Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai gelisah terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang
utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus disebarluaskan.Apa itu Asesmen Kompetensi Nasional?
Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur
kompetensi mendasar literasi membaca dan numerasi siswa.
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai,
keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur
kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di
tingkat sekolah.
Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional?
Perubahan sistem
evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya untuk
memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang
untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas
belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar
siswa.
1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk
memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar
bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara
kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta,
antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu).
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan
apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi
dan karakter siswa.
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang
karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama
tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk
memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.
Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional
Pertanyaan-pertanyaan yang
seringkali muncul terkait dengan penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan
Asesmen Nasional antara lain apakah Asesmen Nasional adalah pengganti Ujian
Nasional. Timbul pula kekhawatiran mengenai persiapan siswa, guru dan sekolah
menghadapi Asesmen Nasional.
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal penting mengenai Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu.
Berikut penjelasan
setiap poin pembeda AN dan UN:
1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan
Ujian Nasional tidak sama. Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan
aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem
pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi
capaian hasil belajar siswa secara individu.
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk
MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang
pendidikan menengah pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada
akhir jenjang pendidikan sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah
jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk
mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran
setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui
capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional
menggunakan metode survei. Metode survei dilakukan dengan mengambil sampel
siswa diambil secara acak dari setiap sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian
Nasional yang menggunakan metode sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia
wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN
lebih bervariasi bukan sekedar pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana
yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang
diukur pada asesmen nasional adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini
disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi
mendasar atau minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara
produktif di masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang
memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang
terkadang memberi kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam
pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan
untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda
meskipun keduanya berbasis komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT).
MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa
dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya.
Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Sebagai tanggapan atas pemberlakuan Asesmen Nasional, berbagai respons pun muncul dari sejumlah pihak mengenai kebijakan ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar penggantian nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen Nasional merupakan pengganti Ujian Nasional?
Benar. Asesmen
Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis pelaksanaannya,
cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian Nasional.
Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas mengenai
mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim
belajar.
0 Komentar