Makalah Pengaruh Bahasa Kotor (Jorok) Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia 4 Tahun
A.
PENGANTAR
Bahasa merupakan salah satu media yang digunakan manusia
dalam berkomunikasi. Manusia tidak akan lepas dari proses penggunaan bahasa
dalam kehidupannya sehari-hari. Bahasa digunakan dalam setiap lini kehidupan
untuk mempermudah proses berkomunikasi. Penggunaan bahasa tidak mengenal usia,
dari orang tua hingga anak kecil, harus menggunakan bahasa untuk menyampaikan
apa yang ingin disampaikannya.
Namun
pada anak kecil, tata bahasa yang mereka gunakan tentu berbeda dengan tata
bahasa yang orang dewasa gunakan. Hal ini disebabkan bahasa mereka masih berupa
bahasa sederhana.
Seorang anak biasanya mengucapkan kata-kata yang mereka
dapatkan dari lingkungan mereka. Hal ini biasa disebut pemerolehan bahasa. Menurut
Marjusman Maksan dalam Yaniarti (online), pemerolehan bahasa adalah proses
penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang (bukan cuma anak-anak) secara
tidak sadar, implisit, dan informal. Hal ini berarti bahwa proses tersebut
tidak mengenal guru atau orang yang semacam itu yang bertanggung jawab terhadap
pencapaian hasil belajar. Juga tidak ada semacam kurikulum atau rencana
pelajaran tertentu, seta tidak ada pula waktu dan tempat yang khusus yang
disediakan untuk belajar bahasa tersebut.
Bahasa pertama atau bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama
kali didengar oleh seorang anak. Bahasa pertama tersebut kemudian
berusaha diucapkan oleh seorang anak dengan cara peniruan. Meskipun kata-kata
tersebut tidak jelas maknanya. Ketidakjelasan tersebut disebabkan alat ucap
yang belum sempurna, kemudian lama kelamaan karena ia tidak mendengar bunyi
bahasa selain dari bunyi bahasa ibunya sendiri, maka ia pun hanya akan
membunyikan bahasa ibunya saja.
Terdapat
hubungan antara bahasa pertama yang diperoleh oleh seorang anak, dengan
perkembangan anak nantinya. Seorang anak yang memperoleh bahasa pertama berupa
kata-kata kotor, maka anak tersebut akan menirunya dan mengucapkannya hingga ia
dewasa. Selanjutnya, perilakunya akan terpengaruh pula. Hal ini sesuai dengan
penelitian di Jepang. Bahwa air yang diucapkan kata-kata buruk,
kristal-kristalnya akan berbentuk buruk pula. Berbeda dengan air yang diucapkan
kata-kata baik, kristal-kristalnya akan berbentuk sangat bagus. Manusia sendiri
terdiri 90% dari tubuhnya terdiri dari air. Karenanya, bukan tidak mungkin
kata-kata yang biasa didengar oleh anak akan membentuk pribadi anak sesuai
dengan kata-kata yang mereka dengar.
Lingkungan juga mempunyai peranan penting terhadap
perkembangan bahasa pertama anak. Tidak jauh berbeda dengan contoh di atas,
seorang anak yang tumbuh di lingkungan dengan kondisi sosial buruk, akan
memperoleh kata-kata yang buruk untuk didengar. Kata-kata tersebut kemudian
diulang-ulangnya, meskipun dia tidak tahu apa artinya. Bahkan terkadang, ketika
menangis pula kata tersebut mereka ucapkan tanpa sadar. Contoh lainnya, seorang
anak yang tumbuh di lingkungan dengan banyak larangan, maka kata-kata yang
didengarnya hanyalah kata-kata negatif yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan
si anak. Anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang pesimis, penuh rasa takut,
tidak mampu menghadapi masalah, dan lainnya.
Berdasarkan hal itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti
pemerolehan bahasa pertama anak yang dipengaruhi kata-kata jorok atau negative
dengan judul “Penyebab Pemerolehan Bahasa Kotor (Jorok) Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Usia 4 Tahun”
Terutama
bagaimana proses ia memperoleh bahasa pertama, penggunaannya, dan perkembangan
si anak ke depannya. Penulis memilih Epi sebagai objek penelitiannya, karena ia
salah satu anak yang berumur 4 tahun.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah faktor penyebab pemerolehan
bahasa kotor (jorok) pada anak usia 4 tahun?
2. Bagaimanakah
pengaruh pemerolehan bahasa kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak
usia 4 tahun?
3. Cara
mengatasi anak yang suka berkata jorok
C.
TUJUAN
1. Mendeskripsikan
faktor penyebab pemerolehan bahasa kotor (jorok) pada anak usia 4 tahun.
2. Mendeskripsikan
pengaruh pemerolehan bahasa kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak
usia 4 tahun.
3. Cara
mengatasi anak yang suka berkata jorok
D.
METODE
PENULISAN
Proses
penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode ini
merupakan metode yang mencari sumber informasi dari buku, internet dan
referensi lainnya, dengan mendasarkan pengembangan wacana beradasarkan
pengamatan langsung terhadap objek dan berdasarkan pencatatan proses
pemerolehan bahasa anak pada usia tertentu (4 tahun).
Selain
itu, penulis juga menggunakan metode observasi langsung yang dilakukan kepada
anak usia 4 (empat) tahun. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dapat meneliti
secara langsung kondisi bahasa kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak
usia 4 (empat) tahun.
E.
HASIL
PENGUMPULAN DATA
Beberapa
ucapan Alena Ayu anak pada usia 4 (empat) tahun berikut, bisa dianalisis
berdasarkan perkembangan fisik dan psikis penuturnya. Sebagaimana terurai pada
tabel berikut.
No
|
Kata
|
Alena Ayu
|
||
Biasa
|
Jorok/
Kasar
|
Pengucapan
|
||
Kata Biasa
|
Kata Jorok
|
|||
1
|
Jeruk
|
Jancok
|
Jeuk
|
Janco
|
2
|
Permen
|
Asu
|
Pelmen
|
Asu
|
3
|
Roti
|
Matamu
|
Oti
|
Matamu
|
4
|
Anggur
|
Anggul
|
||
5
|
Aku
|
Atu
|
F.
LANDASAN
TEORI
1.
Definisi
Bahasa Kotor
Pernahkah kita mendapati atau mendengar kata-kata kasar dan
kotor meluncur begitu saja dari mulut si kecil? Kemudian kita berpikir, padahal
tidak ada yang memberikan contoh seperti itu, baik di rumah maupun
teman-temannya di sekitar rumah. Apa yang harus kita lakukan untuk
menghadapinya?
Banyak orangtua yang merasa sudah memerhatikan perkembangan
dan lingkungan si kecil dengan seksama, tapi tiba-tiba menemukan si kecil
melontarkan
kata-kata yang kasar dan jorok di hadapan kita. Hal ini tentu sangat mengejutkan karena Anda merasa di rumah tak ada yang berlaku seperti itu. Orangtua pun akan khawatir jika si kecil akan mendapat pengaruh buruk dari lingkungan yang lain dan mulai mencari solusi agar si kecil tak terkontaminasi lebih parah.
kata-kata yang kasar dan jorok di hadapan kita. Hal ini tentu sangat mengejutkan karena Anda merasa di rumah tak ada yang berlaku seperti itu. Orangtua pun akan khawatir jika si kecil akan mendapat pengaruh buruk dari lingkungan yang lain dan mulai mencari solusi agar si kecil tak terkontaminasi lebih parah.
Perkataan jorok adalah perkataan yang tidak pantas bagi
norma yang berlaku. Selain karena faktor lingkungan dan model keluarga, juga
dapat disebabkan karena keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungannya. adapun jenis-jenis kata kotor itu yaitu sebagai berikut:
a. Profanity (mempermainkan kata-kata
suci seperti Tuhan)
b. Cursing (menyumpahi orang seperti
brengsek, sialan dan kurang ajar)
c. Obscenity (menggunakan kata yang
menggunakan konotasi seksual atau mencemooh seperti bodoh dan sinting)
2.
Teori Behaviorisme
Mengenai landasan
teori, penulis menggunakan teori Behaviorisme. Dimana teori behavorisme adalah
teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, dan memandang
individu sebagai mahluk reaktif yang member respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Dalam teori
behaviorisme yang perlu dianalisa hanyalah perilaku yang nampak saja, yang
dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal
dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organism sebagai pengaruh
lingkungan. Behavorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek,
rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalikan oleh fakor-faktor lingkungan. Dalam artian teori
belajar merupakan teori yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Dari
hal ini, timbulah konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini
adalah mengutamakan unsure-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanitis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,
mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar. Guru yang
menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
3.
Tahap
Perkembangan Bahasa Anak
M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan
bahasa anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasarkan pada
ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun tahap - tahap tersebut
sebagai berikut :
1) Tahap Prelingual (usia 0 – 1 tahun)
Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa
ucapan’ seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti
aturan-aturan bahasa yang berlaku. Pada periode ini anak mempunyai bahasa
sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan orang lain.
Contohnya baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi terhadap situasi
tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan
proses mental pada usia 9-10 bulan.
Pada periode ini, perkembangan yang menyolok adalah
perkembangan comprehension, artinya penggunaan bahasa secara pasif. Misalnya
anak mulai bereaksi terhadap pembicaraan orang dengan melihat kepada pembicara
dan memberikan reaksi yang berbeda terhadap suara yang ramah, yang lembut, dan
yang kasar.
2) Tahap Lingual Dini (1 – 2,5 tahun)
Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang
pertama, meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut
(ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar
diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s, k, j,
dan t. pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat
dibagi dalam tiga periode, yaitu:
a) Periode kalimat satu kata (
holophrare)
Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu kalimat, karena
hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti perkembangan bahasa
anak beranggapan bahwa kata-kata pertama yang diucapkan oleh anak itu mempunyai
arti lebih dari hanya sekedar suatu ‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi
dari ide-ide yang kompleks, yang pada orang deawasa akan dinyatakan dalam
kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti : Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu tolong
saya!, Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member komentar terhadap obyek
atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapa berupa perintah, pemberitahuan,
penolakan, pertanyaan, dll. Bagaimana menginterpretasikan kata pertama ini
tergantung pada konteks waktubkata tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat
mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita harus melohat atau
mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak pada waktu itu. Intonasi juga
sangat membantu untuk mempermudah menginterpretasikan apakah si anak bertana,
member tahu, atau memerintah.
b) Tahap kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari lingkungan dan juga
karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi lain pada anak, maka
terbentuklah pada periode ini kalimat yang terdiri dari dua kata.
Pada
umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang anak mulai mengerti
suatu tema dan mencoba untuk mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar
usia 18 bulan, dimana anak menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut
mempunyai hubungan tertentu yang mempunya makna berbeda-beda, misalnya makna
kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung pesek), dan lain sebagainya.
c) Kalimat lebih dari dua kata
Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat perkembangan
yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua kata sudah terlihat
kemampuan anak di bidang morfologi. Keterampilan membentuk kalimat bertambah,
terlihat dari panjangnay kalimat, kalimat tiga kata, kalaimat empat kata, dan
seterusnya. Pada periode ini penggunaan nahasa tidak bersifat egosentris lagi,
melainkan anak sudah mempergunakan untuk komunikasi dengan orang lain, sehingga
mulailah terjadi suatu hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan orang
dewasa.
3) Tahap Diferensiasi (usia 2,5 – 5
tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak
dalam mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat.
Secara garis besar cirri umum perkembangan bahasa pada periode ini adalah
sebagai berikut:
Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai
bahasa ibunya, artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari orang dewasa
telah dikuasai. Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir. Mungkin
masih ada kesukaran pengucapan konsonan yang majemuk dan sedikit kompleks.
Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai berkembang. Kata benda dan karta
kerja mulai lebih terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan
penggunaan kata depan, kata gati dank at kerja bantu. Fungsi bahasa untuk
komunikasi benar-benar mulai berfungsi. Persepsi anak dan pengalamannya tentang
dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan
kritik, bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain. Mulai terjadi
perkembangan di bidang morfologi, ditandai dengan munculnya kata jamak,
perubahan akhiran, perubahan kata karja, dan lain-lain.
4) Tahap Perkembangan bahasa sesudah
usia 5 tahun
Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur
sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap.
Jadi sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut Piaget, pada periode ini
perkembangan anak di bidang kognisi masih berkembang terus sampai usia 14
tahun, sedangkan peranan kognisi sanga t besar dalam penggunaan bahasa. Dengan
masih terus berkembangnya kognisi, dengan sendirinya perkembangan bahasa juga
masih berkembang.
Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan
usia 5 tahun, antara lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff Smith
yang menyelidiki bahasa anak-anak sekolah (1979) yang menyatakan bahwa antara
usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang khas pada bahasa anak, yaitu
kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf yang lebih tinggi.
Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat yang betul-betuk
penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.
Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan yang
tercermin pada penambahan kosa kata, dan penggunaan kata sambung secara tepat.
Tetapi aturan sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat konteks baru dikuasai
secara bertahap antara usia 5 – 10 tahun. Selanjutnya pada usia 7 tahun baru
dapat menggunakan kalimat pasif, maksudnya mengerti aturan-aturan tatabahasa
mengenai prinsip-prinsip khusus, bertidak ekonomis dalam mengungkapkan sesuatu
serta menghindari hal-hal yang berlebihan. Sampai SMP keterampilan bicara lebih
meningkat, sintaksis lebih lengkap dengan variasi-variasi struktur dan
variasi-variasi kata, baik kekomplekan kalimat tulis maupun lisan.
G.
PEMBAHASAN
1.
Faktor
Penyebab Pemerolehan Bahasa Kotor (Jorok) pada Anak Usia 4 Tahun
Mengapa anak-anak bisa mengatakan
kata-kata kasar dan jorok? Dibawah ini akan dijelaskan faktor-faktor penyebab
pemerolehan bahasa kotor (jorok) pada anak usia 4 tahun yaitu sebagai berikut:
a. Keluarga
dan lingkungannya.
Karena secara tidak langsung
anak-anak menikmati reaksi orang-orang di sekitarnya dan mencontohnya, seperti
ia ditertawakan seolah-olah itu lucu dan menghibur, atau diperhatikan dengan rasa
kaget dan ingin tahu dari lingkungannya.
b. Teman
disekolah
Anak berkata kasar atau jorok bisa
juga karena ia menirunya dari teman di sekolah, sekadar iseng, atau saat ia
merasa marah dan mengetahui bahwa kata tadi bisa memancing kekesalan orang
lain.
c. Keinginan
mendapat perhatian
Begitu anak melontarkan kata kotor, anak
segera mendapat perhatian dari orangtua maupun orang dewasa lainnya, sekalipun
perhatian itu berbentuk teguran atau amarah.
d. Ada
kesenangan yang diperoleh dari mengejutkan orang lain
Ada perasaan senang yang dialami anak
saat berhasil mengejutkan orang lain. Ketika anak bisa membuat orang dewasa
shock, seketika ia merasa bisa mengungguli orang dewasa tersebut.
e. Keinginan
melepaskan emosi marah dan kecewa
Anak
mungkin menggunakan kata-kata kotor itu untuk mengekspresikan perasaan marah,
kesal, atau kecewa pada orang lain.
f. Keinginan
memberontak
Anak
mempunyai suatu perasaan bermusuhan terhadap orang dewasa. Selama ini ia
mungkin merasa terlalu ditekan, dibatasi, atau mungkin juga merasa diperlakukan
dengan kasar, akibatnya ia jadi berkeinginan untuk memberontak dan agresif
melawan orang dewasa. Pandangan
salah bahwa kata kotor adalah bagian dari kedewasaan
Anak berpikir bahwa kata kotor adalah kata yang wajar digunakan oleh orang-orang dewasa. Karena ingin merasa dewasa, anak pun menggunakan kata kotor.
Anak berpikir bahwa kata kotor adalah kata yang wajar digunakan oleh orang-orang dewasa. Karena ingin merasa dewasa, anak pun menggunakan kata kotor.
g. Keinginan
diterima teman sebaya
Anak
yang sudah mulai menginjak usia remaja berjuang untuk mendapat penerimaan dari
kelompok teman-teman sebayanya. Beberapa anak mengira bahwa dengan bicara
kotor, ia akan dipandang gaul, berani, atau macho oleh teman-temannya.
h. Bisa juga karena si kecil sedang
mempelajari kata-kata yang baru dan senang dengan bunyi kata itu tanpa
mengetahui artinya.
Disamping faktor diatas,
ada faktor-faktor lainnya yang merupakan penyebab pemerolehan bahasa kotor
(jorok) pada anak usia 4 tahun yaitu sebagai berikut:
1. Televisi
Maksud dari televisi ini tentu hanya program-program yang tidak pantas di tonton oleh anak, seperti sinetron yang mungkin mengandung adegan kekerasan dan ucapan-ucapan yang tidak baik. adegan bermesraan yang belum pantas untuk diketahui oleh seorang anak. Film kartun yang banyak mengeluarkan kata-kata kasar karena ceritanya tentang perang atau lain-lain.
Maksud dari televisi ini tentu hanya program-program yang tidak pantas di tonton oleh anak, seperti sinetron yang mungkin mengandung adegan kekerasan dan ucapan-ucapan yang tidak baik. adegan bermesraan yang belum pantas untuk diketahui oleh seorang anak. Film kartun yang banyak mengeluarkan kata-kata kasar karena ceritanya tentang perang atau lain-lain.
2. Memarahi anak dengan kata-kata kasar
Kita terkadang kita tidak menyadari
saking jengkel atau kesalnya kita pada anak, kita tidak sadar memarahi
dia dengan kata-kata kasar dan hal ini harus kita hindari karena berdampak
tidak baik pada anak, kita cari cara lain untuk marah. Misalnya dengan
menasehati bahwa perbuatan seperti itu tidak benar dan kita tunjukan hal yang
benar pada anak.
3. Bertengkar di hadapan anak
Hal ini sangat penting sekali untuk
dihindari, jangan kita bertengkar dengan siapapun di depan anak apalagi sampai
mengatakan kata-kata yang tidak baik, karena anak akan sangat cepat meniru dan
mungkin anak akan melihat kita sebagai sosok pemarah.
4. Memperdengarkan lagu-lagu tentang kekerasan
Faktor ini perlu juga untuk kita
hindari, misal seorang ayah suka dengar lagu-lagu yang ada kata-kata kasarnya,
maka kita sebagai orang terdekat wajib mengingatkan. Kalau mau mendengarkan
lagu tentang kritik pada pemerintah atau yang lain jangan sampai di dengar
anak-anak.
5. Memperdengarkan lagu-lagu tentang cinta
Fenomena ini sering terjadi banyak
sekarang anak-anak SD bahkan TK yang sudah mengetahui pacaran. Ini sungguh
sangat di sayangkan. Mungkin juga hal ini terjadi karena pengaruh dari
lagu-lagu cinta yang sering anak dengar atau tontonan. Kita tentu tidak ingin
generasi kita menjadi generasi yang rusak. Jadi tugas kita sering-seringlah memperdengarkan
lagu anak-anak yang mengandung contoh yang baik untuk mereka.
2.
Pengaruh
Pemerolehan Bahasa Kasar (Kotor/Jorok) terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia 4
tahun.
Disini penulis
menemukan bahwa pengaruh pemerolehan bahasa kotor (jorok) terhadap perkembangan
bahasa anak usia 4 tahun sangat mempengaruhi pertumbuhan atau kematangan
kata-katanya. Dimana kata-kata negatif yang seharusnya belum pantas didapatkannya,
kini telah menjadi hal yang biasa-biasa saja. Adapun pengaruh pemerolehan
bahasa kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak usia 4 tahun yaitu
sebagai berikut:
a. Anak
akan berani berkata kasar (jorok/kotor) kepada orang yang lebih dewasa darinya.
b. Anak
akan menganggap kata-katanya tersebut sebagai sesuatu hal yang biasa.
c. Dan
lain-lain.
4.
Solusi
Bagi Orang Tua untuk Anak yang Suka Berkata Jorok
Ada banyak alasan mengapa anak berkata kasar atau jorok. Dibawah ini akan dijelaskan bagaimana cara mengatasi
anak yang suka berbicara kasar dan jorok, yaitu sebagai berikut:
a. Perhatikan saat kapan dan apa yang
terjadi setelah anak berkata kasar atau jorok. Ini agar kita bisa mengerti
alasan si anak. Dengan mengetahui itu, kita akan lebih mudah mengatasinya.
b. Saat anak mengucapkan kata kasar dan
jorok, kita bisa bertanya kepada anak, misalnya dari mana ia mendapatkan kata
tersebut, kata tersebut artinya apa, juga misalnya akibat apa jika kata
tersebut diucapkan kepada orang lain, dan sebagainya.
c. Jika anak tidak mengetahui arti dari
kata kasar atau jorok tadi, kita
dapat memberi tahu artinya secara singkat dan jelas, juga mengenalkan
akibatnya jika ia mengucapkan kata-kata itu kepada orang lain. Anak usia 4
tahun pada umumnya senang mempelajari kata-kata baru, apalagi di usia ini
kemampuan berbahasa dan menyerap informasi anak-anak sedang berkembang dengan
pesat.
d. Bila ia mengucapkan kata kasar atau
jorok karena marah, Anda bisa mengajarkannya dengan memberi tahu kata-kata apa yang boleh diucapkannya ketika
ia sedang marah. Anda juga bisa memberi tahu kepada si kecil bahwa
kata-kata itu tidak boleh digunakan di dalam keluarga.
e. Ketimbang Anda memberikan hukuman
atau peringatan keras kepada anak saat mengucapkan kata kasar atau jorok, lebih baik berikan perhatian saat ia
mengucapkan kata-kata yang sopan sehingga ia lebih sering dan senang mengucapkan
kata-kata yang baik.
f. Jika kata-kata kasar atau jorok yang
diucapkan oleh anak berasal dari sekolah, memindahkannya ke sekolah yang lain
tak akan menyelesaikan masalah. Anda tak mungkin menemukan sekolah dan
teman-teman yang steril bagi si kecil karena
sekolah dan teman merupakan lingkungan sosialisasi anak, di sana pula
hal-hal yang dinilai baik dan buruk sangat sulit dipisahkan. Apalagi pada anak
usia 4 tahun, minat untuk mencoba dan mengeksplorasi hal baru sangat tinggi,
termasuk mencoba-coba hal yang negatif tanpa ia sadari.
g. Percayakan ia mengeksplor,
mengetahui hal baru, dan melakukan apa yang dapat ia lakukan secara mandiri di
lingkungan sosialnya. Batasan-batasan
dan aturan, kasih sayang dan perhatian, dukungan dan kepercayaan yang diberikan
oleh keluarga setiap harinya justru menjadikan anak untuk tumbuh secara kuat
dan baik di lingkungan luar rumah.
5.
Langkah
untuk Mengatasi Anak yang Berkata Kotor (Jorok)
Langkah-langkahnya
yaitu sebagai berikut:
a.
Mengajarkan
ekspresi emosi yang lebih tepat
Bila
anak mengeluarkan kata-kata kotor tiap kali ia marah, ajarkan cara
mengekspresikan emosi yang lebih baik, misalnya dengan berbicara asertif, yaitu
menyampaikan kepada orang lain tentang ketidaksetujuan kita terhadap
perilakunya yang membuat kita merasa tidak nyaman. Anak yang masih kecil
biasanya kesulitan untuk merumuskan bagaimana perasaannya, padahal mengenali
perasaan beserta penyebab timbulnya perasaan merupakan langkah untuk bisa
mengelola emosi secara baik. Oleh karena itu, ketika melihat anak sedang
diluapi perasaan marah atau frustrasi, orangtua bisa membantu membacakan
perasaannya dan menjelaskan sebab timbulnya perasaan tersebut. Misalnya saja
saat anak marah karena diejek teman, orangtua bisa berkata, “Alvin, kamu
jengkel sekali ya, karena si Robert mengejek caramu menyanyi di depan kelas.
Kamu bisa bilang padanya bahwa kamu jengkel ditertawakan terus, dan minta
supaya ia tidak lagi mengungkit hal itu.”
b. Mengabaikan
Bila tujuan anak adalah mendapatkan perhatian orangtua, atau mendapatkan kesenangan dari membuat orang terkejut, cara mengabaikan ini saja mungkin sudah ampuh menghentikan kebiasaan anak bicara kotor. Mengabaikan dilakukan dengan pura-pura tidak mendengar anak atau tidak menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar kata-kata kotor anak. Jadi, saat anak mengeluarkan kata-kata kotor, orangtua tidak perlu memelototi anak, berteriak, atau memukul anak, melainkan cukup mengalihkan pandangan ke arah lain atau kembali menggeluti aktivitas/kesibukan yang sedang dikerjakan.
Bila tujuan anak adalah mendapatkan perhatian orangtua, atau mendapatkan kesenangan dari membuat orang terkejut, cara mengabaikan ini saja mungkin sudah ampuh menghentikan kebiasaan anak bicara kotor. Mengabaikan dilakukan dengan pura-pura tidak mendengar anak atau tidak menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar kata-kata kotor anak. Jadi, saat anak mengeluarkan kata-kata kotor, orangtua tidak perlu memelototi anak, berteriak, atau memukul anak, melainkan cukup mengalihkan pandangan ke arah lain atau kembali menggeluti aktivitas/kesibukan yang sedang dikerjakan.
c. Berpura-pura bodoh
Cara
ini memang sepintas kelihatan aneh, tapi kadang justru jadi cara yang ampuh.
Saat anak mengeluarkan kata-kata kotor, orangtua bertanya dengan lagak bodoh,
“Eh, kata apa yang kamu bilang tadi? Apa artinya itu? Mama nggak ngerti. Coba
kasih tahu mama.” Dengan bersandiwara pura-pura tidak mengenal kata yang
digunakan anak, anak justru jadi merasa bingung, sehingga di lain waktu, ia
akan menjadi malas menggunakan kata-kata itu.
d. Menyatakan ketidaksetujuan
Nyatakan
bahwa Anda tidak senang bila mendengar kata-kata itu keluar dari mulut anak.
Beri tahu anak bahwa kata-kata yang buruk bisa mencerminkan bahwa orang yang
mengatakannya adalah orang yang tidak sopan, atau tidak tahu aturan, sehingga
jika ia menggunakannya, orang lain bisa mengira dia anak yang tidak sopan. Bisa
juga mengatakan kepada anak, “Teman-temanmu mungkin pakai kata-kata itu, tapi
kita tidak,” atau “Mama tidak pernah marahi kamu pakai kata-kata itu, jadi mama
juga tidak mau kalau kamu pakai kata-kata itu untuk marah.”
e. Menggunakan metode hukuman
Begitu
mendengar anak melontarkan kata kotor, hukum anak dengan time out.
Katakan kepada anak bahwa karena telah mengucapkan kata yang seharusnya tidak
diucapkan, ia harus meninggalkan aktivitas yang sedang dilakukannya, pergi ke
suatu tempat dan menyendiri di situ selama waktu yang ditentukan (10 menit,
misalnya). Biarkan selama waktu itu anak terisolasi atau tidak bisa
berkomunikasi dengan siapapun juga. Apabila anak tidak mau pergi secara
sukarela ke tempat yang Anda tentukan, Anda bisa mengangkatnya atau menuntunnya
ke sana. Hukuman fisik seperti menampar, mencuci mulut anak dengan sabun, atau
memaksa anak memakan sambal, sebaiknya tidak dipilih orangtua, sebab hukuman
fisik justru berpotensi meningkatkan rasa permusuhan dalam diri anak.
f. Menggunakan metode pemberian hadiah
Jika
anak sudah lama terbiasa berbicara kotor, sukar baginya untuk langsung berhenti
total menggunakan kata-kata kotor tersebut. Dalam keadaan ini, lebih baik
orangtua mengadakan perjanjian dengan anak, yaitu bahwa jika dalam waktu yang
ditentukan anak tidak berbicara kotor, anak mendapat poin, poin yang terkumpul
kemudian ditukar dengan hadiah bila jumlahnya mencapai target. Sebagai contoh,
jika dalam sehari anak tidak berbicara kotor, anak mendapat satu tanda centang
yang ditulis dalam tabel, di akhir minggu, jika jumlah tanda centang yang
diperoleh anak mencapai 5, anak mendapat coklat kesukaannya. Hadiah bisa juga
berupa aktivitas yang disukai anak, misalnya bepergian ke tempat wisata, atau
bisa juga berupa izin melakukan suatu hal yang diinginkan anak, misalnya
orangtua memberikan izin untuk bergadang di akhir pekan menonton film sampai
pukul 23.00 malam.
H.
KESIMPULAN
Perkataan jorok adalah perkataan
yang tidak pantas bagi norma yang berlaku. Selain karena faktor lingkungan dan model
keluarga, juga dapat disebabkan karena keinginan anak untuk mendapatkan
perhatian dari lingkungannya. Adapun cara
mengatasi anak yang suka berbicara kasar dan jorok, yaitu sebagai berikut:
1. Perhatikan saat kapan dan apa yang
terjadi setelah anak berkata kasar atau jorok.
2. Saat anak mengucapkan kata kasar dan
jorok, kita bisa bertanya kepada anak.
3. Jika anak tidak mengetahui arti dari
kata kasar atau jorok tadi, kita
dapat memberi tahu artinya secara singkat dan jelas, juga mengenalkan
akibatnya jika ia mengucapkan kata-kata itu kepada orang lain.
4. Bila ia mengucapkan kata kasar atau
jorok karena marah, Anda bisa mengajarkannya dengan memberi tahu kata-kata apa yang boleh diucapkannya ketika
ia sedang marah.
5. Jika kata-kata kasar atau jorok yang
diucapkan oleh anak berasal dari sekolah, memindahkannya ke sekolah yang lain
tak akan menyelesaikan masalah
6. Percayakan ia mengeksplor,
mengetahui hal baru, dan melakukan apa yang dapat ia lakukan secara mandiri di
lingkungan sosialnya.
Jadi harapan penulis, semoga kita sebagai orang yang lebih
dewasa, bisa membimbing, mengayomi, dan menasehati anak-anak yang mengeluarkan
kata-kata jorok, sehingga penerus bangsa kita bisa bersih dari kata-kata kotor,
dan bermoral, beretika, dan bereligius tinggi.
REFERENSI
Eha Yaniarti. 2011. (Online). Pengaruh Pola Asuh Terhadap
Perkembangan Bahasa. http://Ehayuniartikusnaidi.wordpress.com/PENGARUH
POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA _ Pengaruh Pola Asuh Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak 0-4 Tahun.htm
Safitri.
2011. (Online). ”Goblok
Bener Sih, Mama!” Jangan Panik Bila Anak Anda Marah Begitu. http:// kata kasar pada anak « Jurnal kami.htm
http://problemperilakuanak.blogspot.com/
Komentar