PENDIDIKAN HANYA TUNTUNAN - Merdeka Belajar | Ki Hadjar Dewantara
Pertama kali harus diingat, bahwa Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat.
Kita
kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Uraian
tersebut akan lebih jelas jika kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup
tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan
seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya
padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi
pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman pada dapat
diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat-iradatnya padi.
Misalnya
ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung.
Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya
cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat
memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan
tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi
mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. Demikianlah Pendidikan itu, walaupun
hanya dapat ‘menuntun’, akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak
sangatlah besar.
Meskipun
Pendidikan itu hanya ‘tuntunan’ saja di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, tetapi
perlu juga Pendidikan itu berhubungan dengan kodrat keadaan dan keadaannya
setiap anak. Andaikata anak tidak baik dasarnya, tentu anak tersebut perlu
mendapatkan tuntunan agar semakin baik budi pekertinya. Anak yang dasar jiwanya
tidak baik dan juga tidak mendapat tuntunan Pendidikan, tentu akan mudah
menjadi orang jahat.
Anak
yang sudah baik dasarnya juga masih memerlukan tuntunan. Tidak saja dengan
tuntunan itu ia akan mendapatkan kecerdasan yang lebih tinggi dan luas, akan
tetapi dengan adanya tuntunan itu ia dapat terlepas dari segala macam pengaruh
jahat. Tidak sedikit anak-anak yang baik dasarnya, tetapi karena
pengaruhpengaruh keadaan yang buruk, kemudian menjadi orang-orang jahat.
Pengaruh-pengaruh
yang dimaksudkan itu ialah pengaruh yang muncul dari beragam jenis keadaan
anak. Anak yang satu mungkin hidup dalam keluarga yang serba kekurangan,
sehingga ditemui beragam jenis kesukaran yang menghambat kecerdasan budi anak.
Bisa juga dalam keluarga itu tidak ditemui kemiskinan keduniawian, akan tetapi
amat kekurangan budi luhur atau kesucian, sehingga anak-anak mudah terkena
pengaruh-pengaruh yang jahat.
Menurut ilmu Pendidikan, hubungan antara dasar dan keadaan itu terdapat adanya ‘konvergensi’. Artinya, keduanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar dan garis keadaan itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu. Mengenai perlu tidaknya tuntunan dalam kehidupan manusia, sama artinya dengan soal perlu tidaknya pemeliharaan pada tumbuh-kembangnya tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak air, dan mendapatkan sinar matahari yang cukup, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya keadaan tanaman. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan keadaan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu (walaupun dasarnya baik), tidak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lainnya yang juga tidak baik dasarnya.
Sumber: Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937
Komentar