Jenis-Jenis Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara
Setelah kita mengetahui bahwa budi pekerti seseorang itu dapat mewujudkan sifat kebatinan seseorang dengan pasti dan tetap, kita juga harus mengetahui pula bahwa tidak ada dua budi pekerti orang yang sama. Jadi, sama keadaannya dengan roman muka manusia, tidak ada dua orang yang sama. Meskipun, orang dapat membedakan budi pekerti manusia menjadi beberapa macam atau jenis (typen), sehingga orang dapat mempunyai ikhtisar tentang garis-garis atau sifat-sifat watak orang secara umum.
Pembagian
budi pekerti menjadi beberapa jenis tersebut berdasarkan pada sifat
angan-angan, sidat perasaan, dan sidat kemauan (analystis). kemudian, tiga
sifat itu digabungkan menjadi satu (synthetis); sehingga mewujudkan suatu macam
atau tipe budi pekerti yang pasti. Salah satu pembagian tipe budi pekerti yang
terkenal disampaikan oleh almarhum Prof. Dr. Heymans, guru besar Universitas
Groningen, yang sudah mengadakan penyelidikan disertai percobaan dan ditetapkan
adanya 8 jenis budi pekerti orang.
Ada
pula yang membagi budi pekerti menjadi beberapa jenis berdasarkan hasrat
seseorang. jadi, bukan pembagian analytis, akan tetapi pembagian secara global
dan etis (etis = menurut rasa adab). Adapun Prof. Spranger membagi budi pekerti
menjadi 6 jenis, yakni bersandar pada Hasrat orang pada:
1.
Kekuasaan (machtsmensch),
2.
Agama (religious mench),
3.
Keindahan (kunstmensch),
4.
Kegunaan atau faedah (nutsmensch atau econimisch mensch),
5.
Pengetahuan atau kenyataan (wetenschaps) dan
6.
Menolong mendermakan atau mengabdi (sociale mensch).
Selain
dua macam pembagian tersebut terdapat pula teori-teori tentang jenis-jenis budi
pekerti yang lain. Misalnya, menghubungkan sifat jasmani seseorang dengan watak
orang tersebut (Prof. Kretschner), seperti ilmu firasat dari Imam Syafi’i.
kemudian, terdapat pula pendapat yang mengukur budipekerti orang dengan melihat
cara seseorang memandang dirinya sendiri sebagai pusat pemandangan, atau
sebaliknya, sebagai sebagian saja dari alam yang besar ini (Adler, Kunkel).
Ada
pula yang mengadakan pembagian introversen dan exroversen (Jung), yaitu orang
yang selalu memandang ke dalam batinnya sendiri, atau yang memandang ke arah
luar, dan demikianlah seterusnya. Dalam soal watak atau budi pekerti manusia,
jangan dilupakan bahwa tiaptiap manusia mendapat pengaruh dari yang menurunkan
(eferlijkheidsleer).
Jadi, sama pula dengan menurunnya sifat-sifat jasmani dari tiap-tiap orang (sifatnya roman muka, rambutnya, warna kulitnya, pendek-tingginya badan, dan lainlain). Jangan dilupakan juga bahwa seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, pendidikan dan segala pengalaman tersebut berpengaruh besar pada tumbuhnya budi pekerti.
Komentar