PERBEDAAN FON, FONEM DAN ALOFON



FON 
Fon adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi konsonan. Simbol atau lambang bunyi bahasa adalah huruf. Dalam Bahasa Indonesia terdapat 26 huruf dimulai dengan huruf a s.d. huruf z. Fon dapat dikatakan pula bunyi bahasa (bahasa Inggris: speech sound) atau fon adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Dalam fonologi, bunyi bahasa diamati sebagai fonem.
Fon merupakan satuan bahasa yang bersifat konkret. Fon itu dapat didengar dan dapat diucapkan. Karena itu, di samping fon, digunakan juga istilah bunyi. Kata kain dalam bahasa Indonesia misalnya, merupakan kata yang mengandung empat fon, yakni (k), (a), (i), dan (n), jika fon-fon itu diidentifikasi secara analitis.
Perlu diperhatikan bahwa fon berbeda dengan huruf. Fon adalah bunyi, sedangkan huruf adalah symbol grafis bunyi. Jumlah fon dan jumlah huruf tidak selalu paralel. Kata senyampang dalam bahasa Indonesia mengandung tujuh fon, yakni (s), ( ), (n), (a), (m), (p), dan (n). Akan tetapi, kata tersebut bahwa fon tidak identik dengan bunyi. Memang ada kata yang jumlah fonnya sama dengan huruf yang terdapat pada kata itu, seperti yang tampak pada kata itu. Akan tetapi, secara prinsip fon adalah maujud yang berbeda dengan huruf.

2.      FONEM
Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan mampu menunjukkan kontras makna atau abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan. Karena bersifat abstrak, fonem bukanlah satuan bahasa yang tidak nyata, bukan maujud yang dapat diindera. Dalam kata rokok, misalnya, terdapat empat fon, tetapi empat fon itu sebenarnya merupakan realisasi tiga fonem, yakni /r/, /o/, dan /k/. Dalam kata itu pula terdapat bunyi ( ) yang sebenarnya merupakan realisasi fonem /o/. Hanya karena lingkungan berdistribusinya, fonem /o/ itu direalisasikan menjadi ( ).
Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebutpasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita inginmengetahui bunyi [p] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya pasangan kata paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. jadi, pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b] pada kata baku.
Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem? Dengan sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [p] atau bunyi [I] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.
Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah
fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atu bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga  buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem [h].
Susunan Fonem Jumlah Fonem Susunan Huruf Jumlah Huruf Kata yang terbentuk
/adik/ 4 adik 4 adik
/inat/ 4 ingat 5 ingat
/nani/ 4 nyanyi 6 nyanyi
/pantay/ 6 pantai 6 pantai

Bahasa Indonesia secara umum menggunakan system Grafem Latin. Grafem Latin memiliki 26 Alpabeta lepas. Jumlah Alpabeta latin yang dianut bahasa Indonesia dan fonem yang dimiliki bahasa Indonesia tidak sama. Bahasa Indonesai menganut system Grafem Latin dengan 26 Alpabeta, tetapi dari hasil penelitian ditumukan 32 buah fonem sebagai unit terkecil bunyi yang berfungsi membedakan arti.

32 Fonem resmi bahasa Indonesia :
• 6 buah fonem vokal : /a/, /i/, /u/, /e/,/o/, /?/.
• 3 buah fonem diftong : /oy/, /ay/, dan /ou/.
• 23 buah fonem konsonan : /p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/, /r/, /l/, /w/, /s/, /s/, /t/, /f/, /h/, /x/, dan /?/.

Selanjutnya, fonem-fonem ini akan membentuk satuan, yaitu saku kata. Suku kata dapat diidentifikasi dengan jalan mengidentifikasi vokalnya karena fonem vokal merupakan puncak sonoritas (kenyaringan).
Bentuk Fonem
Struktur Suku Kata
1.      KVKKK Korps
2.      KKVKK Pleks , pada kata kompleks
3.      KKKVK Struk, pada kata struktur
4.      KKKV Stra, pada kata strategi
5.      KVKK Teks, pada kata tekstil
6.      KKVK Spon, p`da kata spontan
7.      KKV Gra, pada kata granat
8.      KV Ku, Di, Ti, dll
9.      VK il, in pada kata ilmu-indah
10.  V I, a, o, u, e

Ø  Fonem-fonem resmi bahasa Indonesia
a.       Fonem Vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:
1.      /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar
2.      /e/ vokal depan, sedang, atas, tak bundar
3.      /a/ vokal depan, rendah, tak bundar
4.      /∂/ vokal tengah, sedang tak bundar
5.      /u/ vokal belakang, atas, bundar
6.      /o/ vokal belakang, sedang, bundar

Status fonem-fonem vokal itu dapat dibuktikan dengan pasangan minimal berikut ini:
Fonem
Posisi dalam kata
Awal
Tengah
Akhir
/i/
/e/
/a/
/∂/
/u/
/o/
ikan x akan
enak x anak
alam x ulam
∂raŋ x araŋ
udaŋ x adaŋ
onak x anak
makin x makan
raket x rakit
alih x alah
k∂ra x kira
kasur x kasar
kaloŋ x kalaŋ
dari x dara
sate x satu
para x pari
-
labu x laba
toko x tokoh

b.      Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/ dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.
            /ay/ gulai x gula (gulay x gula)
            /aw/ pulau x pula (pulaw x pul )
            /oi/ sekoi x seka (skoy x seka)



c.       Fonem Konsonan
Nama-nama fonem konsonan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara
2.      /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara
3.      /m/ konsonan bilabial, nasal
4.      /w/ konsonan bilabial, semi vokal
5.      /f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara
6.      /d/ konaonan apikoalveolar, hambat, bersuara
7.      /t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak bersuara
8.      /n/ konsonan apikoaveolar, nasal
9.      /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
10.  /r/ konsonan apikoaveolar, getar
11.  /z/ konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara
12.  /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara
13.  /∫/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara
14.  /ñ/ konsonan laminopalatal, nasal
15.  /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara
16.  /c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara
17.  /y/ konsonan laminopalatal, semivokal
18.  /g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara
19.  /k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara
20.  /ŋ/ konsonan dorsevelar, nasal
21.  /x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara
22.  /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara
23.  /?/ konsonan glottal, hambat

Ø  Realisasi Fonem bahasa Indonesia

Realisasi fonem sebenarnya sama dengan bagaimana fonem itu dilafalkan. Hanya masalahnya kalau orang Indonesia melafalkan fonem-fonem bahasa Indonesia sangat banyak sekali variasinya. Hal ini berkenaan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai etnis dan berbagai bahasa daerah, sehinggga melafalkan fonem-fonem bahasa Indonesia pasti dipengaruhi oleh fistem fonologi bahasa darehanya.

a.       Realisasi Fonem Vokal
Secara umum realisasi fonem vokal bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      Fonem /i/
Fonem ini mempunyai dua macam realisasi, yaitu:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [i] apabila berada pada silabel terbuka atau silabel tak berkoda seperti pada kata [kini], [lidi] dan [sapi]
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [I] apa biala berada pada silabel tertutup atau silabel berkoda seperti pada kata [batIk], [ambIl] dan [lirIk].
2.      Fonem /e/
Fonem /e/ mempunyai dua macam realisasi, yaitu:
Pertama, direalisasikan seperti bunyi [e] apa bila berada pada silabel terbuka, seperti pada kata [sate], [p∂te] dan [b∂rabe].
Kedua, direalisasikan seperti bunyi [ε] apa bila berada pada silabel tertutup, seperti pada kata [m כ ñεt], [karεt] dan [εmbεr].
3.      Fonem /a/
Secara umum fonem /a/ direalisasikan sebagai bunyi [a], baik pada posisi awal kata, tengah kata, maupun akhir kata seperti pada kata , dan .
4.      Fonem /ә/
Secara umum direalisasikan sebagai bunyi [∂] seperti pada kata [k∂ra], [∂rat] dan [mar∂t].
5.      Fonem /u/
Fonem /u/ ini mempunyai dua macam realisasi, yaitu:
Pertama, dilafalkan sebagai bunyi [u] apa bila berada pada silabel terbuka
Kedua, drealisasikan sebagai bunyi [U] apa bila berada pada silabel tertutup.
6.      Fonem /o/
Fonem ini juga mempunyai dua macam realisasi, yaitu:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [o] apa bila berada pada silabel terbuka.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [נ] apa bila berada pada silabel tertutup.





b.      Lafal Fonem Konsonan
1.      Fonem /b/
Fonem ini memiliki dua realisasi, yaitu:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi /b/ apa bila berada pada awal silabel, baik silabel terbuka maupun silabel tertutup yang buka ditutup oleh fonem konsonan /b/.
2.      Fonem /p/
Fonem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi [p] baik sebagai onset pada sebuah silabel maupun sebagai koda.
3.      Fonem /n/
Fonem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi [n], seperti pada kata [nanas],
4.      Fonem /w/
5.      Fonem /f/
6.      Fonem /d/
Fonem ini mempunya dua macam realisasi yaitu sebagai berikut:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [d] apabila berposisi sebagai onset pada sebuah silabel.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [t] dan [d] bila berposisi sebgai koda pada sebuah silabel.
7.      Fonem /t/
Fonem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi [t], namun perlu dicatat fonem /t/ pada posisi awal bila diberi prefiks me- atau prefiks pe- akan luluh dan bersenyawa dengan bunyi nasal yang homorgan dengan fonem /t/ itu.
8.      Fonem /n/
Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [n], baik sebagai onset maupun sebagai sebagai koda dalam sebuah silabel.
9.      Fonem /l/
Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [l] baik sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel.
10.  Fonem /r/
11.  Fonem /z/
12.  Fonem /s/
13.  Fonem /∫/
14.  Fonem /ñ/
15.  Fonem /j/
16.  Fonem /c/
17.  Fonem /y/
18.  Fonem /g/
Fonem ini mempunyai dua macam realisasi yaitu sebagai berikut:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [g] apa bila berposisi sbegai onset.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [g] atau [k] apabila berposisi sebagai koda
19.  Fonem /k/
Fonem ini memiliki tiga macam realisasi yaitu sebagai berikut:
Pertama, direalisasikan sebagai bunyi [k] apa bila berposisi sebagai onset pada sebuah silabel.
Kedua, direalisasikan sebagai bunyi [?] apabila berposisi sebagai koda pada sebuah silabel.
Ketiga, direalisasikan sebagai bunyi [g] bila berposisi sebagai koda.
20.  Fonem /ŋ/
fonem ini direalisasikan sebagai bunyi bunyi [ŋ] baik berposisi sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel.
21.  Fonem /x/
22.  Fonem /h/
23.  Fonem /?/
Fonem ini direalisasikan sebagai bunyi [?] yang muncul pada:
Pertama, silabel pertama dari sebuah kata yang berupa fonem vokal.
Kedua, diantara dua buah silabel, dimana nuklus silabel pertama dan nuklus silabel kedua berupa fonem vokal yang sama.


3.      ALOFON
Alofon adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilafalzkan pada posisi awal ("besar") dan tengah ("kabel") berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").
 Kalau kita melihat kembali pembicaraan mengenai vokal maka kita melihat bahwa bunyi vokal depan tinggi ada dua, yaitu: vokal depan tinggi atas [i] dan vokal depan tinggi bawah [I]. begitu juga vokal belakang tinggi ada dua, yaitu: vokal belakang tinggi atas [u]dan vokal belakang tinggi bawah [U]. demikianjuga vokal belakang sedang ada dua, yaitu vokal belakang sedang atas [o] dan vokal belakang sedang bawah [כ].
Persoalan kita sekarangapakah bunyi vokal [i] dan vokal [I] dua buah fonem  atau sebuah fonem. Alau kita menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal itu dalam bahasa Indonesisa ternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan adalah bahwa kedua vokal itu, [i] dan [I] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i] menempati posisi pada silabels (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki koda, sedangkan vokal [I] menempati silabel yang mempunyai koda. Simak:
Vokal [i] pada kata   [ini];    [titi]; dan   [isi]
Vokal [I] pada kata   [b∂nIh];   [batik]; dan   [tasIk]

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa:
a.       Vokal [i] dan [I] bukanlah merupakan dua fonem, melainkan cuma anggota dari sebuah fonem yang sama yaitu fonem /i/
b.      Vokal [i] dan vokal [I] distri businya tidak sama: vokal [i] berdistribusi pada silabel terbuka atau silabel tidak berkoda; sedangkan vokal [I] berdistribusi pada silabel tertutup atau silabel berkoda.
c.       Vokal [i] dan vokal [I] memiliki distribusi komplementer, berdistribusi yang saling melengkapi.


Analog dengan kasus vokal [i] dan vokal [I], maka dapat dikatakan vokal [u] dan vokal [U] juga merupakan anggota dari satu fonem yang sama, yaitu fonem /u/, yang juga berdistribusi secara komplementer. Vokal [u] untuk silabel terbuka (tak berkoda), dan vokal [U] untuk silabel tertutup (berkoda). Seperti yang tertera dibawah ini, yaitu sebagai berikut:
Vokal [u] pada kata   [buku]; [ibu]; dan [itu]
Vokal [U] pada kata [akUr]; [libUr]; dan [atUr]

            Hal yang sama terjadi juga pada kasus vokal [o] dan vokal [כ]. Dimana vokal [o] untuk silabel terbuka, seperti pada kata [took] dan [bodo], sedangkan vokal [כ] untuk silabel tertutup seperti [t כk כh] dan [b כd כh].
            Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti [u] dan [U] untuk fonem /u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adalah anggota dari sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem.
            Dari pembicaraan tentang fonem dan alofon diatas, dapat dikatakan bahwa fonem merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon yang sifatnya konkrit, dapat diamati (didengar) secara empiris. Jadi, misalnya fonem /i/ pada kata diwakili oleh alofon [i], karena lafal kata itu adalah [tani], sedangkan pada kata diwakili oleh alofon [I], karena lafalnya adalah [tarIk]. Contoh fonem /k/ pada kata diwakili oleh alofon [k] karena lafalnya adalah [baku], sedangkan pada kata diwakili oleh alofon [?] karena lafalnya [bapa?]
            Dengan perkataan lain, fonem /i/ direalisasikan oleh alofon [i] dan alofon [I], fonem /u/ direalisasikan oleh alofon [u] dan alofon [U], sedangakan fonem /o/ direalisasikan oleh alofon [o] dan alofon [כ].

Komentar

Inaitsuy_Kina mengatakan…
Terima kasih, sangat membantu. :)
Adisan Jaya mengatakan…
alhamdulillah, kembali kasih, semoga bermanfaat :)
nining mengatakan…
Apa maksud dari koda?

Postingan populer dari blog ini

Makalah Mengkaji Puisi “Membaca Tanda-Tanda”

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

Makalah Analisis Citraan dalam Puisi WS Rendra