagasan dan  pengalaman pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Sebagai karya imajiner, novel menawarkan berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan dan kemudian diungkapkan kembali melalui sarana sastra dengan pandangannya.
Dalam novel “Orang-Orang Proyek” karya Ahmad Tohari mengandung banyak pesan moral karena hasil imajinasi kejadian nyata dalam kehidupan manusia. Novel ini mengisahkan bagaimana terjadinya ketidakadilan, keserakahan, dan korupsi yang sangat melekat pada masa Orde Baru tahun 1991 dan memiliki keunikan tersendiri dimata penulis. Novel ini merupakan sebuah karya fiksi yang memiliki  berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Permasalahan ini merupakan kejadian nyata, namun dikembangkan dengan imajinasi pengarang dengan polesan sedemikian rupa.
Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.Dalam menuangkan imajinasinya yang berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan, pengarang juga memasukkan unsur hiburan, percintaan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia. Penyelesaian pengalaman kehidupan yang akan diceritakan tersebut, tentu saja bersifat subjektif.
Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya.Ia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya. Namun demikian, manusia hidup tidak lepas dari manusia lain. Pertemuan antarmanusia yang satu dengan manusia yang lain tidak jarang menimbulkan konflik, baik konflik antara individu, kelompok maupun anggota kelompok serta antara anggota kelompok yang satu dan anggotakelompok lain. Karena sangat kompleksnya, manusia juga sering mengalami konflik dalam dirinya atau konflik batin sebagai reaksi terhadap situasi sosial di lingkungannya. Dengan kata lain, manusia selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup. Manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya, tidak terlepas dari jiwa manusia itu sendiri.Jiwa di sini meliputi pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khalayak dan jiwa itu sendiri.
Kejadian atau peristiwa yang terdapat dalam karya sastra dihidupkan oleh tokoh-tokoh sebagai pemegang peran atau pelaku alur.Melalui perilaku tokoh-tokoh yang ditampilkan inilah seorang pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan problem-problem atau konflik-konflik yang dihadapinya, baik konflik dengan orang lain, konflik dengan lingkungan, maupun konflik dengan dirinya sendiri.
           
1.2  Jangkauan Masalah
Masalah dalam novel “Orang-orang Proyek” yaitu mengisahkan begitu kentalnya ketidak adilan, korupsi, keserakahan, pada proses pembangunan sebuah proyek jembatan disungai cibawor pada tahun 1991. Di mana, diwarnai sikap idealis dan kritis kabul yang menentang kasus korupsi yang dilakukan oleh atasannya. Selain itu, juga terdapat kisah romantisme percintaan antara Kabul dengan sekretarisnya Wati .
                       
1.3  Batasan Masalah
            Batasan masalah dalam analisis novel “Orang-Orang Proyek”yaitu pada bagian-bagian yang berperan penting dalam novel ini.Dalam hal ini penulis menggunakan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya saja.

1.4  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana unsur intrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”?
b.      Bagaimana unsur ekstrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”?
c.       Apa sajakah yang ditemukan dalam novel “Orang-orang Proyek”?



1.5  Tujuan
a.       Mendeskripsikan unsur intrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”.
b.      Mendeskripsikan unsure ekstrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”.
c.       Mendeskripsikan yang ditemukan dalam novel “Orang-orang Proyek”.

1.6  Manfaat
a.       Manfaat secara umum, analisis novel ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca maupun penulis makalah mengenai nilai struktural dan nilai sosial yang ada dalam novel “Orang-orang Proyek”.
b.      Manfaat secara khusus, makalah analisis novel ini merupakan media analisis penulis dalam memahami hubungan antara nilai struktural dan nilai sosial yang terdapat dalam novel “Orang-orang Proyek”.
c.       Secara teoritis, analisis ini diharapkan dapat memberikan sumbangasih pemahaman dan pemikiran bagi pengembangan ilmu sastra.

1.7  Definisi Istilah
a.       Struktural adalah cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi unsur dalam suatu karya sastra (cerpen, novel, roman dan sebagainya).
b.      Nilai sosial adalah nilai kemasyakarakatan yang dimiliki seorang individu mengenai kebijakan, suka menolong, toleransi dan lain-lain.
c.       Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.
d.      Unsur ekstrinsik adalah unsur yang mendukung karya sastra dari luar.

BAB II
LANDASAN TEORI

            Karya sastra merupakan sebuah karya yang memiliki nilai edukasi, etika, dan estetika.Karya sastra juga memiliki aspek yang sangat penting, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua aspek tersebut harus dipandang sama, tidak boleh meletakkan bahwa unsurintrinsik yang lebih penting dari unsur ekstrinsik begitu juga sebaliknya.
Analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu sendiri tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra tersebut, aspek ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya (Sugiarti,2007:25). Aspek intrinsik terdiri dari sebagai berikut:
1.      Tema
Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita yang terbentuk dalam sejumlah ide, tendens, motif, atau amanat yang sama, yang tidak bertentangan satu dengan yang lainnya (Sugiarti,2007:37).

2.      Setting atau Latar
Setting merupakan tempat terjadinya peristiwa baik yang berupa fisik, unsure tempat, waktu dan ruang ataupun peristiwa cerita (Sugiarti, 2007:55)
3.      Alur atau Plot
Alur merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung dalam sebuah cerita atau dapat dikatakan sebagai suatu jalur lintasan urutan peristiwa yang berangkai sehingga menghasilkan suatu cerita (Sugiarti, 2007: 62).
4.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca.
5.      Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan hubungan antara tempat atau posisi pencerita dan bagaimana visinya terhadap cerita yang dikisahkan (Sugiarti, 2007: 105).
6.      Tokoh
Tokoh merupakan pelaku cerita yang memerankan orang-orang yang ada dalam cerita.
7.      Perwatakan
Perwatakan merupakan pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita (Sugiarti, 2007: 94).
     
            Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri (Sugiarti, 2007: 22).Aspek ekstrinsik terdiri dari aspek sosial, budaya, ekonomi, agama, maupun pendidikan.

 BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Metode yang Digunakan
            Metode yang digunakan penulis dalam analisis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu:
a.       Reduksi Data
            Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.
b.      Penyajian Data
            Penyajian data adalah penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis.
c.       Kesimpulan
            Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari analisa. Dengan adanya kesimpulan peneliti akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau maksimal.

3.2  Pendekatan yang Digunakan
            Dalam hal ini, penulis menggunakan pendekatan strukturalisme sastra.Di mana, penulis menganalisa tentang unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari.

3.3  Data dan Sumber Data
            Adapun data dalam penelitian ini adalah data yang berwujud kata, frase,ungkapan, dan kalimat yang terdapat dalam novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari.  Sumber data primer, yaitu  novel “Orang-orang Proyek “ karya Ahmad Tohari. Sedangkan, sumber data sekunder berupa data-data yang bersumber dari buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
3.4Teknik Pengumpulan Data
            Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pustaka, simak, dan catat.Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data.Teknik simak dan catat, yakni peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yaitu karya sastra yang berupa novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari.Hasil penyimakan itu dicatat sebagai data.Dalam data yang dicatat tersebut disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data.

3.5  Teknik Analisis Data
            Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan secara terus-menerus.Pertama-tama, penulis membaca secara intens dari awal hingga akhir untuk menemukan data-data yang dibutuhkan, seperti latar, alur, penokohan dan tokoh, serta tema.Kemudian, penulis menginterpretasikan data tersebut dengan menautkan nilai-nilai sosial yang sudah ditemukan.Pada tahap akhir, penulis menyimpulkan dari data-data yang diperoleh.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Unsur Intrinsik dalam Novel “Orang-orang Proyek”
a.      Tokoh
1)      Tokoh Utama: Kabul
Bukti yang menunjukkan bahwa tokoh Kabul merupakan tokoh utama yaitu karena Kabul merupakan tokoh yang sering muncul. Walaupun dalam awal narasi cerita Pak Tarya yang pertama muncul dimana sedang bermain suling dipinggir sungai Cibawor, tapi disetiap bagian dalam novel tersebut tokoh ini  selalu berdialog dengan tokoh-tokoh yang ada.

Pada saat ini menunjukkan dimana tokoh Kabul dimunculkan pada awal dialog, yang mengindikasikan tokoh Kabul adalah tokoh utama.
“Wah, bagus sekali.Tak tahunya Pak Tarya pandai main suling?”(Orang-orang Proyek, 2007: 8)
Cupklikan dari dialog antara Kabul dan Pak Tarya ini menceritakan bagaimana awal Kabul mendengarkan suara suling seorang pak tua yaitu Pak Tarya yang merdu, dan membuat Kabul terasa senang dan sejuk hatinya, sehingga Kabul memuji dengan ucapan “Wah, bagus sekali….”

Pada saat ini Kabul sebagai tokoh utama selalu berada dalam semua situasi dalam cerita, dan ini juga mengindikasikan juga kalau tokoh Kabul merupakan tokoh utama.
“Eh Kades,” keluh Kabul.“Sayur asemnya bukan main.Ayo, santap dulu sebelum dingin.hargailah prestasi istrimu. Khotbahmu bisa dilanjutkan lain waktu.”
(Orang-orang proyek, 2007: 40)

Pada saat ini tokoh Kabul mengalami konflik-konflik yang mengindikasikan juga bahwa ia adalah tokoh utama.
“Maaf, Wat, aku memutuskan berhenti karena prinsip yang harus ku bela. Aku harus pergi, namun aku minta kamu tetap bekerja sampai proyek ini selesai.Atau dianggap selesai menjelang HUT GLM, kira-kira sebulan lagi.” (Orang-orang Proyek, 2007: 201)
Pada bagian ini menceritakan, dimana Kabul memberitahukan kepada Wati, bahwa ia tidak bisa bekerja lagi sampai proyek ini selesai. Dan disini Wati merasakan gejolak hatinya tersakiti, karena Kabul dengan begitu saja pergi darinya.

2)      Tokoh Sentral: Wati
Hal ini dikarenakan Wati menjadi pusat perhatian semua tokoh dan dibicarakan oleh semua tokoh, yang dibuktikan dengan kutipan berikut:

“Atau menerima Wati juga tidak salah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 24).
Kutipan tersebut merupakan narasi bahwa Kabul merasa senang dengan kehadiran Wati karena dapat menjadi penyeimbang di proyek pembangunan jembatan yang didominasi oleh lelaki. Kabul juga merasa, bahwa Wati memang teman kerja yang patut diandalkan dan tepat untuk ia pertahankan.

“Memang, Pak Insinyur. Tapi yah, yang namanya manusia. Dan andaikata aku jadi Wati, jangan-jangan aku pun akan berbuat sama.” (Orang-orang Proyek, 2007: 47).
Kutipan tersebut merupakan potongan kutipan antara Mak Sumeh dan Kabul saat membicarakan Wati.Dimana Mak Sumah meyakinkan hati Kabul, bahwa Wati benar-benar menyukainya. Disini hati Kabul merasa bingung, dan tidak apa yang harus dilakukannya lagi.

“Tapi nak Wati kelihatan tak bergairah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 77).
Kutipan ini merupakan pembicaraan istri Pak Tarya ketika Wati dan Kabul makan bersama di rumah mereka, yang menunjukkan bahwa terlihatnya suasana hati Wati yang tidak bergairah.Karena perasaannya yang begitu besar, tidak pernah direspon oleh Kabul. Sehingga ia bungkam seribu bahasa.







3)      Tokoh Pembantu: Pak Tarya, Basar, Mak Sumeh, Tante Ana, Dalkijo, Kang Martasatang, Wircumplung, Baldun, Aminah, Biyung dan Yos
a)      Pak Tarya:
“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mancing…” (Orang-orang Proyek, 2007: 8)
Kutipan tersebut merupakan cuplikan percakapan Pak Tarya dengan Kabul pada saat mereka berdialog.Dalam hal ini, Pak Tarya sedang memperbincangkan status sosial antara Kabul yang sebagai insinyur dan dirinya yang hanya sebagai tukang mancing dan pemain suling.

“Kan Zaman sudah edan, Mas.Pilihan kita hanya dua.Ikut edan atau jadi korban keedanan.” (Orang-orang Proyek, 2007: 69)
Kutipan tersebut merupakan cuplikan Pak Tarya dengan Kabul, yang dimana Pak Tarya kecewa dengan keadaan republik ini yang edan, baik dari pejabat, maupun orang-orang proyek itu sendiri. Sehingga Pak Tarya mencurahkan isi hatinya kepada Kabul, dimana zaman yang edan berubah menjadi sangat dan jauh lebih edan.

b)      Basar (Kades):
“Sekali lagi, ini bahasa ekstrem. Semua hal yang dimaksud termasuk lima rukun dalam agama kita, bila pengamalan kelimanya tidak menjadi bagian internal, tidak menghasilkan proses penyempurnaan akhlak atau budi luhur.” (Orang-orang Proyek, 2007: 40)
Dimana dalam kutipan ini tokoh Kabul, Pak Tarya dan Basar sedang berbincang mengenai masalah religi yang dikaitkan dengan bagaimana keadaan system pendidikan yang ada.Sehingga masalah kurangnya akhlak atau budi luhur yang dimasyarakat bisa disempurnakan.

c)      Mak Sumeh:
“Eh, Pak Insinyur. Masa Iya, diminta makan bareng saja tak mau,” sela Mak Sumeh langsung memanggil Sonah agar menyiapkan hidangan (Orang-orang Proyek. 2007: 54).
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Mak Sumeh menyuruh Kabul agar mau diajak makan bersama Wati. Dalam hal ini, Mak Sumeh bisa dikatakan mak comblang dalam proses kedekatan antara Wati dan Kabul.



d)     Tante Ana:
“….Maka malam mini Kabul menyilakan Tante Ana mbarang sepuasnya dihalaman kantor proyek…”(Orang-orang Proyek. 2007: 58).
Dari cuplikan narasi tersebut, dapat dilihat bahwa Tante Ana hanyalah pengamen banci yang biasanya menghibur para pekerja proyek. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling disenangi oleh pekerja proyek, sebagaimana ia disanjung, dipuji dan orang-orang tidak pernah mengejeknya.

e)      Dalkijo:
“Ya.Keputusan itu ku ambil tadi malam setelah aku berbicara dengan pemilik proyek, tokoh-tokoh partai, dan khususnya jajaran GLM.Mereka telah setuju kebijakan yang ku ambil.Dan itu pula keputusan yang ku bawa saat ini.” (Orang-orang Proyek, 2007: 198)
Dari cuplikan narasi ini, dimana Dalkijo menghasut Kabul untuk menggunakan pasir yang tidak bermutu, dan semua bahan bangunan yang tidak sesuai standar pembangunan.Disini juga menunjukkan penggambaran bagaimana tokoh Dalkijo yang serakah, tidak mau berbagi, ingin menang sendiri, egois dan lain-lain.

f)       Kang Martasatang:
“Pak Kabul, saya ingin sampeyan menjawab pertanyaan saya. Sebenarnya, ada kegiatan apa di proyek ini pada malam selasa kemarin?” (Orang-orang Proyek, 2007: 128)
Dari kutipan ini, dimana Kang Martasatang menemui Kabul dengan wajah dan bahasa yang kaku, dan menuduh Kabul menjadikan anaknya Sawin sebagai tumbal pembanguan jembatan.Disni terlihat jelas, bawha masyarakat masih menganut animisme atau hal-hal yang mistik. Sehingga apa bila terjadi kejanggalan sedikit saja dilingkungan mereka, langsung dinyatakan bahwa itu adalah hal-hal yang ghoib.

g)      Biyung:
“….terasa betul Biyung tetap memandangnya sebagai anak yang masih kanak-kanak….” (Orang-orang Proyek. 2007: 207).
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Biyung merupakan ibu dari Kabul yang munculnya hanya sekilas dan mendukung tokoh pertama, yaitu Kabul. Dimana tokoh biyung ini merupakan tokoh yang paling berjasa buat tokoh utama (Kabul), dan sampai Kabul dewasa, ia masih memandang tokoh Kabul sebagai anak yang masih kanak-kanak.

b.      Tema
Tema dalam novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari, yaitu mengenai maraknya korupsi dan ketidak adilan yang dilakukan oleh para pejabat partai politik maupun non partai politik dalam pembangunan proyek jembatan.Dan mengindikasikan bahwa orang-orang yang berkecimpung dalam proyek itu identik dengan keserakahan, meraih keuntungan pribadi, tanpa memikirkan kualitas dari proyeknya tersebut.

c.       Alur
Alur yang ada dalam novel “Orang-orang Proyek”, yaitu alur maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:
1)      Pelukisan Awal Cerita
Pelukisan awal cerita dalam novel ini didahului oleh narasi yang menceritakan tentang kondisi sungai Cibawor. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Pagi ini Sungai Cibawor kelihatan letih. Tiga hari yang lalu hujan deras di hulu membuat sungai ini banjir besar….” (Orang-orang Proyek. 2007: 5).
Pada saat ini, dimana penulis menggambarkan keadaan sungai Cibawor yang kotor dan penuh sampah, sehingga membuat sering terjadi banjir.

Ucapan kagum Kabul atas tiupan suling merdu Pak Tarya ketika mereka pertama kali bertemu di sekitar Sungai Cibawor. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
“ Wah, bagus sekali. Tak tahunya Pak Tarya pandai main seruling?” (Orang-orang Proyek,2007: 8).

Obrolan Kabul dengan Mak Sumeh di warung Mak Sumeh mengenai Wati skretaris Kabul. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“…Jadi percaya sajalah, Wati memang suka sama Pak Insinyur…” (Orang-orang Proyek, 2007: 46).
Dibagian ini Mak Sumeh mencoba meyakinkan Kabul kalau Wati memang suka padanya, dan Mak Sumeh merupakan salah satu tokoh yang menghiasi warna-warni cerita cinta Kabul dan Wati.



Obrolan Kabul dengan Wati untuk berterimakasih, namun terkesan malu-malu. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Wat, terima kasih atas kebaikanmu kemarin,” ujar Kabul (Orang-orang Proyek, 2007: 48).
Disini Kabul bertemu dengan Wati dan mengucapkan rasa terimakasihnya, dengan sikap yang malu-malu.

2)      Titik awal Pertikaian
Awal pertikaian ditunjukkan oleh percakapan antara Kabul dan Dalkijo.Di mana mereka saling berdebap pendapat. Dalkijo menghendaki untuk melakukan korupsi atas proyek pembuatan jembatan, sedangkan Kabul tidak setuju akan hal tersebut. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Yah, berapa kali harus saya katakan, seperti proyek yang kita kerjakan sebelum ini, semuanya selalu bermula dari permainan…” (Orang-orang Proyek. 2007: 27).

Hal ini juga dipertegas oleh keluhan Kabul atas kondisi jembatan yang memakan anggaran semakin membengkak, padahal pembangunannya belum selesai total.
“….Kabul mengeluh atas tingginya angka kebocoran yang berarti tambahan cukup besar yang harus dipikul oleh anggaran proyek.” (Orang-orang Proyek. 2007: 26).

Selain itu, keberanian Mak Sumeh untuk menyatakan kepada Kabul bahwa Wati menyukai Kabul. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Anu.Tapi sebelumnya aku minta maaf. Apa Pak Insinyur belum tahu Wati…anu…suka sama Pak Insinyur?” (Orang-orang Proyek. 2007: 46).

3)      Titik Puncak Cerita
Titik puncak cerita didukung oleh perkataan Mak Sumeh yang memojokkan Kabul sehingga Kabul tersenyum samar. Hal ini dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Pak Insinyur tahu, kepergian berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian orang?Soalnya, Pak Insinyur berdua dengan Wati naik sepeda motor. Dan cara Wati menempel di punggung Pak Insinyur itu…wah.” (Orang-orang Proyek, 2007: 46)
Pada bagian ini Mak Sumeh menyampaikan kalau Kabul dengan Wati sedang diperbincangkan oleh orang banyak.Mak Sumeh menceritakan kalau pada saat mereka berdua naik motor, orang-orang menganggap bahwa Kabul dan Wati sudah beropacara, sehingga membuat heboh orang-orang dilungkungan proyek.

Puncak permasalahan juga dilakukan Martasatang yang menuduh Kabul telah menjadikan anaknya tumbal dalam pengecoran jembatan. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Anak saya, Sawin, hilang karena telah dijadikan tumbal proyek ini dan jasadnya ikut dicor jadi bagian tiang jembatan. Sekarang jawab: Iya apa tidak?” (Orang-orang Proyek, 2007: 129).
Disini terlihat jelas, begitu tingginya kadar animisme masyarakat, yang masih percaya dengan hal-hal yang diluar akal atau ghoip, dan percaya kalau anaknya Sawin dijadikan tumbal pada pembangunan jembatan.

Adanya pemaksaan yang dilakukan Dalkijo untuk tetap menggunakan besi bekas membuat Kabul mengancam untuk mengundurkan diri karena khawatir akan kondisi jembatan.
“Ya, saya tahu.Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas itu.Bila dipanaskan, lebih baik saya mengundurkan diri.” (Orang-orang Proyek. 2007:182).

4)      Resolusi
Resolusi dalam novel ini yaitu dimulai pada saat Kabul merasa tidak tahan dengan sikap keserahan dan kekonyolan atasannya Dalkijo dan tidak ingin tdrlalu lama terlibat dalam korupsi yang dilakukan Dalkijo, akhirnya Kabul memilih keluar dari proyek tersebut.
“Maaf Pak. Keputusan saya tak bisa ditarik lagi.Saya keluar!” (Orang-orang Proyek. 2007: 200).
Karena pada saat ini, Kabul merasa bahwa dengan keluar dari pekerjaannya itu, ia terbebas dari tindak kecurangan yang dilakukan oleh atasannya Dalkijo.

Ketika Kabul keluar dari proyek, Wati merengut agar Kabul memikirkan kedua kali keputusannya itu. Saat itu Wati sangat kecewa, namun ia berjanji akan tetap menghubungi Wati. Beberapa waktu kemudian mereka berpacaran dan Wati diajak Kabul menemui Biyungnya karena mereka telah resmi pacaran.
“Kapan-kapan Wati kujemput, dan kuajak menemui Biyung, emakku.Kamu mau, Wat?” (Orang-orang Proyek. 2007:202).

5)      Keputusan
Pada akhirnya, Kabul memutuskan keluar dari proyek jembatan sungai cibawor dania istirahat sebentar dari hiruk-pikuk proyek di rumah Biyungnya. Selain itu, ia juga sebenarnya ingin kembali ke kampus. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Sebenarnya aku ingin kembali ke kampus, sebab bekerja di lapangan ternyata berat buatku.Tapi entahlah bila aku bekerja di proyek milik swasta.” (Orang-orang Proyek. 2007: 201).

d.     
Penokohan
Mengenai sifat-sifat tokoh yang ada dalam novel, yaitu sebagai berikut:
1)      Tokoh Utama: Kabulsifatnya kritis, idealis, optimis, dan perhatian.
Sifat idealis Kabul ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Pak Dalkijo, saya ingatkan ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1990, pemborong wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa dimanfaatkan          setidaknya selama sepuluh tahun.” (Orang-orang Proyek, 2007: 182).
Dimana disini Kabul menasehati Dalkijo atasannya, bahwa dalam membangun sebuah bangunan itu harus memikirkan bagaimana kualitasnya nanti, apakah bisa dirasakan untuk sekian tahun atau tidak.

Sedangkan, sifat Kabul yang optimis ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“…Aku masih punya keinginan kuat menyelesaikan proyek ini dengan mutu yang bisa dipertanggungjawabkan….” (Orang-orang Proyek, 2007:158).
Disini tokoh Kabul menunjukkan partisipasinya untuk membangun jembatan dengan baik, dengan mutu kualitas tertinggi, dan ia optimis bahwa ia bisa untuk melakukannya.
Sifat perhatian Kabul ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Kamu sudah benar-benar sembuhkan, Wat?” (Orang-orang Proyek, 2007: 150).

2)      Tokoh Sentral: Wati, sifatnya perhatian dan cengeng.
Sifatnya yang perhatian ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Makan siang yuk. Mas sudah lapar, kan? Eh, nanti dulu. Aku punya ini untukMas.Enak.Manis sekali.” (Orang-orang Proyek, 2007: 97).
Disini Wati menunjukkan sikap ramah dan perhatiannya terhadap Kabul, dengan mengajaknya makan bersama, dan memberikan makanan yang dibawa dari rumahnya.

Sifatnya yang cengeng ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Baik, Mas.” Akhirnya, mata Wati menyala (Orang-orang Proyek, 2007: 99).
Pada saat ini, dimana penggambaran sikap cengengnya, dimana Wati tidak terima kalau Kabul meninggalkannya.Akhirnya yang terjadi, air mata Wati turun dan berkaca-kaca.

3)      Tokoh Pembantu.
a)      Pak Tarya: sifatnya rendah diri, humoris dan baik.
Sifat Pak Tarya yang rendah diri ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mincing dan Pak Insinyur, pelaksana pembangunan jembatan. Kok Pak Insinyur mau ngumpul dengan saya di tempat yang kurang pantas ini?” (Orang-orang Proyek, 2007: 8).
Dari cuplikan dialog ini, menunjukkan tokoh Pak Tarya, yang sopan, humoris, baik dan bergaul dengan siapa aja yang menurutnya baik.

Sifat humoris ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Jadi dalam soal mincing, insinyur bisa kalah dari saya.; iya kan?” (Orang-orang Proyek, 2007: 20).
Disini Pak Tarya bercanda gurau dengan Kabul, dimana Pak Tarya membawa-bawa hobbinya memancang kedalam perbincangan mereka.Sehingga gelak tawa tidak bisa dihindarkan lagi.

Kebaikan Pak Tarya ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Karena Mas Kabul mau makan pagi di sini, istri saya sengaja menanak nasi khusus dari beras rajalele…” (Orang-orang Proyek, 2007: 77).
Disini pak Taya menunjukkan sikap baiknya, dimana ia menyeduhkan nasi yang seadanya ia punya yang diberikan kepada para tamunya.

b)      Dalkijo, sifatnya serakah dan pendendam.
Keserakahan Dalkijo ditunjukkan oleh kutipan berikut ini:
“Makanya, Dik Kabul, lebih baik bersikap seperti saya sajalah. Ikuti langgam serta permaianan yang ada dan sabetlah keuntungan.Bila perlu kita jadi koboi.He-he.” (Orang-orang Proyek, 2007: 27).
Pada cuplikan dialog ini, kita bisa melihat bagaimana akal busuk dari Dalkijo, yang mencoba menghasut Kabul agar mengikuti kemauannya.
Sifat pendendam yang dimiliki Dalkijo ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Baik!Tapi jangan salahkan aku bila Dik Kabul harus menghadapi interogasi aparat keamanan.Dan ini, Dik Kabul. Idealisme tidak akan membuatmu jadi pahlawan. Kecuali Donkisot!” (Orang-orang Proyek, 2007: 200).
Pada saat ini, Dalkijo memarahi Kabul karena terus membangkan apa yang telah diperintahkannya. Sehingga ia menunjukkan sifat-sifat jeleknya.

e.       Setting
1)      Setting tempat
a)      Sungai: “…Tapi sampai di pinggir kali ini ternyata air masih keruh…” (Orang-orang Proyek, 2007: 8).
Disini dijelaskan bagaimana suasana tempat pada sungai Cibawor yang kotor dan keadaan air yang keruh, dan menimbulkan ketidak nyamanan orang yang melihatnya.
b)      Warung Mak Sumeh: “Kabul masuk warung Mak Sumeh, menarik kursi sambil minta minuman kesukaannnya…” (Orang-orang Proyek. 2007: 95).
Pada cuplikan ini, Kabul masuk warung Mak Sumeh dengan langsung mengambil minuman kesukaannya.
c)      Rumah Pak Tarya: “…Kamu mimpi apa tadi malam, Bu, kok sekarang kita menerima tamu orang penting?...” (Orang-orang Proyek. 2007: 77).
Pada cuplikan ini, dimana pak Tarya berdialog dengan istrinya bahwa ada tamu penting yang datang kerumahnya.
d)     Rumah Wati: “Di pintu Kabul disambut oleh ibu Wati…” (Orang-orang Proyek. 2007: 116).
Pada cuplikan ini, menunjukkan suasana di rumah Wati, dimana Kabul mengunjungi Wati yang tengah dirundung sakit.
e)      Kantor proyek: “Kula nuwun!” ujar Kang Martasatang di depan pintu kantor proyek…” (Orang-orang Proyek. 2007: 128).







2)      Setting waktu
a)      Malam hari
“…mala mini Tante Ana muncul di proyek…” (Orang-orang Proyek. 2007: 58).
“Padahal udara malam kemarau terasa dingin dan kering…”
(Orang-orang Proyek. 2007: 61).

“Selarut ini Pak Tarya mau mincing?” (Orang-orang Proyek. 2007: 62).
“Malam ini Basar, kades, menerima tiga tamu lelaki…”
(Orang-orang Proyek. 2007: 79).

b)      Pagi hari
“…Basar hamper terlambat Salat Subuh karena bangun kesiangan…”
(Orang-orang Proyek. 2007: 89).
c)      Siang hari
“…Bila sudah panas, berteduh dulu” (Orang-orang Proyek. 2007: 95).
“Makan siang yuk. Mas sudah lapar, kan?...” (Orang-orang Proyek. 2007: 97).
d)     Malam minggu
“Namun setidaknya Kabul bisa menahan diri ketika malam minggu kemarin Wati mengajaknya nonton film ke kota.” (Orang-orang Proyek. 2007: 99).
e)      Sore hari
“Tapi, tadi sore Wircumplung datang lagi…” (Orang-orang Proyek. 2007: 121).
“Namun ketika pergi memancing sore ini Pak Tarya tidak singgah ke warung Mak Sumeh…” (Orang-orang Proyek. 2007: 17).

3)      Setting suasana
a)      Sepi, dibuktikan dengan kutipan narasi berikut:
“Sepi. Sehingga terdengar desis air yang menembus celah-celah batu tempat Kabul dan Pak Tarya duduk..” (Orang-orang Proyek. 2007: 11).
“…Jawabannya ada di warung Mak Sumeh dan warung-warung lain yang sepi..” (Orang-orang Proyek. 2007: 101).
b)      Rindang, dibuktikan dengan kutipan berikut:
“Sekali lagi batu-batu besar di pinggir Cibawor yang dipayungi kerindangan pohon mbulu...” (Orang-orang Proyek. 2007: 17).
c)      Gelisah, dibuktikan dengan kutipan berikut ini:
“Kegelisahan.Rasanya sampeyan mulai tidak kerasan di proyek ini?” (Orang-orang Proyek. 2007: 78).
d)     Emosi, keadaan ini ditunjukkan oleh beberapa kutipan berikut:
“Kegaduhan itu mengundang para pekerja datang. Cak Mun, Kang Acep, Bejo, semua datang. Mereka membujuk Kang Martasatang dan Wircumplung menghentikan amukan” (Orang-orang Proyek. 2007: 129).

“Dalkijo menarik kedua kakinya dari atas meja dan membantingnya ke lantai…” (Orang-orang Proyek. 2007: 200).

f.       Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandang orang ketiga maha tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam novel tersebut, di mana seakan-akan pengarang begitu mengerti mengenai perasaan yang dialami tokoh dalam cerita.

“Kabul menyalami Pak Tarya dengan kata-kata singkat namun disertai perasaan yang dalam dan berat…” (Orang-orang Proyek. 2007: 215).
“Bagi Pak Tarya impotensi ternyata bisa juga dinikmati..” (Orang-orang Proyek. 2007: 17).

g.      Gaya Bahasa
1)      Gaya simbolik
“Lelaki itu telah lama menjadikan kerindangan pohon mbulu di tepi Sungai Cibawor…”(Orang-orang Proyek. 2007: 6).
Cuplikan ini menandakan sungai Cibawor dengan pepohonannya yang rindang.
“…Basar mengangguk tanda mengerti..”(Orang-orang proyek. 2007: 102).
Dari cuplikan ini menggambarkan dimana Basar mengangguk pada saat mereka berbincang, ini menandakan bahwa Basar tekah mengerti.

2)      Gaya Personifikasi
“…pemancing tua itu merasa dirinya benar-benar hadir dan ikut berdenyut dengan alam di sekitarnya…” (Orang-orang Proyek. 2007: 6).
“Ketika ujung-ujung ranting yang menggantung itu mulai bergoyang oleh sentuhan angin…” (Orang-orang Proyek. 2007: 7).

3)      Gaya hiperbola
Dibawah ini akan dipaparkan cuplikan dari novel yang mengandung gaya hiperbola yaitu sebagai berikut:
“Mungkin karena benar-benar larut dalam perjalanan batin yang sangat mengasyikan, dia tak menyadari ada orang lain hadir hanya beberapa langkahdi sampingnya” (Orang-orang Proyek. 2007: 9).
“…Mata kedua tamunya sudah tampak berkobar…” (Orang-orang Proyek. 2007: 129).
“…hatinya serasa tertusuk…” (Orang-orang Proyek. 2007: 11).

4)      Gaya antiklimak
“…Bersamaan dengan tarikan napasnya yang kian melambat, matanya pun mulai terpejam. Lelaki tua itu tertidur sambil duduk” (Orang-orang Proyek. 2007: 123).

4.2  Unsur Ekstrinsik dalam Novel “Orang-orang Proyek”
a.       Sosial
“Negeri ini dihuni oleh masyarakat korup, terutama dikalangan birokrat sipil maupun militer, juga orang awamnya.Malah Kabul melihat jenis korupsi baru yang tersamar namun bisa sangat parah akibat yang ditimbulkannya. Yakni korupsi melalui manipulasi gelar kesarjanaan” (Orang-orang Proyek. 2007: 53)
Dalam kutipan narasi ini terlihat bahwa dimana nilai-nilai sosial tidak ada lagi dilubuk hati para pejabat, yang serakah tidak memikirkan keadaan rakyatnya yang payah.Kutipan ini juga mengindikasikan kentalnya korupsi yang ada dimasyarakat.

b.      Budaya
“Tiba-tiba kecrek berhenti.Semua ikut berhenti.Bejo, Karpan, Kasimin bersungut karena harus menghabisi joget ketika semangat mereka masih penuh” (Orang-orang Proyek. 2007: 59).
Disini menunjukkan budaya masyarakat Indonesia, membuang kepenatan dalam kerjanya dengan kebersamaan dan berjoget ria.

“….DPRD sering dicap hanya menjadi tukang setempel atau aksesori Pemerintah Orde Baru. Rakyat jadi pemilih sangat naif yang hanya dipinjam namanya.Keterwakilan mereka di lembaga legislatif sangat rendah.Amanat rakyat pemilih kurang tersalur dan lebih banyak menjadi bahan retorika para politikus.”
Dari cuplikan ini, dimana suatu budaya negatif yang dimana korupsi, keserakahan, dan ketidak adilan itu adalah hal biasa, dan tidak aneh lagi dimata masyarakat.
c.       Agama
“Yah, kita telah disadarkan bahwa ternyata kadar animisme ditengah masyarakat kita masih lumayan tinggi. Dengarkan, Mas Kabul, orang sini percaya misalnya, mayat yang hanyut disungai bisa mencegah klongsoran tebing.”
Dari cuplikan dialog Pak Tarya dengan Kabul ini, menggambarkan bahwa masyarakat dulu sampai sekarang kadar animismenya sangat tinggi, sehingga apa bila ada hal-hal yang sedikit berbeda dengan biasanya, pasti dikaitkan langsung dengan sesuatu yang mistis.
d.      Ekonomi
“Pak Insinyur, bila ada proyek baru, ajaklah aku. Aku senang buka warung di proyek yang dipimpin Pak Insinyur” (Orang-orang Proyek. 2007: 215).
Disini menggambarkan bahwa pak Tarya membutuhkan pekerjaan, untuk membiayai anak dan istrinya. Sehingga ia menanyakan lowongan perkjaan kepada Kabul.

4.3  Temuan yang didapatkan dalam Novel “Orang-orang Proyek”
a.       Disini penulis menemukan bahwa, orang proyek identik dengan kecurangan, korupsi, kesrakahan. Terkadang bahan dari proyek itu yang berkualitas rendah dan bisa dibilang tidak pantas untuk dijadikan sebuah bangunan.
b.      Pungutan liar terjadi dan dijadikan budaya.
c.       DPR/DPRD sering dicap hanya menjadi tukang setempel atau aksesori Pemerintah Orde Baru. Rakyat jadi pemilih sangat naif yang hanya dipinjam namanya. Keterwakilan mereka di lembaga legislatif sangat rendah. Amanat rakyat pemilih kurang tersalur dan lebih banyak menjadi bahan retorika para politikus.
d.      Selain itu, penulis juga menemukan bahwa Animisme atau kepercayaan kepada ilmu ghaib masih tetap melekat di kalangan masyarakat.



BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
            Sebuah karya fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya, yang sangat menarik untuk dianalisis, yaitu dengan analisis aspek intrinsik dan ekstrinsik.
            Analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu sendiri tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra tersebut, aspek ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya (Sugiarti,2007:25).Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri (Sufiarti, 2007: 22).

Saran
            Semoga apa yang dianalisis oleh penulis melalui novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari ini bisa bermanfaat dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, dan dapat digunakan sebagai referensi maupun contoh untuk menganalisis novel lainnya.


DAFTAR PUSTAKA
Anisa.Menganalisis unsure-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

Nuzulia Dian.Strukturalisme.(Online)
Sugiarti. 2002. Pengantar dan Pengkajian Prosa Fiksi. Malang: UMM Press.

           

Komentar

Unknown mengatakan…
thanks ya..sangat bermanfaat sekali buat kuliah sy... ^_^
Unknown mengatakan…
cb sya minta analisis cerpen rasa & segelas air untuk guruku
Anonim mengatakan…
(orang-orang proyek: 2007: 182) di sini 182 nya itu apa ya?
Anonim mengatakan…
"kutipan..."(orang-orang proyek, 2007: 182) nah 182 di sini itu apa ya? saya cek no. halaman 182 tetapi tidak ada kutipannya.
Adisan Jaya mengatakan…
maksudnya kutipan yang saya ambil di dalam novel
Yolanda Naomi Pardede mengatakan…
Terimakasih atas ilmunya, sangat bermanfaat bagi perkuliahan saya. Saya mohon izin copas beberapa.

Postingan populer dari blog ini

Makalah Mengkaji Puisi “Membaca Tanda-Tanda”

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

Makalah Analisis Citraan dalam Puisi WS Rendra