EJAAN DALAM BAHASA INDONESIA

A.   Penggunaan Ejaan

Penggunaan ejaan yang harus diperhatikan antara lain pemakaian huruf, seperti: huruf kapital, huruf miring, huruf cetak tebal. Penggunaan ejaan yang juga harus diperhatikan terkait penulisan gabungan kata, partikel, singkatan, akronim, dan penulisan istilah. Berikut ini kaidah penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia yang didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015.

Buka tautan berikut terakait dengan peraturan Ejaan Bahasa Indonesia (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf)

 

1.    Pengunaan Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada awal kalimat.

Contoh:

Setiap hari mereka membaca buku.

 

2.    Huruf kapital dipakai untuk menyebutkan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan, nama agama, dan kitab suci.

Contoh:

Hanya kepada-Mu kami memohon.

3.    Huruf kapital digunakan sebagai setiap unsur nama orang.

Contoh:

Ahmad Rifai

4.    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).

Contoh:

Verdinand de Saussure , J.P. van Dame

5.    Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh:

Sultan Malik, Haji M. Taufan

6.    Huruf kapital tidak digunakan pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Contoh:

Ia mendapatkan gelar sultan.

7.    Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.

Contoh:

Muhammad Taufik Kuncoro bin M.Taufan

8.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.

Contoh:

Jenderal Soedirman, Bupati Sleman

9.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.

Contoh:

DPR akan rapat dengan Departemen Pertahanan.

10. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.

Contoh:

Rapat internal dipimpin oleh seorang letnan jenderal.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Contoh:

pascal second        Pas

12. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Contoh:

mesin diesel 10 volt

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contoh:

bangsa Arab suku Asmat bahasa Inggris

14. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.

Contoh:

pengindonesiaan kata asing      keinggris-inggrisan

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.

Contoh:

tahun Masehi        bulan Juni

16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.

Contoh:

Perang Diponegoro Perang Dunia II

17. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.

Contoh:

Aktor  itu     berperan      memproklamasikan         kemerdekaan         bangsa Indonesia.

18. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.

 Contoh:

Jakarta        Jawa Tengah

19. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.

Contoh:

Danau Toba Sungai Mahakam   Jalan Ahmad Dahlan

20. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.

Contoh:

nasi Padang batik Pekalongan

21. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.

Contoh:

pisang ambon        pepaya bangkok

22. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.

Contoh:

bermain di pantai  menuju ke teluk

23. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.

Contoh:

Departemen Agama         Majelis Permusyawaratan Rakyat

24. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.

Contoh:

menurut undang-undang yang berlaku

25. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.

Contoh:

Undang-Undang Ketatanegaraan

26. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Contoh:

Mahasiswa membaca buku Perjalanan dari Timur ke Barat.

27. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.

Contoh:

S.S.    sarjana sastra       Ny.     Nyonya

28. Huruf kapital digunakan seegai huruf pertama petikan langsung.

Contoh:

Nanda berkata, ”Kita harus segera selesaikan tugas ini.”

29. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.

Contoh:

“Apakah besok Bapak akan pulang?” tanya ibu kepada bapak.

30. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.

Contoh:

Saya ingin sekali bertemu kakek dan nenek di kampung.

31. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

Contoh:

Silakan Anda duduk!

32. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

 

B.   Penggunaan Huruf Miring

Penggunaan huruf miring dalam Ejaan Yang Disempurnakan dalam ketikan menggunakan jenis huruf italic. Jika ditulis dengan tulisan tangan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. Berikut ini kaidah penggunaan huruf miring.

1.    Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengkhususkan atau menegaskan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh:

Mahasiswa sedang ujian skripsi.

2.    Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh:

Setiap hari bapak membaca koran Kompas.

3.    Judul makalah, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.

4.    Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia, seperti bahasa daerah dan bahasa asing.

Contoh:

Istilah symbolic violence dikenalkan oleh Pierre Bourdieu.

5.    Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak ditulis miring.

Contoh:

Registrasi mahasiswa baru dilaksanakan pada bulan Juni.

 

C.   Penggunaan Huruf Cetak Tebal

 

1.      Huruf cetak tebal digunakan untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

Contoh:

Judul : BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI

Bab    : BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bagian bab  : A. Sejarah Bahasa Indonesia

   B. Perkembangan Bahasa Indonesia

             Daftar, indeks, dan lampiran

DAFTAR ISI

DAFTRA TABEL

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

 INDEKS

LAMPIRAN

 

2.      Huruf cetak tebal digunakan untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam kamus.

Contoh:

Abad n 1 masa seratus tahun: ….; 2 jangka waktu yang lamanya seratus tahun...; 3 zaman (yang lamanya tidak tentu); 4 masa yang kekal, tidak berkesudahan;

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak tebal diberi garis bawah ganda.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH: AKAD (Fiqh Muamalah)

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)

SUBDISIPLIN LINGUISTIK