Kedua puisi di bawah ini ku
persembahkan untuk negeriku, dimana berjudul EDAN
dan
PEMIMPIN
KOK PENAKUT? “SI KERBAU”. Puisi
ini tercipta ketika saya melihat dan merenungi morat-maritnya bangsa
dan negara ku Indonesia, dan kekecawaan saya terhadap para pemimpin
yang tidak peduli dengan rakyat kecil. Semoga puisi dibawah ini
bermanfaat untuk anda dan selamat membaca ya...jangan lupa
dikomentari biar saya bisa mengkoreksi kesalahan kata-kata dalam
puisi saya, terimakasih sebelumnya...
PEMIMPIN
KOK PENAKUT? “SI KERBAU”
Oleh:
Adisan Jaya
Ada
cerita si kerbau
Pemimpin
dihutan rimba perkasa, katanya.
Namun
morat-marit tiba
Perut
buncitnya malah jalan-jalan
kenegeri
binatang seberang
Pemimpin
kok cemen?
Pemimpin
untuk memimpin
Bukan
bertingkah kemayu,
dihadapan
layar kaca
Kemudian
curhat kepada reptil mini
Karena
ganasnya sang predator
Si
kerbau bercerita ke cucunya
Ia ketua
militer yang tegas, katanya.
Namun
tatkala Ibu Pertiwi,
dilecehkan
negeri seberang
Dia
hanya bertingkah sok simpati
Seperti
bayi manja
Yang
bermainkan tinja
Diatas
popok berwarna biru tua
Aset
negara, diperjual belikan
Budaya
dan kesenian daerah,
Tambang
sudah jadi milik asing
Pulau
dijual,
pahlawan
devisa tak diurus,
anak
bangsa direnggut masa depannya
apakah
Ibu Pertiwi akan dijajah kembali?
Dasar si
kerbau
Terlalu
banyak menimbang
Terlalu
penakut!
Tubuh
besar tetapi otaknya kecil
Tak
punya hati tak punya jiwa
Cuma
punya insting
Kemudian
ia berbagi keju dengan para tikus rakus
Si
kerbau curhat lagi
Beberapa
detak jarum jam,
ia turun
tahta
apalagi
tatkala jubah biru tersobek
Ngambeklah
ia...
Jadi
penyair salonlah ia,
namun
diceloteh sibebek
hingga
lagu nestapa tercipta
dari
hati meneyentuh jiwa
Dasar
pemimpin kemayu!
Hai
kerbau...
Janganlah
jadi pemimpin penakut
Janjimu
kepada rakyat rimba,
hanya
sebuah wacana belaka
Bobrok!
Terlalu banyak beretorika
Sehingga
kehilangan estetika
Rakyat
tak butuh tong kosong.
Rakyat
butuh tong berisi.
Rakyat
tak butuh janji.
Rakyat
butuh bukti.
03/04/2013
8:16 AM
(Ku
persembahkan untuk negeriku)
EDAN
Oleh:
Adisan Jaya
Zaman
edan!
Zaman
pribumi angkuh
Yang
memakan daging dan
Meminum
darah pribumi lainnya
Yang
satu berlagak sok egaliter
Yang
lainnya bertingkah bak anjing
berlimpah
air liur,
kemudian
menjilati bokong majikannya
Zaman
edan!
Zaman
pribumi durjana
Yang
menjajah pancasila dan UUD’45
Layaknya
kolonial masa silam.
Mereka
yang tak kenal wanita, anak-anak,
maupun
si bau tanah.
Kalau
berontak?
Panasnya
bongkahan timah beracun,
menembus
tulang mereka
Demokrasi?
Edan!
Dari
demokrasi malah ketidak adilan berada
di
puncak singgasana...
Ya,
potret jelas masa kini
Lihat!
Para
tukang konstitusi dan undang-undang
Yang
sering berorasi dengan lantangnya,
“dari
rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”??
Bangsat!
Realnya,
mulut-mulut mereka menganga
Sewaktu
anjing liar kencing mengangkang
dikerongkongan
kemudian mengalir deras
keperut
buncit mereka!
Tidakkah
dikau berbudi katanya gunakan indera mu?
Tatkala
seorang nenek tua,
Yang
sedang mengais jagung penuh belatung
dengan
mudahnya dijebloskan ke bui!?
Ah...
Inginku
pancung kepala si penekuk palu
Inginku
mencongkel mata si pasukan berseragam
Inginku
gunting lidah para tong kosong
Ketika
ia berseru, “hanya menjalankan proses hukum,
dan
sesuai undang-undang”
Inikah
keadilan yang kita idamkan kawan?
Kembali,
teriris hati...
Ketika
para penyair kemayu,
memuji
mentari dan rembulan.
Sedangkan
ketidakadilan
Terpampang
jelas pandang matanya.
Wahai
ibu Pertiwi...
Wahai
para pahlawan Revolusi...
Wahai
para mahasiswa Trisakti,
yang
tewas!
Janganlah
berpeluh air mata
Karena
yang kau korbankan tidak sejalan,
dengan
kepalan tangan yang sering kau acungkan.
Dan
darah yang tiap detik menetes,
dari
sekujur tubuh mu hingga tewas,
dan kau
dikenang!
Inilah
potret kelam
Yang ku
renungkan setiap malam.
67 tahun
silam,
indonesia
merdeka, tapi tetap saja dijajah
oleh
sekeluarga, sekawan, seperjuangan!
Republik
ini...
memang
sarang edan.
(ku
persembahkan untuk negeriku)
22/03/2013
02:36 AM
1 Komentar