Makalah Perbandingan Novel Bumi Manusia dengan Novel Orang-orang Proyek



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sebuah karya fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Dalam menuangkan imajinasinya yang berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan, pengarang juga memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia. Penyelesaian pengalaman kehidupan yang akan diceritakan tersebut, tentu saja bersifat subjektif.
Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walaupun berupa khayalan, tidak benar jika fiksi diangggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab (Burhan,1994:3). Karya fiksi meliputi novel, cerpen, roman, cerbung, novelat dan lain-lain.
Dalam hal ini, penulis ingin membandingan dua buah karya sastra. Karya sastra tersebut berbentuk novel. Novel yang pertama berjudul “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari dan novel kedua berjudul “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Alasan penulis memilih kedua novel tersebut ialah karena penulis ingin mengetahui persamaan dan perbedaan dari kedua novel tersebut.

1.2    Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana persamaan novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer dengan novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari?
1.2.2        Bagaimana perbedaan novel “Bumi Manusia” karya
Pramodya Ananta Toer dengan novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mendeskripsikan persamaan novel “Bumi Manusia” karya Pramodya Ananta Toer dengan novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari.
1.3.2        Mendeskripsikan perbedaan novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer dengan novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Persamaan Novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer dengan Novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari
Novel “Bumi Manusia” dengan novel “Orang-orang Proyek” memiliki beberapa persamaan, diantaranya sebagai berikut:
1.      Tokoh utama dalam novel tersebut sama-sama mengagumi seorang wanita. Tokoh utama Minke mengagumi tokoh Annelies dalam novel “Bumi Manusia” dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Suara yang keluar dari dari bibirnya begitu mengesani,tak mungkin dapat kulupakan seumur hidup” (Bumi Manusia. 2011: 27).
“Sesungguhnya kecantikannyamemang memukau....” (Bumi Manusia. 2011: 28).
“....Dan yang terindah tetap Annelies” (Bumi Manusia. 2011: 32).

Sedangkan, tokoh Kabul yang mengagumi sosok Wati dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Wati manja. Sedikit bersungut. Kabul terdiam. Terasa ada satu detik yang aneh. Yakni ketika Kabul merasa dalam sepersekian detik muncul daya pikat dari penampilan Wat. Apanya? Sungutnya? Getar suaranya? Mungkin. Atau entah. Yang pasti ada sesuatu yang baru terasa dalam beberapa detik ini” (Orang-orang Proyek. 2007: 54).

2.      Tokoh Wati dalam novel “Orang-orang Proyek” dan tokoh Annelies dalam novel “Bumi Manusia” sama-sama ramah kepada tokoh lain. Tokoh Wati yang ramah dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Makan siang yuk. Mas sudah lapar, kan? Eh, nanti dulu. Aku punya ini untuk Mas. Enak.   Manis sekali.” (Orang-orang Proyek. 2007: 97).

Sedangkan, tokoh Annelies yang ramah ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Dan gadis luarbiasa ini eperti seorang ibu melayani mereka dengan ramah. Jangankan kepada sesama manusia, pada kuda pun ia berkasih sayang selama mereka semua memberinya kehidupan” (Bumi Manusia. 2011: 54).

2.2  Perbedaan Novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer dengan Novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari
Novel “Bumi Manusia” dengan novel “Orang-orang Proyek” memiliki beberapa perbedaan, diantaranya sebagai berikut:
1.      Tokoh utama Minke dalam novel “Bumi Manusia” dalam mengagumi seorang wanita, yaitu Annelies dikatakan secara langsung tanpa disembunyikan. Hal tersebut dibuktikan oleh kutipan berikut:
“....Karena tak pernah menyangka akan bisa berhadapan dengan seorang dewi secantik ini” (Bumi Manusia. 2011: 36).
“Dan aku cium dia sekali lagi. Kali ini terasa olehku kulitnya halus seperti beledu” (Bumi Manusia. 2011: 55)

Sedangkan, Kabul dalam mengagumi tokoh Wati dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Wati manja. Sedikit bersungut. Kabul terdiam. Terasa ada satu detik yang aneh. Yakni ketika Kabul merasa dalam sepersekian detik muncul daya pikat dari penampilan Wat. Apanya? Sungutnya? Getar suaranya? Mungkin. Atau entah. Yang pasti ada sesuatu yang baru terasa dalam beberapa detik ini” (Orang-orang Proyek. 2007: 54).

2.      Annelies adalah sosok wanita yang belum tamat Sekolah Dasar dan bekerja sebagai pengawas di pekerjaan milik keluarganya. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Gadis kekanak-kanakan yang belum pernah menamatkan sekolah dasar ini tiba-tiba muncul di hadapanku sebagai gadis luar biasa: bukan hanya dapat mengatur pekerjaan begitu banyak, juga seorang penungggang kuda, dapat memerah lebih banyak daripada semua pemerah" (Bumi Manusia. 2011: 48).

Sedangkan, Wati seorang sekretaris Kabul yang anggun. Hal tersebut dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Tapi menerima Wati memang tidak salah. Pendidikannya lebih dari cuup bila dibanding tugasnya yang hanya urusan administrasi ringan. Wati pernah mengadu untung di Jakarta. Namun, selama setahun mencari pekerjaan, yang didapat hanya peluang kerja di pabrik. Padahal, dia berpendidikan sarjana muda kesekretariatan dan bisa mengoperasikan komputer....” (Orang-orang Proyek. 2011: 24).

3.      Kedua novel tersebut sama-sama mementingkan aspek sosial. Pada novel “Bumi Manusia”, aspek sosial yang dipentingkan ialah mengenai kehidupan Eropa yang dipandang lebih beas dan merdeka daripada hidup dalam kejawaan. Hal tersebut dibuktikan oleh kutipan berikut:
“....Haruskah aku ulurkan tangan seperti pada wanita Eropa, atau aku hadapi dia seperti wanita Pribumi-jadi aku harus tidak peduli?...” (Bumi Manusia. 2011: 33).

Sedangkan, pada novel “Orang-orang Proyek” aspek sosial yang ada ialah mengenai status sosial. Hal terebut dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mancing dan Pak Insinyur, pelaksana pembangunan jembatan. Kok Pak Insinyur mau ngumpl dengan saya di tempat yang kurang pantas ini?” (Orang-orang Proyek. 2007: 8).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
               Novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer sangat unik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan novel tersebut berlatarbelakang dari cikal bakal munculnya nation Indonesia di awal abab ke-20. Oleh karena itu, setelah membacanya kita akan seperti dikembalikan pada kehidupan pergerakan nasional mula-mula, pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern. Begitu juga dengan novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari. Hal ini dikarenakan adanya peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh dalam kehidupannya, khususnya dalam kehidupan proyek.

               Oleh karena itu, peneleti membandingkan kedua novel tersebut. Alasan peneliti membandingkan kedua novel tersebut ialah adanya latar belakang penulisan cerita yang menggunakan kehidupan di Indonesia. Persamaan kedua novel tersebut terletak pada penggambaran tokoh utama. Sedangkan, perbedaannya ialah pada aspek sosialnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS ANEKDOT [Kurikulum Merdeka]

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS LHO [Kurikulum Merdeka]

MAKALAH: AKAD (Fiqh Muamalah)