(Dari orang yang tak kau kenal)
Oleh Adisan Jaya
Hai kau anugrah Tuhan terindah
yang hanya ku sapa lewa sepeucuk surat semu! Jangan tunjukkan
wajah sayu,
karena energi untukku hidup lahir dari senyummu, ceriamu. Karena
senyawa-senyawa yang dulunya tersisih kini bangkit kembali karenamu.
Sebenarnya tak ada alasanku
untuk menghakimimu karena perasaan yang berlebihan ini. Tapi lewat segenggam
tumpahan tinta ini, setidaknya sinarmu tak enggan menyinari meski hanya untuk
satu titikku yang beku saja, tak lebih, wahai ciptaan Tuhan yang sempurna. Biar
nantinya aku tahui hangatnya sinarmu merasuk dalam ragaku. Biar nantinya aku
tak hanya bermain di alam dongeng saja, aku jadi Remoe dan kamu jadi Julietnya.
Hai kau bunga yang kekal tak
layu, ijinkan aku berteduh dalam dekapan warnamu. Hingga aku anestesi akan
perasaan yang tak mampu tertampung oleh huruf, kata, maupun kalimat. Hingga
rasaku terhentikan oleh oleh titik luka. Hingga saatnya Tuhan mengutus pangeran
impianmu, kemudian aku hanya bisa jadi pembaca setia kisahmu di balik kepedihan rasa.
Ini ungkapan hati bukan
sandiwara, tercurah untukmu wahai kasih tak sampai. Dari hati yang tak kamu
ketahui. “Salam!”
0 Komentar