Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi cinta

PUIS CINTA: SAJAK SENIN PAGI

Gambar
Oleh Adisan Jaya Selamat pagi mentari Lambaikan sinarmu ke arahku Agar aku bisa merasakan hangatmu Dari kebisuan yang ku alami Ayolah…jangan kau menunggu lagi

PUISI CINTA: TENTANG CINTA

Gambar
O leh Adisan Jaya Aku pernah berkata pada rembulan Kamu adalah surga itu Ya, kamu adalah surga yang nyata berselimut bianglala Bisa ku lihat tapi tidak bisa ku dekati Dan karna kamulah surga itu Biarkanlah insan singgah Sebagai pelengkap keberadaanmu Doa ku tak henti hantarkan buatmu Tidak usah kau berkata

PUISI: MALAM INI MALAMMU

Gambar
Oleh Adisan Jaya Dinda… Malam ini malammu Tidurlah Sisipkan namaku dalam mimpimu Lekas selimuti malammu Terlelaplah Kan ku bentengi dengan jemari Agar kau tak tersakiti lagi Dinda…

PUISI: KU INGIN KAMU

Gambar
Oleh Adisan Jaya Tak mampu ku sebut namamu Apalagi menyatakan yang seharusnya Letak dan bentuk tulang yang tepat Diikat oleh lapisan daging yang tepat pula Kulit yang halus lembut Meski aku tak pernah

PUISI: ANTARA LISAN DAN HATI

Gambar
Oleh Adisan Jaya Antara lisan dan hati... Pilar utama dalam kasih Ketika kata lebih berharga dari butiran berlian Itulah saat dimana hati dan lisan berkoloni Beradu memadu bongkahan kata Menjadi kata, syair, cerita kisah mungkin indah Itu harapan insan bernyawa Ketika hati dijadikan bola Seenaknya ber

SESAL TANPA MAKNA

Gambar
Oleh Adisan Jaya Sakit itu begini ya rasanya Semuanya aku anggap enteng saja Tapi ketika sadar itu tiba Aku merasa kehilangan Bukan merasa kehilangan karena cintamu Bukan…!! Tapi karena banyaknya

SEPUCUK SURAT

Gambar
  (Dari orang yang tak kau kenal) Oleh Adisan Jaya Hai kau bidadari yang merasuk ke relung jiwa! Taukah kau bahwa hati tidak pernah berbohong? Tahukah kau bahwa pernah berkali sebatang jarum menusuk tak berbekas? Namun dikala cahaya rembulan yang terpancarkan dari bola matamu redup ketika menjurus padaku, saat itulah aku hidup seakan telah lama mati. Sirnakan khayalan tingkat tinggi yang sempat meluncur jauh di angkasa. Takut namun berharap.   Sudahilah menghantuiku wahai jiwa yang bening, karena itu kan jadi nuansa sesalku. Ya, dikala nanti aku menyesal, itu akan jadi penyesalan abadi dalam hidupku, karena terlalu berambisi mengenalmu. Hai kau anugrah Tuhan terindah yang hanya ku sapa lewa sepeucuk surat semu! Jangan tunjukkan