PROGRAM MANAJERIAL SEKOLAH

      1.  Program Sekolah  


     Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018 lampiran II tetang  
     Pemenuhan Beban Kerja Kepala sekolah menyebutkan bahwa salah satu rincian tugas  
     manajerial kepala sekolah adalah merencanakan program sekolah. Program sekolah   
     dapat diartikan sebagai proses perencanaan terhadap semua hal yang berhubungan  
     dengan penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah untuk mencapai tujuan secara  
     efektif dan efisien.    
     Perencanaan  Program  Sekolah  disesuaikan dengan  kondisi  sekolah,  potensi daerah  
     sekitar,  kondisi sosial budaya masyarakat sekitar, dan juga kebutuhan peserta didik.  
     Dengan  demikian,  perencaan  program  sekolah  tidak  boleh  menyimpang  dan  harus  
     relevan dengan visi, misi, serta tujuan penyelenggaran pendidikan pada sekolah yang  
     bersangkutan.  Perencanaan  Program  sekolah  yang  disusun  oleh  kepala  sekolah  
     dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah RKS).  

        a.  Konsep Rencana Kerja Sekolah  



     Peraturan   Menteri   Pendidikan   dan   Kebudayaan   Nomor   6   Tahun   2018   tentang  
     Penugasan  Guru  Sebagai  Kepala  Sekolah  menyebutkan  bahwa  beban  kerja  kepala  
     sekolah  sepenuhnya  untuk  melaksanakan  tugas  pokok  manajerial,  pengembangan  
     kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan. Sebagai salah satu  
     tugas pokok kepala sekolah adalah melakukan pengelolaan sekolah.  


     Rencana Kerja Sekolah (RKS) merupakan sebuah proses perencanaan atas semua hal  
     dengan baik dan teliti untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan tujuan agar sekolah  
     dapat  menyesuaikan  dengan  kekhasan,  kondisi  dan  potensi  daerah,  sosial  budaya  
     masyarakat,  potensi  sekolah  dan  kebutuhan  peserta  didik.  RKS  (Rencana  Kerja  
     Sekolah) disusun sebagai pedoman kerja dalam pengembangan sekolah, dasar untuk  
     melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah, dan sebagai  
     bahan acuan untuk mengidentifikasi serta mengajukan sumber daya yang diperlukan.  


     Rencana  pengembangan  sekolah  ini dimaksudkan agar  dapat  dipergunakan  sebagai  
     kerangka acuan oleh kepala sekolah dalam mengambil kebijakan, disamping itu sebagai  
     pedoman  dalam  mencapai  keberhasilan  pelaksanaan  progam  belajar  mengajar  dan  
     administrasi sekolah yang lain, agar pengelola sekolah tidak menyimpang dari prinsip- 
     prinsip  manajemen.  Keberhasilan  perencanaan  ini  menuntut  peran  serta  aktif  dari  
     seluruh  warga  sekolah  dan  dukungan  dari  warga  masyarakat.  Seluruh  komponen  
     sekolah harus mempunyai persepsi yang sama terhadap visi dan misi sehingga seluruh  
     progam  yang  dijalankan  oleh  sekolah  tidak  menyimpang  dari  visi  dan  misi  tersebut  
     (Dewantoro, 2016).  


     Salah satu aktivitas atau tahapan penting dalam kegiatan manajemen adalah menyusun  
     perencanaan. Perencanaan adalah langkah atau tahapan yang sangat penting dalam  
     manajemen.  Menurut  Garth  N.  Jone  (2007),  perencanaan  yaitu  pemikiran  rasional  
     berdasarkan   fakta-fakta   dan   atau   perkiraan   yang   mendekati   (estimate)   sebagai  
     persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian. Sedangkan menurut Terry  
     (2015), perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta  
menggunakan        asumsi-asumsi      yang    berkaitan    dengan      masa    datang     dengan  
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan  
untuk  mencapai  suatu  hasil  tertentu.  Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  
perencanaan  adalah  pengambilan  keputusan  secara  rasional  dan  sistematis  untuk  
menentukan tindakan yang dianggap tepat sebagai upaya mencapai tujuan.  


Pentingnya   fungsi   perencanaan   dalam   pengelolaan   sekolah   dapat   dilihat   dalam  
Peraturan   Menteri   Pendidikan   Nasional   Nomor   19   Tahun   2007   tentang  Standar  
Pengelolaan. Setiap sekolah pada semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA, SMK),  
bahwa sekolah harus membuat, sebagai berikut:  


1)   Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang menggambarkan tujuan yang akan  
     dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin  
     dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan.  
2)   Rencana  Kerja  Tahunan  (RKT)  yang  dinyatakan  dalam  Rencana  Kegiatan  dan  
     Anggaran Sekolah (RKAS) yang dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka  
     Menengah (RKJM).  


RKJM adalah rencana kerja yang berisi tujuan, program, kegiatan, dan estimasi sumber  
daya  untuk  jangka  waktu  4  (empat)  tahun.  Sedangkan  RKT  adalah  program  jangka  
pendek atau tahunan sebagai jabaran atau operasionalisasi RKJM.  


RKS disusun dengan tujuan:  
1)   menjamin agar tujuan sekolah yang telah dirumuskan dapat dicapai dengan tingkat  
     kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil;  
2)   memberikan arah kerja yang jelas tentang pengembangan sekolah;  
3)   acuan  dalam  mengidentifikasi  dan  mengajukan  sumberdaya  pendidikan  yang  
     diperlukan dalam pengembangan sekolah;  
4)   menjamin     keterkaitan    dan   konsistensi    dalam    perencanaan,      penganggaran,  
     pelaksanaan dan pengawasan;  
5)   mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat; dan  
6)   menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan  
     dan berkesinambungan.  
RKS disusun bersama antara kepala sekolah dengan seluruh pemangku kepentingan  
dan warga sekolah. Adapun RKS berfungsi sebagai:  


1)   Legitimasi  


RKS  disahkan  oleh  pihak-pihak  yang  berwenang  yang  menjadi  dasar  dan  legitimasi  
sekolah untuk menjalankan seluruh progrm dan kegiatan. RKS dapat dikatakan sebagai  
dokumen perencanaan yang menjadi landasan bagi warga sekolah untuk menjalankan  
seluruh aktivitas sekolah.  


2)   Pengarah  


RKS akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara lebih terkoordinasi  
dan terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Sekolah yang tidak menyusun RKS sangat  
mungkin   mengalami   konflik   kepentingan,   pemborosan   sumberdaya,   dan   ketidak  
berhasilan  dalam  pencapaian  tujuan  karena  bagian-bagian  dari  organisasi  bekerja  
secara sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas dan terarah.  

3)   Minimalisasi ketidakpastian  


Pada dasarnya segala sesuatu di dunia ini akan mengalami perubahan. Tidak ada yang  
tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan seringkali sesuai dengan apa  
yang  kita  perkirakan,  akan  tetapi  tidak  jarang  pula  di  luar  perkiraan  kita  sehingga  
menimbulkan  ketidakpastian.  Ketidakpastian  inilah  yang  coba  diminimalkan  melalui  
penyusunan RKS.  


4)   Minimalisasi pemborosan sumberdaya  


RKS juga berfungsi untuk meminimalisasikan pemborosan sumberdaya. RKS disusun  
dengan baik akan memberikan gambaran tentang jumlah sumberdaya yang dilperlukan,  
bagaimana cara penggunaannya, dan untuk pengunaan apa saja sumberdaya tersebut  
dimanfaatkan     dapat    diestimasi   sebelum    kegiatan    dijalankan.   Dengan    demikian  
pemborosan yang terkait dengan pengunaan sumberdaya yang dimiliki sekolah akan  
diminimalkan sehingga tingkat efisiensi menjadi meningkat.  


5)   Penetapan standar kualitas  


RKS berfungsi sebagai penetapan kualitas yang harus dicapai oleh sekolah dan diawasi  
pelaksanaannya  dalam  fungsi  pengawasan  manajemen.  Dalam  proses  pengawasan,  
manajemen sekolah membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan realisasi  
di lapangan. Selain itu juga membandingkan antara standar yang ingin dicapai dengan  
kenyataan  di  lapangan,  mengevaluasi  penyimpangan-penyimpangan  yang  mungkin  
terjadi  hingga  dapat  diambil  tindakan  yang  diangap  perlu  untuk  memperbaiki  kinerja  
sekolah.  


   b.  Prosedur Penyusunan Rencana Kerja Sekolah  



Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 menempatkan penyusun  
program kerja atau RKS sebagai tahap awal dari seluruh aktivitas manajemen sekolah  
yang didahului dengan penenetapan visi, misi, dan tujuan sekolah. Peraturan tersebut  
juga  mengamanatkan  dilakukannya  Evaluasi  Diri  Sekolah  (EDS)  sebagai  salah  satu  
dasar penyusunan program. Selain peraturan tentang Standar Pengelolaan, pemerintah  
juga  menerbitkan  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  (Permendikbud)  
Nomor  28  tahun  2016  tentang  Sistem  Penjaminan  Mutu  Pendidikan  (SPMP)  yang  
memuat tentang penyusunan RKS dikaitkan dengan peningkatan dan penjaminan mutu  
sekolah. Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 menyatakan tugas satuan pendidikan  
adalah:  


1)   Membuat perencanaan mutu yang dituangkan dalam RKS.  
2)   Melaksanakan   pemenuhan   mutu,   baik   dalam  pengelolaan   satuan  pendidikan  
     maupun proses pembelajaran.  
3)   Membentuk tim penjaminan mutu pada satuan pendidikan.  
4)   Mengelola data mutu satuan pendidikan.  
Prosedur penyusunan RKS adalah sebagai berikut:  


1)   Penyusunan  RKS  diawali  dengan  pelaksanaan  Evaluasi  Diri  Sekolah  (EDS).  
     Pelaksanaan EDS menggunakan instrumen yang diturunkan dari regulasi tentang  
     Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dari EDS dihasilkan peta mutu sekolah yang  
     menggambarkan kondisi sekolah yang merupakan capaian SNP sekolah. Peta mutu  
     sekolah  juga  bisa  dilihat  dari  rapor  mutu  sekolah.  Yang  perlu  dicermati  dengan  
     penggunaan  rapor  mutu  sekolah  adalah  proses  pengisian  instrumen  dan  proses  
     entri  instrumen  Pemetaan  Mutu  Pendidikan  (PMP)  di  satuan  pendidikan. Apabila  
     proses pengisian dilakukan dengan baik, maka rapor mutu dapat menggambarkan  
     kondisi  sekolah saat  instrumen  tersebut diisi  dan  dientri  ke dalam  aplikasi  PMP.  
     Apabila ada keraguan tentang rapor mutu sekolah maka diperlukan validasi data  
     yang ada di rapor mutu sekolah tersebut. Rapor mutu sekolah dapat diunduh pada  
     alamat   http://pmp.dikdasmen.kemdikbud   .go.id/raporNG/index.php   atau   alamat  
     laman   sesuai   dengan   kebijakan   Direktorat   Jenderal   Pendidikan   Dasar   dan  
     Menengah Kementerian Pendidikan Nasional. Peta mutu sekolah merupakan data  
     awal yang menjadi salah satu pertimbangan penting dalam penyusunan RKS.  


2)   Dari  hasil  EDS  kemungkinan  diperoleh berbagai  kekurangan atau  masalah  pada  
     masing-masing standar. Dari kekurangan atau masalah akan dibuat rekomendasi  
     untuk  perbaikan.  Mengingat  keterbatasan  sumberdaya,  kumpulan  rekomendasi  
     yang  jumlahnya  cukup  banyak  kemudian  dipilih  dengan  menggunakan  skala  
     prioritas.  Kajian  rapor  mutu  atau  hasil  EDS  adalah  temuan  atau  masalah  pada  
     Standar Kompentensi Lulusan (SKL) sebagai muara dari seluruh aktivitas sekolah.  
     Kekurangan atau masalah pada SKL harus dianalisis untuk dicari akar masalahnya,  
     dan ada kemungkian berhimpitan dengan masalah pada standar yang lain. Dengan  
     demikian, program kerja dan kegiatan yang disusun dan dimuat dalam RKS adalah  
     hal-hal  penting  yang  mempunyai  dampak  signifikan  terhadap  peningkatan  mutu  
     sekolah.  


3)   Dalam rangka penjaminan mutu, selama proses pelaksanaan program dan kegiatan  
     dilakukan monitoring secara internal oleh satuan pendidkan. Selain itu pada akhir  
     periode dilakukan evaluasi kegiatan dan hasilnya dibuat laporan sebagai salah satu  
     bentuk akuntabilitas manajemen penyelenggaraan sekolah. Hasil evaluasi kegiatan  
     digunakan  sebagai  peta  mutu  sekolah  berikutnya,  dan  hasil  tersebut  digunakan  
     sebagai dasar penentuan standar kinerja, dan selanjutnya digunakan sebagai dasar  
     untuk menyusun rencana kerja berikutnya.  


Rencana Kerja Tahunan memuat ketentuan yang ada di sekolah dengan jelas mengenai:  


1)   kesiswaan;  
2)   kurikulum dan kegiatan pembelajaran;  
3)   pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;  
4)   sarana dan prasarana;  
5)   keuangan dan pembiayaan;  
6)   budaya dan lingkungan sekolah;  
7)   peran serta masyarakat dan kemitraan; dan  
8)   rencana-rencana      kerja   lain   yang    mengarah     kepada     peningkatan     dan  
     pengembangan mutu.  
Dalam  mengembangkan  Rencana  Kerja  Sekolah  yang  digunakan  sebagai  pedoman  
pengelolaan sekolah perlu mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah, serta ditnjau  
dan  dirumuskan  kembali  secara  berkala  sesuai  dengan  perkembangan  masyarakat.  
Pedoman pengelolaan sekolah meliputi:  

1)    kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);  
2)    kalender pendidikan/akademik;  
3)    struktur organisasi sekolah;  
4)    pembagian tugas di antara guru;  
5)    pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;  
6)    peraturan akademik;  
7)    tata tertib sekolah;  
8)    kode etik sekolah; dan  
9)    biaya operasional sekolah.  


Pedoman pengelolaan sekolah perlu dievaluasi dalam skala tahunan untuk pengelolaan  
KTSP,  kalender  pendidikan,  pembagian  tugas  antarpendidik,  dan  pembagian  tugas  
antaratenaga kependidikan. Sementara untuk lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan.  


    c.  Menganalisis Target Capaian dan Menelaah Rencana Kerja Sekolah                                        

Pengembangan Rencana Kerja Sekolah (RKS) dilakukan setelah sekolah memetakan  
dan  menyusun  program  prioritas  dalam  pemenuhan  8  Standar  Nasional  Pendidikan  
(SNP) dalam kurun waktu 4 tahun yang dijabarkan dalam program tahunan. Pemenuhan  
8   SNP   memerlukan   strategi   pencapaian   standar   pengelolaan   pendidikan.   Pada  
hakikatnya, strategi pencapaian standar pengelolaan pendidikan merupakan cara dan  
upaya  untuk  mengubah  pengelolaan  pendidikan  saat  ini  menuju  Sekolah  Standar  
Nasional yang diharapkan masa datang berdasarkan kesenjangan yang ada. Strategi  
pencapaian  yang  dimaksud  adalah  ilmu  dan  seni  untuk  memanfaatkan  faktor-faktor  
lingkungan  eksternal  secara  terpadu  dengan  faktor-faktor  lingkungan  internal  untuk  
mencapai tujuan lembaga.  

Kepala  sekolah  sebagai  manajer  sekolah  mampu  menentukan  target  capaian  dan  
tonggak  keberhasilan  dalam  melaksanakan  RKS,  baik  dalam  Rencana  Kerja  Jangka  
Menengah (RKJM) 4 tahun maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT) 1 tahun sehingga  
pelaksanaan  perencanaan  program  lebih  operasional  dan  terukur  pencapaiannya.  
Secara konkret, kepala sekolah menentukan tujuan atau sasaran 1 tahunan dan 4 tahun  
ke    depan   dalam   program           RKJM       dan    RKAS,       sekaligus     merumuskan          tonggak  
keberhasilan  dan  output  yang  akan  dihasilkan,  baik  yang  bersifat  kuantitatif  maupun  
kualitatif dan strategi pencapaiannya.  

    d. Pengembangan Dokumen Rencana Kerja Sekolah  


Rencana Kerja Sekolah (RKS) adalah dokumen penting yang digunakan sebagai salah  
satu pedoman sekolah. Oleh karena itu, RKS harus memuat hal-hal penting yang dapat  
memberikan   gambaran              secara     menyeluruh        terhadap      kebutuhan       pengembangan  
sekolah.  Sekolah dapat  menetapkan  standar  mutu baru  di atas SNP apabila  seluruh  
standar dalam SNP telah terpenuhi. Acuan utama RKS adalah pengembangan sekolah  
berdasarkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan. Sebagaimana diuraikan tersebut,  
RKS berupa RKJM dan RKT. RKJM yang baik minimal memenuhi komponen sebagai  
berikut:  


1)    Analisis lingkungan strategis  
2)    Analisis kondisi saat Ini dilihat dari keterlaksanaan SNP  
3)    Analisis pendidikan 4 tahun mendatang  
4)    Visi dan misi sekolah  
5)    Tujuan sekolah 4 (empat) tahun mendatang  
6)    Identifikasi tantangan nyata (kesenjangan kondisi antara kondisi saat ini terhadap  
      kondisi pendidikan 4 tahun mendatang)  
7)    Program strategis  
8)    Rencana kerja yang mencakup 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, meliputi  
      program,  kegiatan,  indikator  keberhasilan  atau  hasil  yang  diharapkan,  waktu  
      pelaksanaan, kebutuhan pembiayaan, penanggungjawab atau pelaksana.  
9)    Jadwal kegiatan monitoring dan supervisi.  


Komponen  RKT  hampir  sama  dengan  RKJM,  hanya  sedikit  berbeda.  RKT  tidak  
mencantumkan komponen 3 (analisis pendidikan 4 tahun mendatang) dan komponen 5  
(tujuan sekolah tahun mendatang).  


Contoh sistematika RKJM sebagai berikut:  


  
 Bab I Pendahuluan   
           a. Latar Belakang   
           b. Landasan Hukum   
           c. Tujuan   
           d. Manfaat   
           e. Ruang Lingkup RKJM   

  
 Bab II Profil Sekolah   
           Memuat visi, misi, tujuan sekolah, dan data-data penting sekolah.   
   
Contoh sistematika RKT sebagai jabaran dari RKJM sebagai berikut:  
 Bab III Proses Penysusunan RKJM   
           Menguraikan rekomendasi hasil EDS atau hasil analisis lainnya dan proses  
  
           penetapan skala prioritas.   
   
  
 Bab IV Rencana Kerja 4 tahun   
           Menguraikan  rencana  kerja  empat  tahun  secara  komprehensif.  Biasanya  
           dibuat     dalam       bentuk      matriks,     memuat        program,        kegiatan,      indikator  
           keberhasilan  atau  hasil  yang  diharapkan,  waktu  pelaksanaan,  kebutuhan  


           pembiayaan, penanggungjawab atau pelaksana.   
  
   
 Bab V Penutup   
           Berisi tujuan, harapan, kebermanfaatan RKJM, rencana pengembangan dan  
           rekomendasi.   
   
Contoh RKT:  


 Bab I Pendahuluan  


           a. Latar Belakang  
  
           b. Landasan Hukum  
           c. Tujuan  
           d. Manfaat  
           e. Ruang Lingkup RKT  
   
 Bab II Profil Sekolah  


           Memuat visi, misi, tujuan sekolah, dan data penting sekolah lainnya.  
  
   
 Bab III Rencana Kerja tahun berjalan  
           Menguraikan  rencana  kerja  satu  tahun,  mencakup  seluruh  standar  dalam  
           SNP.  Biasanya  dibuat  dalam  bentuk  matriks,  berisi  program,  kegiatan,  


           indikator  keberhasilan  atau  hasil  yang  diharapkan,  waktu  pelaksanaan,  
  
           kebutuhan pembiayaan, penanggung jawab atau pelaksana.  
   
  
 Bab IV Penutup  
           Berisi tujuan, harapan, kebermanfaatan RKT, rencana pengembangan dan  
           rekomendasi.  
  

2.  Pengelolaan SNP  



 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan  
 Nasional    pada    Pasal   3   menyatakan      bahwa,    “pendidikan    nasional   berfungsi  
 mengembangkan  kemampuan  dan  membentuk  watak  serta  peradaban  bangsa  yang  
 bermartabat    dalam    rangka    mencerdaskan      kehidupan    bangsa,    bertujuan   untuk  
 berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa  
 kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri,  
 dan  menjadi  warga  Negara  yang  demokratis  serta  bertanggung  jawab  (Departemen  
 Pendidikan Nasional, 2003).   


 Dalam konteks pendidikan nasional diperlukan standar yang harus dicapai dalam kurun  
 waktu tertentu dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Langkah-langkah strategis  
 dapat dicapai melalui berbagai kegiatan di dalam proses pendidikan. Apabila tidak ada  
 patokan  yang  dijadikan  pedoman  sudah  barang  tentu  akan  terjadi  kekacauan  dalam  
 pendidikan karena tidak mempunyai arah.   


 Fungsi  Standar  Nasional  pendidikan  adalah  a)  mengukur  kualitas  pendidikan,  b)  
 pemetaan  masalah  pendidikan,  c)  penyusunan  strategi  dan  rencana  pengembangan  
 sesudah  diperoleh  data  dari  evaluasi  belajar  secara  nasional  seperti  ujian  nasional.  
 Standar  Nasional  Pendidikan  memiliki  fungsi  sebagai  dasar  dalam  perencanaan,  
 pelaksanaan,  dan  pengawasan  pendidikan  dalam  rangka  mewujudkan  pendidikan  
 nasional yang bermutu, dan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam  
 rangka  mencerdaskan  kehidupan  bangsa  dan  membentuk  watak  serta  peradaban  
 bangsa  yang  bermartabat.  Artinya,  standar  pendidikan  merupakan  fondasi  dalam  
 membangun pendidikan Indonesia untuk mencapai mutu pendidikan Indonesia.   


 Kebijakan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola pendidikan adalah  
 Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  19  Tahun  2005  tentang  Standar  
 Nasional  Pendidikan  (Departemen  Pendidikan  Nasional,  2003).  Pasal  4  dalam  PP  
 tersebut  menyatakan,  bahwa  standar  nasional  pendidikan  merupakan  sarana  untuk  
 menjamin mutu pelayanan pendidikan. Delapan Standar Nasional Pendidikan (8 SNP)  
 meliputi: 1) Standar Isi; 2) Standar Proses; 3) Standar Kompetensi Lulusan; 4) Standar  
 Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 5) Standar Sarana dan Prasarana; 6)  
 Standar Pengelolaan; 7) Standar Pembiayaan; dan 8) Standar Penilaian (Kemendikbud,  
 2012:  12).  Dengan  adanya  standar  nasional  tersebut  maka  arah  peningkatan  mutu  
 pendidikan Indonesia menjadi lebih jelas. Bila setiap satuan pendidikan telah mencapai  
 atau melebihi standar nasional pendidikan tersebut, maka diharapkan mutu pendidikan  
 akan tercapai.  


    a.  Pengertian Standar Nasional Pendidikan  



 Undang-Undang       Nomor    20   Tahun    2003    tentang   Sistem    Pendidikan    Nasional  
 menyatakan   bahwa   Sistem   Pendidikan   Nasional   adalah   keseluruhan   komponen  
 pendiidkan  yang  saling  terkait  secara  terpadu  untuk  mencapai  tujuan  pendidikan  
 nasional,   yaitu  untuk   mengembangkan        kemampuan,      serta   meningkatkan     mutu  
 kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan di  
 dalam  Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  13  Tahun  2015  tentang  
 Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar  
Nasional  Pendidikan,  pasal  1  dijelaskan  bahwa  Standar  Nasional  Pendidikan  adalah  
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan  
Republik Indonesia.  


Dalam  rangka  penjaminan  dan  peningkatan  mutu  pendidikan,  maka  semua  fungsi  
manajemen pendidikan dijalankan semaksimal mungkin agar dapat memberikan layanan  
yang sesuai atau melebihi Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan BSNP. Namun  
pada kenyatannya, tidak semua satuan pendidikan  di semua jenjang dan pihak-pihak  
pengambil keputusan, dapat memahami dan memiliki komitmen dalam memenuhi SNP  
tersebut.   


    b.  Pengelolaan Standar Kompetensi Lulusan  



Standar  Kompetensi  Lulusan  (SKL)  adalah  kriteria  mengenai  kualifikasi  kemampuan  
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan sebagai  
acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,  
standar  pendidik  dan  tenaga  kependidikan,  standar  sarana  dan  prasarana,  standar  
pengelolaan, dan standar pembiayaan.  


SKL  terdiri  atas  kriteria  kualifikasi  kemampuan  peserta  didik  yang  diharapkan  dapat  
dicapai  setelah  menyelesaikan  masa  belajarnya  di  satuan  pendidikan  pada  jenjang  
pendidikan  dasar  dan  menengah.  Untuk  mengetahui  ketercapaian  dan  kesesuaian  
antara  SKL  dan  lulusan  dari  masing-masing  satuan  pendidikan  dan  kurikulum  yang  
digunakan  pada  satuan  pendidikan  tertentu  perlu  dilakukan  monitoring  dan  evaluasi  
secara  berkala  dan  berkelanjutan  dalam  setiap  periode.  Hasil  yang  diperoleh  dari  
monitoring  dan  evaluasi  digunakan  sebagai  bahan  masukan  bagi  penyempurnaan  
Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.  

Pemenuhan   kompetensi   lulusan   pada   peserta   didik   terutama   dalam   kompetensi  
sikap/karakter dan keterampilan memerlukan inovasi.  


Contoh inovasi pengembangan sikap,karakter dan keterampilan antara lain.   


1)   Pengembangan Sikap dan Karakter Peduli Lingkungan   


2)   Beberapa inovasi  kegiatan kepedulian lingkungan yang dapat diterapkan di satuan  
     pendidikan  misalnya,  kerja  bakti,  penanaman  pohon,  dan  pemilahan  sampah.  
     Kepala  satuan  pendidikan  dan  pendidik  harus  terlibat  dalam  kegiatan  peduli  
     lingkungan, agar menjadi teladan pada peserta didik.  


3)   Pengembangan Sikap dan Karakter Kepemimpinan  


4)   Kegiatan  inovasi  pengembangan  sikap  karakter  kepemimpinan  dapat  dilakukan  
     dalam kegiatan seharihari di satuan pendidikan misalnya, upacara setiap hari Senin,  
     setiap kelas terdapat ketua kelas, baris sebelum masuk kelas.  


5)   Pengembangan Sikap dan Karakter Sopan Santun  


6)   Penanaman  sikap  dan  karakter  sopan  santun  dapat  dilakukan  dengan  inovasi  
     pembiasaan  di  satuan  pendidikan,  misalnya,  wajib  salim  kepada  pendidik  saat  
     masuk kelas dan bertegur sapa saat bertemu teman atau pendidik.  


Pemenuhan  kompetensi  pengetahuan  dan  keterampilan  dilakukan  melalui  proses  
pembelajaran baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.  


   c.  Pengelolaan Standar Isi  



Standar Isi merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat  kompetensi  
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar  
Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis  
pendidikan tertentu.  


Ruang  lingkup  materi  dirumuskan berdasarkan  kriteria  muatan  wajib  yang  ditetapkan  
sesuai  ketentuan  peraturan perundang-undangan,  konsep  keilmuan, dan  karakteristik  
satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan  
berdasarkan   kriteria   tingkat   perkembangan   peserta   didik,   kualifikasi   kompetensi  
Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.  


Secara umum, Standar Isi mencakup sasaran (goal) yang mencakup segala sesuatu  
yang  terdiri  dari  berbagai  aspek  yang akan dicapai  dan  menjadi pengalaman belajar  
peserta didik. Hal  ini sejalan dengan Urdan dalam Ku dan Soulier (2009: 651) bahwa  
“goals  are  generally  defined  as  performance  objectives,  or  what  learners  want  to  
achieve”. Artinya, tujuan digambarkan secara umum sebagai sasaran hasil atau hal yang  
ingin dicapai siswa. Selain sasaran, Kriedl (2010: 227) menambahkan bahwa “curriculum  
purposes  typically  include  the  goals,  aims,  and  objectives  an  educational  program”.  
Artinya  tujuan  kurikulum  pada  dasarnya  terdiri  dari  sasaran,  tujuan  dan  program  
pendidikan yang objektif. Sasaran pada kurikulum 2013 dituangkan dalam SKL, tujuan  
dituangkan dalam Standar Isi yang merupakan turunan dari SKL terdiri KI dan KD, dan  
program  pendidikan  yang  objektif  dituangkan  dalam  Standar  Proses  dan  Standar  
Penilaian.  

   d.  Pengelolaan Standar Proses  



Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan  
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.  
Standar  ini  berkaitan  dengan  kriteria  minimal  mengenai  perencanaan  pembelajaran,  
pelaksanaan  pembelajaran,  penilaian  pembelajaran,  dan  pengawasan  pembelajaran  
pada  satuan  pendidikan  menengah  kejuruan  untuk  mencapai  kompetensi  lulusan.  
Pelaksanaan   dan   pencapaian   standar   proses   diselenggarakan   secara   interaktif,  
inspiratif,  menyenangkan,  partisipatif  dengan  berdasarkan  pada  standar  kompetensi  
lulusan.  


Sasaran  pembelajaran  mencakup  pengembangan  ranah  sikap,  pengetahuan,  dan  
keterampilan.      Kurikulum       nasional     menerapkan         pembelajaran       berbasis  
penyingkapan/penelitian  (discovery/inquiry  learning)  untuk   memperkuat  pendekatan  
ilmiah dan tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran). Proses pembelajaran dengan  
pendekatan   ilmiah   merupakan   pembelajaran   yang   memadukan   antara   komponen  
pengetahuan,  keterampilan  dan  sikap  peserta  didik.  Semua  kegiatan  pembelajaran  
melibatkan    peserta   didik   secara   aktif  sehingga    tidak  ada   pembelajaran     yang  
membosankan  yang  hanya  terfokus  pada  pendidik.  Peserta  didik  diberi  kebebasan  
dalam  
mengkonstruksikan  pemikiran,  pengembangan  konsep  dan  temuan.  Peserta  didik  
dibiasakan mengatur dirinya untuk mendapatkan fakta-fakta yang terjadi. Pendidik hanya  
sebagai  fasilitator,  waktu  belajar  didominasi  oleh  peserta  didik,  pendidik  mendorong  
peserta   didik   untuk   aktif,  bertanggung    jawab   dalam    proses-proses     penemuan  
pembelajaran mereka sendiri.  


   e.  Pengelolaan Standar Penilaian  



Standar penilaian ini berkaitan dengan segala macam mekanisme, prosedur, instrumen  
penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Pada jenjang pendidikan dasar  
dan menengah, penilaian pendidikan terdiri dari: penilaian hasil belajar oleh pendidik,  
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan (sekolah), dan penilaian hasil belajar oleh  
pemerintah.  


Penilaian pembelanjaran dilakukan terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Contoh  
evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan dengan cara:  


1)   Proses Pembelajaran  


     •  Evaluasi terhadap penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang  
        telah dilakukan oleh pendidik, contohnya apakah: 1) muatan lokal/nasional/global  
        telah terintegrasi  ke dalam tema/mata  pelajaran yang akan  dibahas  dan  telah  
        tertuang   dalam   RPP;   2)   pendidik   menuliskan   model   pembelajaran   yang  
        digunakan.  


     •  Evaluasi  terhadap  proses  pembelajaran  oleh  pendidik,  yaitu:  1)  bagaimana  
        pendidik  menjalankan  proses  pembelajaran  yang  mengintegrasikan  muatan  
        lokal/nasional/global  dalam  setiap  kegiatan  pembelajaran;  2)  apakah  pendidik  
        dapat menjalankan fungsinya sebagai fasilitator; 3) bagaimana suasana belajar  

----------------------- Page 13-----------------------
        yang dijalankan, antusiasme dan aktivitas peserta didik; 4) apakah pendekatan  
        saintifik berjalan dengan baik.  


 2)  Evaluasi   hasil   belajar   dilakukan   dengan   mengukur   sikap,   pengetahuan   dan  
     keterampilan peserta didik setelah proses pembelajaran selesai dilakukan.  


    f.  Pengelolaan Standar Pembiayaan  


 Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pendidikan perlu diatur berdasarkan standar  
 tertentu. Standar Pembiayaan merupakan aturan yang merinci komponen dan besarnya  
 biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku dalam kurun satu tahun. Standar biaya  
 tersebut terbagi menjadi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.  

    g.  Pengelolaan Standar Pengelolaan  


 Standar  terakhir  yang  diatur  dalam  peraturan  pemerintah  adalah  berkaitan  dengan  
 pengelolaan. Standar pengelolaan tersebut mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan  
 pengawasan  kegiatan  pendidikan  secara  efektif  dan  efesien,  pada  tingkat  satuan  
 pendidikan, kabupaten/kota, provinsi hingga pengelolaan tingkat nasional.  


3.  Pengawasan dan Evaluasi  



 Menurut  PP  No.  19  tahun  2017,  menyebutkan  bahwa  beban  kerja  Kepala  Sekolah  
 sepenuhnya      untuk   melaksanakan       tugas   pokok     manejerial,   pengembangan  
 kewirausahaan  dan  supervisi  kepada  Guru  dan  Tenaga  Kependidikan.  Salah  satu  
 bagian dari fungsi manajerial adalah kontrol atau pengendalian. Fungsi ini sering disebut  
 Pengawasan dan Evaluasi (Monev). Monev terhadap program kegiatan sekolah sangat  
 penting bagi kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, serta upaya  
 peningkatan  kualitas  kinerja  sekolah.  Tanpa  Monev,  program  kegiatan  sekolah  yang  
 telah direncanakan dengan baik akan berjalan tidak terarah, sehingga prosesnya bisa  
 melenceng dan tujuannya tidak tercapai. Agar bisa melaksanakan Monev dengan baik,  
 kepala  sekolah  harus  memahami  konsep,  tahapan,  dan  fungsi  dari  setiap  tahapan  
 Monev  

    a.  Konsep Monitoring dan Evaluasi   



 Pengertian  Monitoring  dan  Evaluasi  (Monev)  adalah  dua  kata  yang  memiliki  aspek  
 kegiatan  yang  berbeda,  yaitu  kata  Monitoring  dan  Evaluasi.  Monitoring  merupakan  
 kegiatan  untuk  mengetahui  apakah  program  yang  telah  dibuat  berjalan  dengan  baik  
 sesuai dengan yang direncanakan, adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana para  
 pelaksana   program   itu   mengatasi   hambatan   tersebut.   Monitoring   terhadap   hasil  
 perencanaan yang sedang dilaksanakan menjadi alat pengendalian yang baik terhadap  
 seluruh proses implementasi. “Monitoring lebih menekankan pada pemantauan terhadap  
 proses  pelaksanaan”  (Departemen  Pendidikan  Nasional:  2001).  Evaluasi  merupakan  
 tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat  
 menggunakan  data  yang  disediakan  melalui  kegiatan  monitoring.  Evaluasi  diarahkan  
 untuk  mengendalikan  dan  mengontrol  ketercapaian  tujuan.  Evaluasi  berhubungan  
 dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu  
 kebijakan.  Istilah  evaluasi  ini  berdekatan  dengan  penafsiran,  pemberian  angka  dan  
 penilaian. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat?” (William  
N Dunn: 2000). Tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia  
data dasar untuk melakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi.  
Oleh karena itu, Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring.   


    b.  Tujuan Monitoring  



Monitoring Evaluasi bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program yang  
sedang berjalan, Kebutuhan bisa berupa biaya, waktu, personel, dan alat. Pelaksanaan  
program  akan  mengetahui  berapa  biaya  yang  dibutuhkan,  berapa  lama  waktu  yang  
tersedia untuk kegiatan tersebut Secara lebih terperinci monitoring bertujuan untuk :   


1)   mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;   
2)   memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program;   
3)   mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan;   
4)   memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan;   
5)   mendapatkan  informasi  tentang  adanya  kesulitan-kesulitan  dan  hambatan  
     hambatan    selama kegiatan;   
6)   memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;   
7)   memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai   


    c.   Tujuan Evaluasi  



Evaluasi  memiliki  tujuan  yang  berbeda  dengan monitoring.  Tujuan evaluasi  terhadap  
suatu program/kegiatan, seperti yang dijelaskan oleh Kirkpatrick (1994), adalah sebagai  
berikut   


1)   Untuk menilai keefektifan program Melalui evaluasi akan diperoleh informasi apakah  
     tujuan program telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya.   


2)   Untuk  menunjukkan  atau  melihat  dampak  Melalui  evaluasi  akan  bisa  kita  lihat  
     apakah program kegiatan berdampak pada kualitas sekolah.   


3)   Untuk  memperkuat  atau  meningkatkan  akuntabilitas  Melalui  laporan  evaluasi,  
     pemangku  kepentingan  mendapatkan  gambaran  jelas  bahwa  sumber  daya  telah  
     dimanfaatkan dengan tepat dan sesuai peruntukannya.   


4)   Untuk     medapatkan       masukan       terhadap     pengambilan       keputusan     Apakah  
     pelaksanaan program sekolah yang telah dilaksanakan sudah cukup baik, atau perlu  
     adanya inovasi dan revisi dalam pelaksanaan program sekolah tahun berikutnya.   


    d.  Manfaat Monitoring Evaluasi  


Secara singkat manfaat dari penerapan sistem monev dalam suatu program menurut  
Mulyono                  (2017)               adalah                sebagai                 berikut:  
Secara  singkat  manfaat  dari  penerapan  sistem  monev  dalam  suatu  program  adalah  
sebagai berikut:  


1)   Monev sebagai alat untuk mendukung perencanaan. Penerapan sistem Monev yang  
     disertai dengan pemilihan dan penggunaan indikator akan memperjelas tujuan serta  
     arah kegiatan untuk pencapaian tujuan tersebut. Pemilihan indikator program yang  
     melibatkan berbagai pihak secara partisipatif tidak saja berguna untuk mendapatkan  
     indikator yang tepat tetapi juga akan mendorong pemilik proyek dan berbagai pihak  
     yang berkepentingan untuk mendukung suksesnya program.  


2)   Monev sebagai alat untuk mengetahui kemajuan program. Adanya sistem Monev  
     yang   berfungsi   dengan   baik   memungkinkan   pelaksana   program   mengetahui  
     kemajuan  serta  hambatan  atau  hal-hal  yang  tidak  diduga  yang  secara  potensial  
     dapat  menghambat  jalannya  program  secara  dini.  Hal  terakhir  bermanfaat  bagi  
     pelaksana program untuk melakukan tindakan secara tepat waktu dalam mengatasi  
     masalah.  


3)   Monev   sebagai   alat  akuntabilitas   program   dan   advokasi. Monev  tidak  hanya  
     memantau  aktivitas  program  tetapi  juga  hasil  dari  aktivitas  tersebut.  Informasi  
     pemantauan  terhadap  luaran  dan  hasil  (output  dan  outcome)  program  yang  
     dipublikasikan dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan akan meningkatkan  
     akuntabilitas program.  


   e.  Prinsip Monitoring dan Evaluasi   


Sebagaimana  prinsip-prinsip  evaluasi  pada  umumnya,  pelaksanaan  Monitoring  dan  
Evaluasi program sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip berikut :   


1)   Terencana  


Pelaksanaan  monitoring    dan  evaluasi    dilakukan  berdasarkan  perencanaan  yang  
matang dan terjadwal.   


2)   Objektif:  


Monitoring  dan  Evaluasi  program  sekolah  harus  mengungkap  fakta  sesuai  dengan  
kenyataan yang ada,  dan  didasarkan pada standar/kriteria/pedoman/juknis/juklak yang  
ada.  


3)   Dapat  dipertanggungjawabkan:   


Pelaksanaan monitoring   dan   evaluasi   dilakukan   sesuai   dengan prosedur  dan    
metode   yang   tepat   sehingga   hasilnya  dapat dipertanggung jawabkan  


4)   Berkesinambungan:   


 Pelaksanaan   monitoring dan  evaluasi  dilakukan  secara  bertahap,  terus-menerus  
dan  berkelanjutan. Evaluasi  tidak hanya  dilakukan terhadap  hasil  yang  telah dicapai,  
tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan  


5)   Transparan   


Pelaksanaan   monitoring   dan   evaluasi dilaksanakan  secara  terbuka    dan  hasilnya   
dapat  di akses oleh berbagai pihak   


6)   Efektif  dan    efisien dalam  penggunaan  dana,  waktu, dan tenaga  


7)   Fungsional  


Hasil  Monitoring  dan  Evaluasi  program  sekolah  dikatakan  fungsional  apabila  dapat  
digunakan  untuk  memperbaiki  program  sekolah  yang  ada  pada  saat  itu.  Dengan  
  demikian Monitoring dan Evaluasi program sekolah benar benar memiliki nilai guna baik  
  secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsung adalah untuk perbaikan  
  apa yang dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsung adalah untuk penelitian atau  
  keperluan lainnya.   


     f.   Penyusunan   Program,   Instrumen,   dan   Sistem   Pelaksanaan   Monitoring  Evaluasi   



Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program Monitoring dan Evaluasi  
adalah:   


  1)   Program  dikembangkan  dari  aspek-aspek  Monitoring  dan  Evaluasi  yang  sesuai  
      dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).   


  2)   Menggunakan format program yang sudah diberikan.   


  3)   Kegiatan Monev biasanya dilakukan dalam 3 tahapan, yakni :   


      Tahap 1 Persiapan, meliputi kegiatan :   


        a)   Menetapkan tujuan kegiatan Monev.   
        b)   Membagi  tugas  dan  tanggung  jawab  tim  Monev,  serta  sumber  daya  yang      
             tersedia.   
        c)   Mengidentifikasi     dan     mengembangkan         instrumen/alat     Monev      yang  
             dibutuhkan.   
        d)   Berlatih menggunakan instrumen/alat Monev.   
        e)   Menyusun rencana kegiatan Monev   


      Tahap 2 Pelaksanaan Monev, meliputi kegiatan :   


        a)   Mengorganisasikan penggunaan intrumen/alat Monev .   
        b)   Mengumpulkan dan mendapatkan data.   
        c)   Berkoordinasi dan bekerjasama antaranggota tim Monev.   
        d)   Memonitor perkembangan kegiatan.   
        e)   Memodifikasi/melakukan penyesuaian Monev jika perlu.   
        f)   Mengidentifikasi isu/masalah yang penting, peluang, dan hasil.   
        g)   Mengadakan pertemuan tim Monev untuk mengevaluasi hasil Monev.   


       Tahap  3 Pelaporan, meliputi kegiatan :   


        a)   Berbagi  hasil  Monev  dengan  warga  sekolah  terkait  untuk  mendapatkan  
             masukan/umpan balik lebih lanjut dari mereka.   
        b)   Mendiskusikan  berbagai  kemungkinan  yang  bisa  dilakukan  warga  sekolah  
             untuk menindaklanjuti masukan/rekomendasi.   


     g.  Instrumen Monitoring dan Evaluasi   


  Instrumen  yang  dapat  digunakan  dalam  mengumpulkan  data  Monev  adalah  angket,  
  observasi, wawancara, dan dokumentasi.   


  1)  Angket   


  Ada dua jenis angket, yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup berisi  
  sejumlah  butir  pertanyaan  yang  menghendaki  jawaban  pendek,  dengan  alternatif  


jawaban 2 atau lebih. Alternatif berupa jawaban dalam bentuk YA atau TIDAK; a, b, c, d,  
e;  atau  1,  2,  3,  4  dan  seterusnya.  Alternatif  jawaban  menunjukan  skala  nominal  
sehingga angka-angka pada alternatif jawaban merupakan kode.   


Sedangkan angket terbuka biasa disebut angket tidak terbatas, karena menghendaki  
jawaban   bebas  dengan   menggunakan   kalimat   atau   kata-kata   responden   sendiri.  
Jawaban responden sangat bervariasi karena tidak ada aturan atau rambu-rambu dalam  
butir pertanyaan, sangat tergantung pada pendidikan dan pengalaman responden, dan  
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama daripada angket tertutup.   


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun angket :   


a)   Isi atau materi pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan ataupun pengetahuan  
     responden.   
b)   Pertanyaan atau pernyataan yang dituliskan harus menggunakan kata dan kalimat  
     yang mudah difahami responden.   
c)   Butir pertanyaan/pernyataan tidak terlalu banyak.   
d)   Kemasan instrumen menarik.   
e)   Tata letak pertanyaan/pernyataan.   


Pemberian skor pada alternatif jawaban dapat digunakan model pisah (model semantik),  
skala tipe Likert atau Thurstone.   


a)   Skala Likert   


Skala  Likert  paling  banyak  digunakan  daripada  yang  lain,  karena  dipandang  lebih  
sederhana  dan  relatif  lebih  mudah  membuatnya.  Rentangan  skala  dapat  bervariasi  
antara 4 sampai dengan 7, dapat ganjil atau genap. Pernyataan kata dalam skala mulai  
dari  sangat  setuju  (SS), Setuju  (S),  Netral  (N),  Tidak  Setuju  (TS), dan  Sangat  Tidak  
Setuju (STS),  diwujudkan dalam bentuk angka yang menyatakan urutan (order) dari atas  
ke bawah. Sehingga besar kecilnya akan menunjukan intensitas butir.   


b)   Skala Semantic Defferential   


Instrumen  jenis  ini  hampir  sama  dengan  skala  Likert,  dapat  dipergunakan  untuk  
mengumpulkan  informasi  tentang  sikap  seseorang  terhadap  suatu  kebijakan  yang  
diambil oleh pimpinan. Perbedaannya terletak pada alternatif jawaban pada setiap butir  
pertanyaan. Pada Skala Semantic Defferential, alternatif jawaban pada setiap butirnya  
diberikan  dengan  pertanyaan  yang  berbeda,  tergantung  pada  hal  yang  ditanyakan.  
Pernyataan  dua  kata  diletakkan  pada  sebelah  kiri  dan  kanan  skala,  yang  
menunjukan  ukuran  tertinggi  dan  terendah  dari  skala.  Sehingga  sistem  skala  
Semantic  disebut  juga  dengan  skala  bipolar.  Kelebihan  instrumen  jenis  Semantic  
Defferential dibanding dengan skala Likert adalah lebih adaptif terhadap responden dan  
mengurangi kejenuhan dari responden.   


Pengumpulan       data   dengan     angket   ini  memiliki    keuntungan     dan   kelemahan.  
Keuntungannya dapat menjangkau responden secara luas dan dalam jumlah banyak.  
Kelemahannya  hanya  dapat  menanyakan  permasalahan  yang  umum  saja  dan  tidak  
dapat  secara  mendalam.  Kadang-kadang  responden  juga  menjawab  tidak  sesuai  
dengan keadaannya, tetapi menjawab sesuai dengan norma-etika-aturan yang berlaku  
di masyarakat, misalnya jika ditanyakan tentang pelaksanaan kegiatan agama, perilaku  
seksual, pendapatan dan lain-lain, tentu akan menjawab yang baik-baik saja. Hal inilah  
yang dinamai dengan social desirability bias.   


2)   Observasi  


Pengamatan atau observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati secara  
langsung kejadian atau proses di lapangan. Jenis informasi yang diperoleh dapat berupa  
karakteristik  benda,  proses  interaksi  benda,  atau  perilaku  manusia  baik  interaksinya  
dengan benda/alat maupun interaksinya dengan manusia lain.   


Beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang observer:   


a)   Melakukan pengamatan secara terencana dan sistematis;   


b)   Mengetahui skenario aktivitas yang akan diamati;   


c)   Mengetahui hal-hal pokok yang perlu diperhatikan/difokuskan; dan   


d)   Membuat/menggunakan alat bantu berupa alat pencatat dan perekam.   


Dalam pengamatan, diperlukan alat untuk mencatan atau merekam peristiwa penting  
yang terjadi. Alat bantu yang dipakai dalam observasi antara lain: alat perekam, checklist,  
skala penilaian, dan kartu skor. Kelebihan dari metode ini adalah pelaksana Monev dapat  
mengamati secara langsung realitas yang terjadi, sehingga dapat memperoleh informasi  
yang  mendalam.  Namun  metode  ini  kurang  dapat  mengamati  suatu  fenomena  yang  
lingkupnya lebih luas, terkait dengan keterbatasan pengamat.   


3)   Wawancara   


Wawancara (interview) merupakan proses untuk memperoleh data dengan mengadakan  
tanya  jawab  antara  pelaksana  Monev  dengan  responden.  Dalam  wawancara,  ada  
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :   


a)   Membuat panduan wawancara agar pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan  
     kepada  responden  tidak  ada  yang  terlewatkan  atau  jika  berimprovisasi  tidak  
     melenceng terlalu jauh.   


b)   Memperhatikan situasi dan waktu yang tepat, disesuaikan dengan kesempatan yang  
     dimiliki  oleh  responden.  Penampilan  pewawancara  disesuaikan  dengan  keadaan  
     responden.   


c)   Pewawancara perlu bersikap netral terhadap semua jawaban.   


4)   Dokumentasi   


Dalam     kegiatan    Monev,     kadang-kadang      pelaksana     tidak   perlu    melakukan  
pengumpulan/penjaringan  data  secara  langsung  dari  responden.  Untuk  suatu  tujuan  
Monev tertentu, pelaksana Monev bisa menggunakan data sekunder. Data sekunder ini  
merupakan  data  yang  telah  ada,  atau  data  yang  telah  dikumpulkan  oleh  pelaksana  
Monev lain ataupun hal-hal yang telah dilakukan oleh orang lain. Cara mengumpulkan  
data semacam ini merupakan cara pengumpulan data dengan dokumentasi.   


     Kelebihan      metode       ini   dapat     menghemat         waktu     dan     biaya     yang     diperlukan.   
     Kekurangannya pelaksana Monev hanya dapat memperoleh data yang telah ada dan  
    terbatas pada apa yang telah dikumpulkan. Kadang-kadang untuk dapat memperoleh  
    datanya terhambat oleh sistem birokrasi   


        h.   Sistem Pelaksanaan Monev   


     Monev  lebih  dari  sekadar  membuat  instrumen,  mengambil  data  dan  melaporkannya,  
    tetapi   menyangkut   sebuah   sistem   yang   bekerja   menurut   tatanan   tertentu   yang  
    disepakati. Ada  beberapa  macam  model  sistem pelaksanaan  yang dapat  diterapkan.  
  
  

        i.   Pelaporan Kegiatan dan Tindak Lanjut Monev   


     1)   Pelaporan Kegiatan Monev  


     Pada tahap ini kepala sekolah menyusun laporan tertulis yang berisi data dan informasi  
    tentang hasil Monev sebagai dokumen yang akan digunakan untuk memperbaiki kinerja  
    sekolah  di  masa  yang  akan  datang.  Laporan  disusun  dengan  format  yang  telah  
    ditetapkan.      Laporan       Monev      menggambarkan           secara      ringkas     tapi   komprehensif  bagaimana program kegiatan sekolah/madrasah telah dilaksanakan.   


     Format   laporan   Monev   selalu   berkembang.   Perkembangan   itu   bertujuan   untuk  
     menentukan bagian mana yang harus dilaporkan dan bagaimana pelaporannya. Laporan  
    yang disusun memuat proses dan hasil pelaksanaan kegiatan Monev. Di samping itu,  
     laporan berisi temuan-temuan, simpulan dan rekomendasi. Rekomendasi hasil Monev  
    disusun   berdasarkan   hasil   analisis   dan   temuan-temuan.   Substansi                       rekomendasi  
    difokuskan  pada  upaya  perbaikan  dan  pemecahan  masalah  yang  ditemukan  dalam  
     Monitoring  dan  Evaluasi.  Formulasi  rekomendasi  seyogyanya  disusun  dalam  bentuk  
     program       tindak     lanjut.    Laporan       Monev       dibuat     secara      bersama-sama           oleh  petugas/pelaksana (satuan kerja) Monev.  


Laporan dapat disusun dengan sistematika sebagai berikut.   


Bab I. Pendahuluan   
        1. Latar Belakang   
        2. Dasar Hukum   
        3. Tujuan   
        4. Manfaat   
Bab II. Pelaksanaan Monev   
        1. Sasaran Monev   
       2. Dasar Penugasan   
       3. Petugas   
       4. Alur Kegiatan dan Jadwal   
       5. Responden   
Bab III. Hasil dan Pembahasan   
        1. Hasil Monev   
        2. Pembahasan   
 Bab IV. Simpulan dan Rekomendasi   
        1. Simpulan   
        2. Rekomendasi   
  LAMPIRAN   
        1. Surat Tugas   
        2. Instrumen   
        3. Sampel Bukti Fisik   
        4. Dokumentasi/Foto Kegiatan (jika ada)   


  
2)    Tindak Lanjut Monev   


Kegiatan Monev tidak akan bermakna jika berhenti pada tahap pelaporan hasilnya saja.  
Agar terjadi perbaikan terhadap pelaksanaan program yang sama pada waktu yang akan  
datang,   hasil   Monitoring  dan  Evaluasi   terhadap   program/kegiatan  tersebut  harus  
ditindaklanjuti  dengan  kegiatan  koreksi  atau  perbaikan,  baik  pada  sisi  programnya  
maupun pelaksanaannya. Dengan cara demikian, program/ kegiatan sekolah akan selalu  
mengalami  perbaikan  sehingga  kualitas  program  dan  pelaksanaannya  akan  selalu  
meningkat.   

4.  Kepemimpinan Sekolah  

    a.  Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran  



 1)   Konsep Kepemimpinan Pembelajaran  


 Landasan   yuridis   tentang   kepemimpinan   pembelajaran   adalah   Peraturan   Menteri  
 Pendidikan Nasional  (Permendiknas) Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis  
 Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa efektivitas kepala sekolah dinilai   
 angka  keditnya  dalam  kompetensi:    (1)  Kepribadian  dan  sosial;  (2)  Kepemimpinan  
 pembelajaran;  (3)  Pengembangan  sekolah  dan    madrasah;    (4)  Manajemen  sumber  
 daya;  (5) Kewirausahaan sekolah/madrasah; dan (6) Supervisi pembelajaran.    


 Kepala  sekolah  dalam  meningkatkan  profesonalisme  guru  diakui  sebagai  salah  satu  
 faktor  yang  sangat  penting  dalam  organisasi  sekolah,  terutama  tanggung  jawabnya  
 dalam  meningkatkan  kualitas  pembelajaran  di  sekolah  (Gorton  &  Schneider,  1991).  
 Beberapa pendapat berikut menunjukkan bahwa sekolah yang efektif merupakan hasil  
 dari tindakan kepala sekolah yang efektif.   


 Hasil penelitian menunjukkan keefektifan sekolah membuktikan bahwa sekolah efektif  
 (effective schools) mempersyaratkan kepemimpinan pembelajaran yang tangguh (strong  
 instructional  leadership)  dari  kepala  sekolahnya,  di  samping  karakteristik-karakteristik  
 lainnya, seperti harapan yang tinggi dari prestasi siswa, iklim sekolah yang positif bagi  
 kegiatan   belajar   mengajar,    dan    monitoring   kemajuan     belajar   mengajar    yang  
 berkelanjutan  (Davis  &  Tomas,  1989,  Smith  &  Andrew,  1989).  Dari  hasil  penelitian  
 tersebut  mengindikasikan  bahwa  munculnya  sekolah  berprestasi,  yang  juga  sering  
 disebut sebagai sekolah yang berhasil (successful schools), atau sekolah unggul, tidak  
 dapat  dipisahkan  dari  peran  yang  dimainkan  oleh  kepala  sekolah  sebagai  pemimpin  
 pembelajaran.  


 Ada  banyak  rumusan  tentang  arti  kepemimpinan  pembelajaran,  tetapi  fokus  dan  
 ketajamannya masih berbeda-beda. Menurut Eggen & Kauchak (2004) kepemimpinan  
 pembelajaran   adalah   tindakan   yang   dilakukan   (kepala   sekolah)   dengan   maksud  
 mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada  
 akhirya mampu menciptakan kondisi belajar siswa meningkat. Secara implisit definisi ini  
 mengandung  maksud bahwa  kepemimpinan  pembelajaran  merupakan  tindakan  yang  
 mengarah  pada  terciptanya  iklim  sekolah  yang  mampu  mendorong  terjadiya  proses  
 pembelajaran yang optimal.  


 Daresh dan Playco (1995) mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran sebagai upaya  
 memimpin para guru agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki  
 prestasi belajar siswanya. Definisi ini belum menyeluruh, karena hanya memfokuskan  
 pada guru. Ahli lain, Petterson (1993), mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran yang  
 efektif adalah sebagai berikut:  


 a)   Makna visi sekolah ditentukan melalui berbagi pendapat atau urun rembug dengan  
     warga sekolah serta mengupayakan agar visi dan misi sekolah tersebut hidup subur  
     dalam implementasinya;   


 b)   Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sekolah  

     (manajemen partisipatif);   


c)   Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran   


d)   Kepala  sekolah  melakukan pemantauan  terhadap proses belajar  mengajar untuk  
     memahami lebih mendalam dan menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam  
     sekolah   


e)   Kepala  sekolah  berperan  sebagai  fasilitator  sehingga  dengan  berbagai  cara  dia  
     dapat   mengetahui   kesulitan  pembelajaran   dan   dapat   membantu  guru   dalam  
     mengatasi kesulitan belajar tersebut.   


Mc  Ewan  (2002)  mengembangkan  konsep  kepemimpinan  pembelajaran  yang  lebih  
operasional   dengan   tujuh   langkah   kepemimpinan   pembelajaran   lengkap   dengan  
indikatornya seperti berikut ini.  


a)   Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas  


     (1)   Melibatkan  guru-guru  dalam  mengembangkan  dan  menerapkan  tujuan  dan  
          sasaran pembelajaran sekolah.  


     (2)   Mengacu kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah/sistem pendidikan  
          dalam mengembangkan program pembelajaran.  


     (3)   Memastikan aktivitas sekolah dan kelas konsisten dengan tujuan pembelajaran.  


     (4)   Mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan pembelajaran  


b)   Menjadi narasumber bagi staf  


     (1)   Bekerja sama dengan guru untuk untuk memperbaiki program pembelajaran di  
          dalam kelas sesuai dengan kebutuhan siswa  
     (2)   Membuat  program pengembangan  pembelajaran  yang didasarkan atas hasil  
          penelitian dan praktik yang baik  
     (3)   Menerapkan   prosedur   formatif   yang   baik   dalam   mengevaluasi   program  
          pembelajaran  


c)   Menciptakan Budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran  


     (1)  Menciptakan  kelas-kelas  inklusif  yang  memberi  kesan  bahwa  di  dalamnya  
          semua siswa boleh belajar  


     (2)  Menyediakan waktu yang lebih  panjang untuk belajar (dalam kelas tersebut)  
          bagi siswa-siswa yang membutuhkannya  


     (3)  Mendorong agar guru berperilaku positif dalam kelas sehingga membuat iklim  
          pembelajaran baik dan tertib dalam kelas  


     (4)  Menyampaikan  pesan-pesan  kepada  siswa  dengan  berbagai  cara   bahwa  
          mereka bisa sukses  


     (5)  Membuat kebijakan yang berkaitan dengan kemajuan belajar siswa (pekerjaan  
          rumah,  penilaian,  pemantauan  kemajuan  belajar,  remediasi,  laporan  hasil  
          belajar, kenaikan/tinggal)  


d)   Mengkomunikasikan visi dan misi sekolah ke staf  

     (1)  Melakukan  komunikasi dua arah secara sistimatis dengan staf tentang tujuan  
         dan sasaran lembaga (sekolah)  


     (2)  Menetapkan,       mendukung,        dan      melaksanakan        aktivitas    yang  
          mengkomunikasikan kepada siswa tentang nilai dan arti belajar  


     (3)  Mengembangkan dan gunakan saluran-saluran komunikasi dengan orang tua  
         untuk menyampaikan tujuan-tujuan sekolah yang telah ditetapkan  


e)   Mengkondisikan staf untuk mencapai cita-cita profesional tinggi.  


     (1)  Melibatkan diri Anda mengajar secara langsung di kelas  


     (2)  Membantu     guru-guru    dalam    mengupayakan       dan   mencapai     keinginan  
          profesionalnya   yang   brtkaitan  dengan   pembelajaran   sekolah  dan   pantau  
         apakah keinginannya itu terwujud  


     (3)  Melakukan observasi terhadap semua kelas secara teratur, baik secara informal  
         atau formal  


     (4)  Melibatkan diri Anda dalam persiapan observasi kelas  


     (5)  Melibatkan  diri  Anda  dalam  rapat-rapat  yang  membahas  hasil  observasi  
         terutama yang menyangkut perbaikan pembelajaran.  


     (6)  Melakukan  evaluasi  yang  mendalam,  bertanggung  jawab,  mengarahkan,dan  
          memberi rekomendasi bagi pengembangan pribadi dan profesi sesuai dengan  
          kebutuhan individu  


f)   Mengembangkan kemampuan profesional guru  


     (1)  Membuat   jadwal,   rencana,   atau   fasilitasi   berbagai   rapat   (perencanaan,  
          pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau pelatihan dalam jabatan)  
         guru yang membicarakan isu-isu pembelajaran.  


     (2)  Memberi  kesempatan  guru  untuk  mengikuti  pelatihan  tentang  kolaborasi,  
          membuat keputusan bersama, coaching, mentoring, pengembangan kurikulum,  
         dan presentasi  


     (3)  Memberi  motivasi  dan  sumber  daya  pada  guru  untuk  berpartisipasi  dalam  
         aktivitas pengembangan profesional  


g)   Bersikap positif terhadap siswa, staf, dan orang tua.  


     (1)  Melayani  siswa  dan  berkomunikasilah  dengan  mereka  mengenai  berbagai  
         aspek kehidupan sekolah mereka  


     (2)   Berkomunikasi dengan dengan semua staf dilakukan secara terbuka dengan  
          menghormati perbedaan pendapat yang ada  


     (3)  Menunjukkan perhatian terhadap masalah-masalah siswa, guru, dan staf dan  
         libatkan diri dalam pemecahan masalah mereka seperlunya  


     (4)  Menunjukkan kemampuan hubungan interpersonal dengan semua pihak  


     (5)   Selalu menjaga moral yang baik  

     (6)   Selalu tanggap terhadap apa yang menjadi perhatian staf, siswa, dan orang tua  


     (7)  Mengakui/memuji keberhasilan/kemampuan orang lain  

Berdasarkan       pengertian-pengertian       di   atas,   dapat    disimpulkan      bahwa     tujuan  
kepemimpinan  pembelajaran  adalah  untuk  memfasilitasi  pembelajaran  agar  terjadi  
peningkatan   prestasi   belajar,   kepuasan   belajar,   motivasi   belajar,   keingintahuan,  
kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat.  
Dengan   demikian,   Kepemimpinan   pembelajaran   memfokuskan/menekankan   pada  
pembelajaran  dengan   komponen-komponennya   meliputi  kurikulum,   proses  belajar  
mengajar,  penilaian,  pengembangan  guru,  layanan  prima  dalam  pembelajaran,  dan  
pembangunan komunitas belajar di sekolah.  


Kepemimpinan  pembelajaran  sangat  penting  untuk  diterapkan  di  sekolah  karena  
mampu: (1) meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan; (2) mendorong dan  
mengarahkan        warga    sekolah     untuk    meningkatkan       prestasi   belajar    siswa;   (3)   
memfokuskan kegiatan-kegiatan warga sekolah untuk menuju pencapaian visi, misi, dan  
tujuan  sekolah;  dan  (4)  membangun  komunitas  belajar  warga  dan  bahkan  mampu  
menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school).  


Sekolah  belajar  memiliki  perilaku-perilaku  sebagai  berikut:  memberdayakan  warga  
sekolah  seoptimal  mungkin;  memfasilitasi  warga  sekolah  untuk  belajar  terus  dan  
berulang-ulang;      mendorong        kemandirian      setiap    warga     sekolahnya;      memberi  
kewenangan dan tanggung jawab kepada warga sekolahnya; mendorong warga sekolah  
untuk  akuntabel  terhadap  proses  dan  hasil  kerjanya;  mendorong  teamwork  yang  
(kompak,  cerdas,  dinamis,  harmonis,  dan  lincah/cepat  tanggap  terhadap  pelanggan  
utama yaitu siswa); mengajak warga sekolah untuk menjadikan sekolah berfokus pada  
layanan siswa; mengajak warga sekolah untuk siap dan akrab menghadapi perubahan,  
mengajak warga sekolah untuk berpikir sistem; mengajak warga sekolah untuk komitmen  
terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolah untuk melakukan perbaikan  
secara terus-menerus.  


Pengaruh      kepemimpinan        pembelajaran       tidak   langsung      bekerja    pada     proses  
pembelajaran  di  kelas,  namun  dengan  kepemimpinan  pembelajaran  akan  terbangun  
iklim  akademik  yang  positif,  komunikasi  yang  baik  antarstaf,  perumusan  tuntutan  
akademik yang tinggi, serta tekad untuk mencapai tujuan sekolah.  


2)   Karakteristik Kepemimpinan Pembelajaran   


Pertanyaan  pembukanya  adalah  apa  peran  kepala  sekolah  dalam  kepemimpinan  
pembelajaran? Untuk menjawab pertanyaan ini perhatikan Tabel 1 berikut ini  

                                                                                                       
  
Karakteristik kepemimpinan pembelajaran menurut Hellinger dan Murphy (1985), serta  
menurut    Weber    (1996)  sebagaimana  yang  dikutip  Pusat  Pengembangan  Tenaga  
Kependidikan (2011: 13-14) antara lain:   
  
a)   Mengembangkan misi dan tujuan  
b)   Mengelola program pembelajaran  
c)   Mendorong iklim pembelajaran akademis  
d)   Mengembangkan fungsi produksi pendidikan  
e)   Mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif.  
  
Brundrett  dan  Davies  (2010)  menyatakan  bahwa  pemimpin  harus  mampu  berkreasi,  
memberi motivasi dan bekerja dalam keseimbangan tim. Kepemimpinan pembelajaran  
harus bergeser dari kepemimpinan top-down ke kepemimpinan dengan pendekatan tim.  
Kepemimpinan  ini  mengutamakan  keseimbangan  perhatian  pada  pembelajaran  dan  
peran tim, serta pengembangan tim.  


Badan      Pengembangan          Sumber       Daya     Manusia      Kementerian        Pendidikan      dan  
Kebudayaan  (2015)  dalam  Peningkatan  Kompetensi  Kepala  Sekolah  dan  Pengawas  
Sekolah      dalam     Mengelola       Implementasi          Kurikulum      2013:     Manajemen         dan  
Kepemimpinan  Sekolah   Materi  Diklat  Implementasi  Kurikulum  2013  untuk  Kepala  
Sekolah  menyebutkan  tugas  kepala  sekolah  sebagai  pemimpin  pembelajaran  adalah  
mengembangkan  sekolah  dengan  berbasis  data,  menyelaraskan  hubungan  kerja,  
meningkatkan   kompetensi   pendidik   dan   tenaga   kependidikan,   dan   meningkatkan  
motivasi warga sekolah.   


Pengambilan  keputusan  untuk  menentukan  misi  sekolah  harus  berdasarkan  data.  
Sedangkan dalam mengelola pembelajaran tentu harus disertai dengan menyelaraskan  
hubungan kerja. Hubungan kerja antara pendidik dan tenaga kependidikan yang selaras  
dan memiliki peluang untuk meningkatkan kompetensi, akan menjadi modal tumbuhnya  
iklim  belajar  yang  positif  di  sekolah.  Jika  iklim  belajar  di  sekolah  positif  tentu  akan  
meningkatkan   motivasi   warga   sekolah   untuk   semakin   mengembangkan   sekolah.  
Dampaknya  hasil  belajar  siswa  akan  meningkat.  Senge  (2000)  menyebutkan  bahwa  
seorang pemimpin memfasilitasi dan mendorong suasana untuk kebebasan bertindak.  

----------------------- Page 26-----------------------
Keyakinan, ide, pendapat dan perilaku pemimpin adalah penanda budaya belajar yang  
harus dilakukan dalam lingkungan sekolah.   


Dalam  dunia olahraga, misalnya, Alex Ferguson   adalah seorang pelatih dan mantan  
pemain sepak  bola,  yang  pernah  menangani Manchester  United  sebagai  manajer- 
pemimpin, di mana dia telah bertugas lebih dari 1000 pertandingan. Ferguson dianggap  
sebagai salah satu pelatih terbaik dalam sejarah, dia telah memenangkan lebih banyak  
trofi   daripada   pelatih   manapun   sepanjang   sejarah   sepak   bola Inggris.   Dia   telah  
menangani Manchester United  sejak tanggal 6 November 1986 hingga 2013. Apabila  
ditarik dalam konteks pendidikan di sekolah, praktik kepemimpinan yang diterapkan oleh  
Alex Ferguson antara lain:  


a)   Kepala  sekolah  yang  hebat  adalah  pemimpin  dan  manager  yang  hebat,  dan  
     sebaliknya   


b)   Semua pemimpin adalah guru  


c)   Situasi yang berbeda membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda   


d)   Tugas kepala sekolah adalah membangun komunitas diantara siswa, guru, orang  
     tua dan staff untuk berbagi tujuan.  


e)   Kepala   sekolah   harus   membangun   konteks   dan   kapasitas   komunitas   untuk  
     menjalankan ide-ide dan mengamati apa yang terjadi sampai mereka percaya diri  
     untuk menyelaminya sendiri.  


   b.  Kepala Sekolah sebagai Agen Perubahan  


1)   Konsep Kepemimpinan Perubahan  


Dunia  selalu  berubah.  Bila  perubahan  itu  ke  arah  kebaikan,  kita  perlu  menyambut  
perubahan   dengan   suka   cita.   Kalau   tidak   mau   berubah,   kita   bisa   ditinggalkan.  
Beruntunglah kita kalau hari ini lebih baik dari kemarin. Kita akan celaka kalau hari ini  
lebih buruk dari kemarin. Kita akan rugi kalau hari ini sama saja dengan kemarin. Sejarah  
mencatat, adanya sebuah perusahaan raksasa di bidang telekomunikasi yang akhirnya  
bangkrut   karena   terlambat   atau   tidak   mau   melakukan   perubahan.   Sebaliknya,  
perusahaan dan lembaga yang dulu kita kenal kecil, sekarang menjadi besar karena  
selalu melakukan perubahan di semua bidang.   


Pesatnya kemajuan kehidupan masyarakat kita sekarang ini, di segala bidang dan sendi  
kehidupan, berdampak luas terhadap pendidikan. Sekolah sebagai satuan pendidikan  
terkecil yang menjadi ujung tombak pendidikan nasional, termasuk organisasi yang harus  
juga mengalami perubahan. Perubahan organisasi di sekolah misalnya perubahan dalam  
hal   teknologi,   struktur  organisasi,   kebijakan,   sumber     daya   manusia,     dan   fisik  
membutuhkan   pengetahuan   dan   keterampilan  serta  budaya   baru.  Kepemimpinan  
perubahan   adalah   sebuah   upaya   untuk   menciptakan   sebuah   perubahan   dalam  
organisasi, sehingga membawa perubahan yang menjadikan semua komponen dalam  
organisasi itu menyatu dan saling berempati untuk membawa perubahan yang dibuatnya  
agar  lebih  bermanfaat  dan  memiliki  nilai  positif  terhadap  organisasi.  Demikian  juga,  
kepemimpinan  kepala  sekolah  menghadapi  perubahan  fase  demi  fase.  Perubahan  
sistem kepemimpinan di sekolah juga seharusnya dapat menjadikan mutu sekolah dalam  

----------------------- Page 27-----------------------
melayani  pendidikan  masyarakat  lebih  baik  dari  waktu  ke  waktu.  Kepemimpinan  
perubahan, secara umum dalam bidang organisasi  adalah tindakan  beralihnya  suatu  
organisasi  dari  kondisi  yang berlaku  kini  menuju  ke  kondisi  masa  yang  akan datang  
menurut yang diinginkan guna meningkatkan efektivitasnya (Winardi: 2005:2).  


“Seorang  pemimpin  adalah  orang  yang  melihat  lebih  dari  yang orang  lain  lihat,  yang  
melihat lebih jauh daripada yang orang lain lihat dan yang melihat sebelum orang lain  
melihat.” (Leroy Eimes, penulis dan pakar kepemimpinan). Tidak semua warga sekolah  
dan stakeholder sadar tentang kondisi yang sekarang. Tidak semuanya tahu dan mampu  
mencapai  kondisi  yang  diinginkan.  Ada  yang  memandang  begitu  muram  terhadap  
kondisi pendidikan dan sekolah sekarang ini sehingga kondisi buruk itu dibiarkan saja  
dan bahkan dihindari (fixed mindset). Tapi ada juga yang memandang kondisi buruk itu  
sebagai sebuah tantangan yang harus hadapi dan diatasi (growth minset). Dan saudara  
di pihak yang mana?  


Sebagai contoh, banyak siswa mengeluh karena sekolah mereka tidak nyaman. Guru- 
guru   terus   mengawasi   mereka.   Belajar   di   sekolah   membuat   mereka   frustrasi,  
terpinggirkan,  dan  tidak  menginspirasi.  Guru  mengeluh  ketidaksetaraan  kualitas  dan  
fasilitas  antara  sekolah  terpencil  dan  perkotaan  sehingga  membuat  mereka  malas  
mengajar  dan  menjadikan  alasan  bagi  mereka  untuk  mengajar  dengan  apa  adanya.  
Sekolah     mengeluh     karena    kekurangan      guru   sehingga     harus    bekerja   keras  
mengupayakan  adanya  guru  honorer.  Orang  tua  siswa  mengeluh  kerepotan  dengan  
sistem online dan merugikan mereka. Kepala sekolah mengeluh karena dana BOS telat  
cair  sehingga  harus  bekerja  keras  mengendalikan  keterlaksanaan  dan  ketercapaian  
program kerja mereka. Kepala daerah pun mengeluh karena banyak guru yang tidak  
kompeten berambisi jadi kepala sekolah sehingga jabatan kepala sekolah akan diberikan  
ke pejabat lain.   


Ada juga yang melihat kondisi saat ini justru sebagai tantangan untuk berbuat lebih baik,  
lebih  banyak.  Mereka  memandangnya  sebagai  ladang  untuk  beramal  baik.  Semua  
kondisi   tersebut   mengisyaratkan      betapa    pentingnya    kepemimpinan       perubahan.  
Kepemimpinan  perubahan,  secara  khusus  dalam  bidang  pendidikan,  bisa  dimaknai  
sebagai upaya untuk menciptakan kondisi-kondisi baru agar hubungan antara guru dan  
siswa berkembang (Ken Robinson: 2015: 72).   


Agar kondisi baru di atas tercipta, fokus kepemimpinan perubahan harus mengacu pada  
efektivitas kinerja kepala sekolah lalu bagaimanakah kita bisa menjadi kepala sekolah  
yang efektif? Untuk memahami hal ini, perhatikan ilustrasi di bawah ini!  


“Pak  Bagus  baru  saja  dipindah  di  sebuah  sekolah.  Saat  melakukan  supervisi,  dia  
menemukan beberapa kenyataan yang kurang efektif sebagai berikut:  


a)   Pembelajaran di sekolah itu tidak begitu menggembirakan. Hal ini ditandai dengan  
     nilai ujian nasional yang dicapai dari tahun ke tahun rendah.   


b)   Cara  mengajar  guru  tidak  kreatif  dan  inovatif.  Semangat  belajar  siswa  rendah.  
     Banyak guru dan siswa yang datang terlambat ke sekolah. Disiplin siswa rendah.   


c)   Llingkungan sekolah gersang, catnya buram, dan kotor.   

----------------------- Page 28-----------------------
d)   Semangat guru untuk mengembangkan sekolah itu rendah. Tidak ada kerja sama di  
     antara mereka. Semua urusan dipegang dan ditentukan oleh salah satu wakil kepala  
     sekolah.   


e)   Tidak ada kewirausahaan di sekolah itu.   


f)   Belum pernah dilakukan supervisi berkelanjutan dan secara utuh sebelum ini.  


g)   Banyak  guru  yang  belum  memanfaatkan  media  pembelajaran  padahal  di  setiap  
     kelas tersedia LCD Projector dan fasilitas wifi.  


Melalui kepemimpinan dan perubahan yang dilakukan Pak Bagus, sekolah ini menjadi  
sekolah yang memperoleh Adiwiyata pertama di Kabupaten. Sekolah ini memperoleh  
predikat  Adiwiyata  selama  tiga  tahun  berturut-turut  dan  menjadi  Adiwiyata  Lestari.  
Lingkungan  dan  lembaga  lain  memperoleh  manfaat  dari  sekolah  yang  dipimpin  Pak  
Bagus. Pak Bagus sering mendapat penghargaan di tingkat nasional dan beberapa kali  
diundang ke Istana Negara untuk menerima penghargaan. Prestasi demi prestasi terus  
diraih  siswa,  guru,  dan  sekolah  ini.  Sekolah  ini  banyak  dikunjungi  oleh  sekolah  dan  
lembaga  lain,  dari  seluruh  Indonesia,  bahkan  beberapa  negara  lain  juga  berkunjung  
untuk studi banding ke sekolah ini. Bagaimana ini bisa terjadi?   


Kita pasti yakin bahwa kondisi di sekolah itu harus dan pasti bisa diubah. Perubahan ini  
harus dipimpin oleh kepala sekolah. Sebuah penelitian membuktikan bahwa kehadiran  
dan kepemimpinan seorang kepala sekolah memiliki peranan yang sangat besar dan  
berarti bagi kemajuan sekolah. Alam mengajarkan kita, bahwa kalau memilih ikan itu  
segar atau tidak, maka periksalah kepalanya. Ikan segar dapat kita ketahui dari kondisi  
kepalanya yang segar, dan demikian juga sebaliknya. Lalu, bagaimana perubahan di  
sekolah itu dilakukan? Berikut ini akan dibahas satu demi satu peran kepala sekolah  
sebagai agen perubahan di sekolah sesuai dengan kompetensi kepala sekolah.  


2)   Peran      Kepala      Sekolah      dalam     Perubahan        Kepribadian      dan     Sosial  
     (Mempermanusiakan/Humanizer)                    


“Mulailah dari diri sendiri”, begitu kata orang bijak. Untuk melakukan perubahan sebuah  
lembaga,   mulai   dari   perubahan   diri   sendiri.   Sebelum   melakukan   perubahan   di  
sekolahnya, seorang kepala sekolah harus mau memulai perubahan dari diri sendiri dan  
sosialnya.  Untuk memahami hal ini, kita bisa belajar dari kasus di atas.  


Untuk mengubah kondisi sekolahnya, Pak Bagus segera bekerja sama dengan komite,  
orang tua, guru, siswa dan ahli pendidikan.  Hal ini dimulai dari diri sendiri. Pak Bagus  
berada di sekolah 30 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Beliau adalah orang pertama  
yang  datang  di  sekolah.  Pak  Bagus  menyambut  siapa  saja  yang  datang,  baik  guru  
maupun siswa, di gerbang sekolah. Beliau juga pulang paling akhir. Setiap program yang  
dia canangkan, dia terlebih dulu melaksanakannya. Pak Bagus tidak segan-segan untuk  
mengunjungi  tokoh  masyarakat,  kepala  desa,  rumah  guru,  komite,  dan  mengajak  
berbicara dengan siswa untuk mengetahui ide, keinginan, dan masalah yang selama ini  
mereka hadapi.  


3)   Peran  Kepala  Sekolah  dalam  Perubahan  Pembelajaran  (Katalis  Budaya/Cultural  
     Catalist)  

----------------------- Page 29-----------------------
Jantung  sekolah  ada  pada  pembelajaran.  Bila  pembelajaran  berhenti,  berhenti  pula  
hakikat sekolah. Pembelajaran yang dilakukan asal-asalan akan meluluskan siswa yang  
biasa-biasa saja. Dari studi kasus di atas, kita dapat mengetahui bahwa pembelajaran di  
sekolah  Pak  Bagus  tidak  begitu  menggembirakan.  Hal  ini  ditandai  oleh  nilai  ujian  
nasional yang dicapai dari tahun ke tahun rendah.   


Pak  Bagus  mencoba  mengundang  ahli  pembelajaran.  Pertama,  dilakukan  workshop  
tentang cara mengajar guru kreatif dan inovatif. Di luar dugaan, tanggapan guru cukup  
baik.  Mereka  menjadi  bersemangat  dalam  mengajar.  Guru  yang  dahulu  mengajar  
dengan berceramah saja, mulai mencoba metode mengajar yang baru. Tentu saja ini  
harus disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dikembangkan. Berikutnya, dilakukan  
workshop  tentang  pendalaman  materi.  Guru-guru  diajak  kembali  mendalami  materi  
sesuai  dengan  mata  pelajaran  yang  diampu.  Hal  ini  menjadi  pembelajaran  semakin  
sesuai   dengan   tuntutan   kurikulum.   Semangat   guru   untuk   mencari   ilmu   menjadi  
meningkat.  Berikutnya,  Pak  Bagus  meminta  ketuntasan  belajar  dan  menambah  jam  
pengayaan. Tentu saja, Pak Bagus juga memikirkan apresiasi bagi guru yang memberi  
jam  pengayaan dengan  bekerja  sama dengan  komite  sekolah.  Dalam  waktu  singkat,  
ternyata nilai rata-rata ujian nasional sekolah itu naik signifikan.  


Pengembangan kurikulum di sekolah itu menjadi salah satu fokus bagi kepemimpinan  
perubahan.   Pengembangan   KTSP   mengacu   pada   Standar   Nasional   Pendidikan,  
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman implementasi kurikulum. KTSP  
dikembangkan oleh sekolah dengan melibatkan komite sekolah, dan kemudian disahkan  
oleh  kepala  dinas  pendidikan  sesuai  dengan  kewenangannya.  Pengembangan  RPP  
dilakukan  sebelum  awal  semester  atau  awal  tahun  pelajaran  dimulai,  namun  selalu  
diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengembangan RPP dilakukan oleh  
guru  secara  mandiri  dan/atau  berkelompok  di  sekolah  dikoordinasi,  difasilitasi,  dan  
disupervisi oleh  kepala  sekolah.  Pengembangan  kurikulum  sekolah  dilakukan  melalui  
kepemimpinan perubahan dengan pendekatan dan metode baru.  


4)   Peran  Kepala  Sekolah  dalam  Perubahan  Pengembangan  Sekolah  (Pembangun  
     Komunitas/Community Builder)  


“Jika  Anda sengaja membiarkan diri Anda menjadi kurang dari apa yang sebenarnya  
mampu  Anda  capai,  Anda akan  tidak  bahagia  seumur  hidup”  (Abraham  H.  Maslow).  
Tidak hanya diri sendiri yang dikembangkan, secara kelembagaan, sekolah juga harus  
dikembangkan.   Banyak   sekolah   yang   berdiri   lama,   tetapi   minim   prestasi.   Itulah  
sebabnya, harus dilakukan perubahan secara kelembagaan. Kepala sekolah hendaknya  
memimpin warga sekolah dan komite untuk merumuskan visi dan misi sekolah. Mereka  
tidak hanya  merumuskan, tetapi bagaimana menyiapkan langkah dan kegiatan nyata  
untuk mencapai visi dan misi sekolah.  


Kebetulan, sekolah tempat Pak Bagus bertugas adalah sekolah yang letaknya di desa.  
Siswa yang bersekolah di sana adalah anak-anak yang nilai ujian nasionalnya rendah.  
Sementara mereka yang nilai ujian nasionalnya tinggi memilih di sekolah lain. Ditambah  
dengan  suasana  sekolah  yang  tidak  menyenangkan  dan  kinerja  guru  seperti  yang  
diceritakan di atas. Salah satu kelebihan sekolah itu adalah tanahnya masih agak luas.  
Melihat peluang ini, Pak Bagus bersama warga sekolah mencoba untuk mencanangkan  

----------------------- Page 30-----------------------
green and clean school. Gerakan ini dimulai dari membuat taman sekolah. Selain untuk  
keindahan  sekolah,  taman  ini  dibuat  untuk  belajar  di  luar  kelas.  Ternyata  tempat  ini  
menjadi titik penting dalam pengembangan sekolah. Warna kelas dicat dengan warna  
yang  indah dan  berbeda dengan  sebelumnya.  Kamar  kecil  dibuat  kering, bersih dan  
wangi.   


Sejak saat itu mulai ada kesadaran pada warga sekolah akan keindahan dan kebersihan.  
Target  ini  ditingkatkan  lagi  untuk  menjadi  sekolah  Adiwiyata.  Dengan  menggandeng  
Dinas Lingkungan Hidup, mulai terbuka wawasan tentang pentingnya pelestarian alam  
melalui pendidikan. Semua pembelajaran diarahkan untuk pencapaian Adiwiyata. Tidak  
semua warga sekolah setuju pada awalnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu  
dan  perubahan  yang  diciptakan,  yang  tadinya  tidak  setuju  secara  perlahan  berubah  
menjadi pelaku perubahan. Taman-taman dan koleksi tumbuhan mulai diperluas. Semua  
sudut sekolah menjadi indah. Disediakan tempat mencuci tangan di muka kelas. ada  
juga kolam ikan. Tidak hanya pembangunan fisik dan pembelajaran, tetapi di sekolah ini  
juga dilakukan pembiasaan, melalui program Gerakan Jumat Bersih.  


Usaha  ini  tidak  sia-sia.  Sekolah  ini  menjadi  sekolah  pertama  yang  mendapatkan  
Adiwiyata di kabupaten. Tahun berikutnya, tidak hanya mempertahankan, tetapi secara  
terus  menerus  dilakukan  berbagai  usaha  untuk  meningkatkan  sarana,  pembelajaran,  
pembiasaan,  dan  pengimbasan.  Tahun  kedua,  kembali  sekolah  ini  mendapatkan  
adiwiyata.  Demikian  juga  untuk  tahun  ketiga,  sehingga  sekolah  ini  mendapatkan  
Adiwiyata Lestari.   


Banyak lembaga dan sekolah lain yang belajar ke sekolah ini. Tidak hanya dari kota dan  
kabupaten lain, tetapi juga dari provinsi lain. Beberapa negara asing juga berkunjung,  
melakukan studi banding Adiwiyata di sekolah ini. Pak Bagus menjadi sering diundang  
sebagai narasumber di berbagai forum untuk berbagi pengalaman.   


5)   Peran  Kepala  Sekolah  dalam  Perubahan  Manajemen  Sumber  Daya  (Pembuat  
     Kerangka Kerja/Framework Maker)  


Peningkatan mutu dan produktivitas tenaga kependidikan merupakan bagian integral dari  
pengembangan manajemen sumber daya manusia di sebuah organisasi. Keberadaan  
tenaga kependidikan di sekolah merupakan aset yang berharga bagi pengembangan  
sekolah.  Keberhasilan  sekolah  ditentukan  dari  kualitas  orang-orang  yang  berada  di  
dalamnya.   Mengubah   sekolah   adalah   mengubah   manusia-manusia   yang   ada   di  
dalamnya.  Tenaga  kependidikan  akan  bekerja  secara  optimal  jika  kepala  sekolah  
mendukung  kemajuan  karir  mereka  dengan  melihat  apa  sebenarnya  kompetensi  
mereka.  Biasanya,  pengembangan  tenaga  kependidikan  berbasis  kompetensi  akan  
mempertinggi  produktivitas  kerja  sehingga  kualitas  kerja  pun  lebih  tinggi  pula  dan  
berujung pada kepuasan stakeholder  sekolah dan sekolah sebagai satuan pendidikan  
diuntungkan.  Pengembangan  kapasitas  tenaga  kependidikan  bisa  dilakukan  melalui  
kepemimpinan perubahan di sekolah dengan budaya kerja yang baru.  


Menyadari  hal  ini,  Pak  Bagus  mencoba  untuk  mengembangkan  sekolah  dengan  
memperhatikan sumber daya manusia yang ada di sekolahnya.  Hubungan guru yang  
semula  tidak  akrab  dicoba  dijalin  melalui  kegiatan  outbond  untuk  guru  dan  tenaga  
pendidikan.  Setiap  tiga  bulan  sekali  diadakan  arisan  keluarga  yang  diadakan  anjang  

----------------------- Page 31-----------------------
sana  di  rumah  guru  dan  tenaga  pendidikan.  Semua  guru  dan  tenaga  pendidikan  
diwajibkan ikut kegiatan emotional spiritual quetion (ESQ). Ada perubahan struktur wakil  
kepala  sekolah,  koordinator,  dan  wali  kelas.  Semua  kegiatan  yang  semula  hanya  
dikendalikan oleh  satu  orang,  kini didistribusikan.  Semua orang  merasa  bertanggung  
jawab, semua orang ikut memajukan sekolah.   


6)   Peran  Kepala  Sekolah  dalam  Perubahan  Kewirausahaan  Sekolah  (Perantara  
     Keunggulan/Power Broker)  


Kewirausahaan  harus  dirintis  dan  dibelajarkan  di  sekolah.  Ini  merupakan  aset  untuk  
menjadikan  bangsa  Indonesia  menjadi  bangsa  yang  mandiri  dan  berdaya  saing.  
Kewirausahaan  tidak  hanya  diajarkan,  tetapi  juga  dipraktikkan  dan  dibiasakan.  Jiwa  
kewirausahaan juga harus ditumbuhkan.  


Pak Bagus berusaha mengembangkan kewirausahaan melalui apa yang sudah dicapai  
selama     ini,  yaitu  Sekolah    Adiwiyata.    Pak   Bagus     mencoba     mengembangkan  
kewirausahaan melalui penanaman bibit, pelatihan Sekolah Adiwiyata, dan pengolahan  
sampah. Tidak hanya Pak Bagus, guru dan siswa sering diundang untuk memberikan  
pelatihan.  Ada  salah  satu  siswa  yang  dapat  membuat  topeng  dari  kayu.  Ini  juga  
dikembangkan   menjadi   kerajinan   khas   dari   sekolah   ini   dan   menjadi   bibit   jiwa  
kewirausahaan.  Topeng  kayu  ini,  diberikan  kepada  tamu  yang  datang  ke  sekolah  
sebagai cinderamata.   


7)   Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan Supervisi Pembelajaran (Penantang yang  
     Bersahabat/Friendly Challenger)  


Kualitas kepemimpinan terkait dengan standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi  
oleh sekolah agar dapat menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik. Upaya  untuk  
meningkatkan   kualitas   pembelajaran   bisa   dilakukan   dengan   peningkatan   kualitas  
profesional  kepala  sekolah  dan  guru,  penciptaan  iklim  yang  inovatif  di  sekolah,  dan  
upaya lain yang bisa dilakukan adalah melalui supervisi akademik yang secara terus  
menerus  dilakukan  secara  berkelanjutan.  Sadar  akan  hal  itu,  Pak  Bagus  melakukan  
upaya   pengembangan   kualitas   pembelajaran   di   sekolah   melalui   kepemimpinan  
perubahan dengan melakukan kegiatan supervisi akademik yang berkelanjutan untuk  
semua  guru  di  semua  kelas.  Tidak  itu  saja,  Pak  Bagus  juga  melakukan  supervisi  
manajerial   untuk   meningkatkan   kualitas   pelayanan   tenaga   administrasi   sekolah,  
perpustakaan,  tenaga kebersihan  dan  keamanan  dan  juga guru bimbingan  konseling  
yang ada di sekolah itu. Bagi pak Bagus, mengamati bagaimana mereka bekerja dan  
mengarahkannya bila  mana  mereka bekerja tidak  sesuai  dengan harapannya  adalah  
pekerjaan rutin. Pak Bagus yakin bahwa dengan cara seperti itu maka semua warga di  
sekolah akan semakin baik bekerja dan memberikan pelayanan yang semakin baik dan  
semakin baik lagi dari waktu ke waktu. Sebuah kesalahan bukan untuk dimarahi dan  
disalahkan  tetapi   utnuk  dikoreksi   dan   diperbaiki.   Maka   mengarahkan,   mengajari,  
mengingatkan  menasehati,  membimbing  semua  warga  di  sekolah  adalah  pintu  bagi  
peningkatan  kualitas  baik  pembelajaran  maupun  pelayanan  di  sekolah.  Pak  Bagus  
adalah tempat bagi mereka untuk bertanya dan belajar setiap saat.   


8)   Peran Kepala Sekolah dalam Perubahan Teknologi dan Informasi (Technological  
     Influencer)  

----------------------- Page 32-----------------------
Clayton    Christensen,    tokoh   adminstrasi    bisnis  dari   Harvard   Business     School  
menyebutkan   bahwa   era   sekarang   merupakan   era   disrupsi   yang   dalam   bahasa  
sederhananya  berarti  gangguan  atau  mengganggu  (disrupt).  Disrupsi  dapat  diartikan  
pula sebagai kekacauan (chaos), ketika dalam beberapa kasus linearitas tidak terjadi  
pada  variabel  atau  peubah,  misalnya  saja  pergerakan  dunia  industri  dan  persaingan  
kerja  tidak  lagi  linear.  Perubahan  dalam  banyak  situasi  yang  semestinya  smoothing,  
halus  dan  berevolusi  rapi,  mendadak  harus  berubah  penuh  kejutan  disertai  inovasi- 
inovasi baru.  


Era  disrupsi  yang  dipenuhi  kemajuan  teknologi  informasi  yang  sedemikian  pesatnya  
adalah  sebuah keniscayaan  bahwa guru  harus menguasai  teknologi  untuk  kemudian  
digunakan sebagai media pendukung dalam kegiatan pembelajaran.  


Di  dalam  pembelajaran,  pemanfaatan  media  pembelajaran  sangat  penting  dilakukan  
guru  untuk  dapat  menyampaikan  materi  pembelajaran  kepada  siswa  dengan  baik.  
Kemajuan teknologi dewasa ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyelesaikan  
masalah-masalah pembelajaran.   


Berdasarkan   kasus   di   atas,   ditemukan   guru   yang   tidak   memanfaatkan   media  
pembelajaran  dengan  baik,  padahal  di  sekolah  tersebut  tersedia  LCD  projector  dan  
fasilitas  wifi. Setelah  diidentifikasi  ternyata guru-guru  tersebut  belum  menguasai  TIK.  
Melihat kenyataan ini, Pak Bagus sebagai kepala sekolah merasa sadar betul bahwa  
salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh guru pada abad XII ini adalah literasi  
digital.  Oleh  karena  itu,  untuk  meningkatkan  kompetensi  TIK  para  guru,  Pak  Bagus  
mengundang narasumber yang kompeten untuk melatih para guru dalam pembuatan  
power point , pemanfaatan internet, dan e-learning. Hasilnya, guru-guru merasa senang  
dan   dengan   pelatihan   tersebut   karena   ternyata   dengan   menguasai   TIK   dapat  
memudahkan dalam menyampaikan materi. Selain itu, dengan tuntutan implementasi  
Kurikulum  2013  di  mana  siswa  harus  dapat  mencari  sumber belajar  lain  selain  guru,  
kegiatan ini sangat membantu. Guru membimbing siswa untuk mencari sumber belajar  
lain melalui internet dengan fasilitas wifi yang disediakan oleh sekolah.   


9)   Karakteristik Kepemimpinan Perubahan  


“Tantangan kepemimpinan adalah untuk menjadi kuat, tapi tidak kasar, bersikap baik,  
  tapi tidak lemah, berani, tapi tidak menjadi pengganggu, menjadi bijaksana, tapi tidak  
  malas, rendah hati, tapi tidak malu-malu; bangga, tapi tidak sombong ; memiliki humor,  
  tetapi tanpa kebodohan”. (Jim Rohn, pengusaha, penulis dan pembicara motivasi).  


Setiap  manusia  adalah  pemimpin.  Pada  dasarnya  kepemimpinan  perubahan  adalah  
upaya  untuk  menerjemahkan  visi-strategi-budaya  baru  dari  seorang  kepala  sekolah  
kepada setiap aksi guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang dipimpinnya. Apabila  
dilihat  dari  fakta  yang  ada  di  sekolah,  sebagian  besar  permasalahan  kepemimpinan  
kepala  sekolah  adalah  kesenjangan  antara  visi  dan  aksinya.  Kepala  sekolah  harus  
memiliki visi dan strategi yang jelas gambarannya.   


Seringkali aksi yang dilakukan jauh dari visi dan strategi yang telah disepakati. Hal  ini  
karena pelaksana kegiatan di sekolah bukan kepala sekolahnya, namun guru dan tenaga  
kependidikan  sebagai  komunitas  di  sekolah.  Dengan  demikian,  guru  dan  tenaga  

----------------------- Page 33-----------------------
kependidikan di sekolah harus terampil menangani pekerjaan dan memahami dengan  
baik  visi  dan  strategi  yang  sudah  disepakati  bersama  komunitas  di  sekolah.  Namun  
seringkali juga terjadi di sekolah adalah adanya guru atau tenaga kependidikan yang  
tidak terampil menangani pekerjaan dan tidak memahami visi dan strategi yang telah  
disepakati. Bisa semua atau sebagian besar atau sebagian kecil dari guru dan tenaga  
kependidikan mengalami kendala seperti itu. Oleh karena itu seorang kepala sekolah  
harus memahami kendala teknis yang terjadi di lapangan, sehingga semua persoalan  
yang terjadi dapat diselesaikan secara lebih baik, lebih murah, atau keduanya. Inilah  
yang disebut sebagai nilai baru yang muncul karena adanya kepemimpinan perubahan  
di sekolah. Nilai yang memberi sekolah alternatif solusi baru dalam mengatasi semua  
persoalan yang terjadi di sekolah yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya yang sudah  
ada di sekolah (Roseno Aji Affandi: 2014). Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut ini.  


                                     Kreasi  
                                      Nilai 


                       Idealisme-                Visi- 
                       karakter-               strategi- 
                         intuisi                  aksi 


                                                                                 
  
                      Gambar 4. Karakteristik Kepemimpinan Perubahan  
  
Karakteristik      kepemimpinan         perubahan,   pertama,           harus     mempunyai        nilai   yang  
diperjuangkan dan memimpin untuk memperjuangkan. Kepala sekolah harus memimpin  
warga sekolah untuk menentukan dan memperjuangkan nilai. Nilai ini hasil pengetahuan,  
pengalaman,  perenungan,  baik  yang  berasal  dari  diri  sendiri  maupun  bersama-sama  
orang lain. Nilai inilah yang dikreasikan menjadi nilai sekolah. Sekolah akan diapresiasi  
karena  mempunyai  nilai  lebih,  nilai  positif,  nilai  kreatif,  dan  inovatif.  Sebagai  contoh,  
kepala sekolah yang memperjuangkan dan menawarkan nilai pendidikan ramah anak,  
pendidikan  berbasis  alam,  pendidikan  berbasis  entrepreneur,  pendidikan  berbasis  
kehidupan, pendidikan multiple intelegence, dan sebagainya.   


Dalam konteks sekolah dan dalam bentuk nyata, nilai-nilai yang baru itu misalnya, kepala  
sekolah yang lebih berintegritas, guru yang lebih terampil mengajar, staf administrasi  
yang yang lebih ramah dan bersahabat, guru bimbingan konseling yang lebih proaktif,  
laboran yang lebih giat menata bahan dan peralatan laboratorium sekolah, pustakawan  
yang mampu menarik perhatian siswa berkunjung ke perpustakaan, penggunaan sarana  
dan     prasarana      sekolah      yang     lebih   efisien,    bendaharawan          yang    lebih    disiplin  
mengendalikan pembelanjaan sekolah, lingkungan sekolah yang makin bersih dan makin  
nyaman,   kamar   mandi/toilet   sekolah   yang   lebih   wangi,   dan   siswa   yang   lebih  
bersemangat dalam belajar.   


Kedua, karakteristik kepemimpinan perubahan adalah visioner. Nilai yang diperjuangkan  
itu bisa dituangkan dalam bentuk visi sekolah. Visi inilah yang harus diperjuangkan oleh  

----------------------- Page 34-----------------------
seluruh warga sekolah. Kepala sekolah bertugas memimpin dan menggerakkan seluruh  
kegiatan  di  sekolah  untuk  mencapai  dan  mewujudkan  visi  sekolah.  Visi  sekolah  ini  
dijabarkan menjadi misi sekolah. Misi sekolah harus operasional. Itulah sebabnya kepala  
sekolah  perlu  memikirkan  strategi  dan  aksi  yang  bisa  dilakukan  untuk  mencapai  visi  
sekolah.  


Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan harus mampu memimpin warga sekolah  
untuk menentukan strategi dan aksi untuk mencapai visi dan misi sekolah. Strategi dan  
aksi bisa dilakukan misalnya dengan adanya program workshop, pelatihan atau In House  
training  (IHT), Family Gathering, Studi Banding, KKG-MGMP, Focus Group Discussion  
(FGD), seminar, Lesson Study, Kemitraan, NUKS, renovasi gedung dan sarana sekolah,  
pengadaan  peralatan  praktik  dan  buku-buku  baru,  program  literasi  sekolah,  program  
inklusi, jumat bersih, sholawatan, istighoshah atau dzikir bersama, donor darah, pewangi  
ruangan di setiap sudut sekolah, kantin sekolah, dan sebagainya. Dari yang sudah biasa  
ada dan yang biasanya tidak ada menjadi ada. Dari yang sudah biasa didengar maupun  
yang  aneh  kedengarannya.  Selama  program  kegiatan  itu  memberikan  manfaat  bagi  
tumbuhnya solusi, alternatif dan inspirasi baru untuk menjadi lebih baik, lebih efektif dan  
lebih murah.  Itulah strategi yang tepat untuk membuat perubahan di sekolah.  


Ketiga, kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan harus mempunyai idealisme dan  
karakter serta mengembangkan hal ini di sekolahnya. Banyak idealisme dan karakter  
yang bisa dikembangkan.   


Kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan bisa mempunyai karakter jujur, cerdas,  
pandai berkomunikasi, dan dapat dipercaya. Bisa juga mempunyai karakter seperti yang  
dikemukakan Agustian. Agustian dalam bukunya ESQ Power menguraikan bahwa pada  
tanggal  11  s.d.  12  April  2002  para  top  eksekutif  internasional  dari  berbagai  jenis  
perusahaan  datang  berbondong-bondong  untuk  menghadiri  sebuah  forum  diskusi  
leadership  yang  diadakan  oleh  Harvard  Business  School.  Rangkuman  hasil  diskusi  
tersebut diberi judul, “Does Spirituality Drive Success?” yang artinya, apakah spiritualitas  
bisa  membawa  seseorang  pada  keberhasilan?  Mereka  sepakat  menyatakan  bahwa  
paham spiritualisme mampu menghasilkan 5 (lima) hal yaitu (1) integritas atau kejujuran,  
(2) energi atau semangat, (3) inspirasi atau ide dan inisiatif, (4) wisdom atau bijaksana,  
serta (5) keberanian dalam mengambil keputusan.  


Pada tahun 1987, 1995, dan tahun 2002 sebuah lembaga leadership internasional yang  
bernama “The Leadership Challenge” telah melakukan survey karakteristik CEO (Chief  
Executive Officer) di 6 (enam) benua yaitu: Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia,  
Eropa, dan Australia. Masing-masing responden diminta untuk menilai dan memilih 7  
karakteristik CEO ideal mereka. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa  pemimpin  
yang disukai mempunyai karakter jujur, berpikiran maju, kompeten, memberi inspirasi,  
cerdas,  adil,  berpandangan  luas,  mendukung,  terus  terang,  bisa  diandalkan,  bekerja  
sama, tegas,  imajinatif, berambisi,  berani,  dan sebagainya.    Tidak ada  salahnya bila  
kepala sekolah mempunyai karakter seperti ini.  


Kepala  sekolah  bertugas  untuk  memimpin  warga  sekolah  untuk  mengembangkan  
karakter sekolah. Ada beberapa karakter yang bisa dikembangkan di sekolah. Karakter  
yang perlu ditanamkan dan ditumbuhkan berupa  1) nilai-nilai, bentuk perilaku misalnya  

----------------------- Page 35-----------------------
religiusitas, nasionalisme, anti Korupsi-Kolusi-Nepotisme, anti memperkaya diri sendiri,  
musyawarah-mufakat, gotong royong; 2) Kebiasaan dan habitat baru misalnya cara-cara  
hidup  dan  kebiasaan  yang  dibiasakan  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  kepentingan  
komunitas  sekolah;  dan  3)    kode  hidup  bersama  misalnya  solidaritas,  kolaborasi,  
kepedulian,  simpati,  empati,  dan  lain  lainnya.  Bila  hal  ini  berhasil,  akan  menjadikan  
sekolah sebagai tempat tumbuh kembangnya idealisme.  


   c.  Butir-Butir     Penilaian     pada    Penilaian     Kinerja     Kepala     Sekolah     (PKKS)  
       Komponen Kepemimpinan Sekolah  


1)   Kepala Sekolah menyusun dan menetapkan struktur organisasi sekolah  
2)   Kepala  Sekolah  menempatkan  guru  dan  atau  atau  tenaga  kependidikan  dalam  
     SOTK yang telah ditetapkan.  
3)   Kepala Sekolah mendelegasikan sebagian tugas kepada wakil Kepala Sekolah yang  
     relevan dengan bidang tugas)  
4)   Kepala Sekolah membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk  
     pelaksanaan peningkatan mutu  
5)   Kepala Sekolah membuat keputusan anggaransekolah dengan mempertimbangkan  
     masukan guru, komite sekolah, dan penyelenggara sekolah (khusus bagi swasta)  
6)   Kepala Sekolah berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua  
     siswa dan masyarakat;   
7)   Kepala Sekolah melaksanakan  program peningkatan motivasi kerja pendidik dan  
     tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas  
     prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik  
8)   Kepala Sekolah menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi siswa;  
9)   Mengembangkan Program  Keteladanan Sikap  dan Perilaku  yang  menjaga nama  
     balk lembaga, profesi, dan kedudukan/jabatan  
10)  Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran  
     yang dikomunikasikan dengan balk dan didukung oleh komunitas sekolah  
11)  Kepala  Sekolah  menjalin  kerja  sama  dengan  orang  tua  siswa,  masyarakat,  dan  
     komite sekolah  
       
   d.  Indikator-Indikator  terkait  Kepemimpinan  Sekolah  pada  Draft  Instrumen  
       Akreditasi Satuan Pendidikan (IASP) Tahun 2020  


1)   Mengimplementasikan visi, misi, dan tujuan dengan melibatkan seluruh komponen  
     sekolah dan pemangku kepentingan.  
2)   Mempraktikkan        kepemimpinan       yang    kreatif,   inovatif,  partisipatif,  kolaboratif,  
     transformative, dan kreatif.  
3)   Sekolah   melibatkan   masyarakat   dari   berbagai   kalangan   dalam   pelaksanaan  
     program-program sekolah.  
4)   Tersedianya sarana dan prasarana yang baik dan memadai.  
5)   Menerapkan pengelolaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien.  
6)   Sekolah memiliki sumber pembiayaan sekolah yang mendukung kegiatan sekolah.  
7)   Sekolah menerapkan pelaporan keuangan.  
8)   Melakukan pelayanan Bimbingan dan Konseling.  
9)   Melakukan pembinaan kesiswaan.  


       


       

----------------------- Page 36-----------------------
5.  Pengelolaan SIM Sekolah  


    a.  Penggunaan Sistem Informasi Manajemen secara efektif di Sekolah  


1)   Definisi Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIMS)  


 Sistem  informasi  manajemen  adalah  jaringan  prosedur  pengelolaan  dari  mulai  1).  
 Pengumpulan data, 2). Pengolahan data, 3). Penyimpanan data, 4). Pengambilan data  
 dan  5).  Penyebaran  informasi  dengan  menggunakan  berbagai  peralatan  yang  tepat,  
 dengan maksud memberikan data kepada manajemen setiap waktu diperlukan dengan  
 cepat  dan  tepat,  untuk  dasar  pembuatan  keputusan  dalam  rangka  mencapai  tujuan  
 organisasi. Secara  sederhana,  suatu  sistem  dapat  diartinya  sebagai  suatu  kumpulan  
 atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang teroganisir, saling berinteraksi,  
 saling tergantung satu sama lain, dan terpadu. Kecenderungan manusia yang mendapat  
 tugas memimpin suatu organisasi adalah terlalu memusatkan perhatian pada salah satu  
 komponen saja dari sistem organisasi. (Siagian, 2006)   


 Sistem informasi manajemen berhubungan dengan informasi. Informasi adalah sebuah  
 istilah yang tidak tepat dalam pemakaiannya secara umum. Informasi dapat mengenai  
 data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah saluran komunikasi dan lain sebagainya.  
 Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi sehingga informasi  
 ini sangat penting dalam suatu organisasi. Sistem pengolahan informasi mengolah data  
 menjadi informasi atau tepatnya mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna  
 jadi penerimanya. Nilai informasi berhubungan dengan keputusan. Bila tidak ada pilihan  
 atau keputusan, maka informasi menjadi tidak diperlukan.  


 Sistem informasi mendatangkan banyak manfaat bagi berbagai pihak yang terkait: 1)  
 Manfaat diantaranya sistem informasi bagi perusahaan, Sistem informasi diperlukan oleh  
 perusahaan  untuk  mengolah  data  menjadi  informasi.  Sehingga  berbagai  pihak  yang  
 membuat keputusan, dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan  
 yang lebih baik. Informasi yang baik hanya dapat dihasilkan oleh sistem informasi yang  
 dengan sengaja dirancang oleh perusahaan untuk mengolah data menjadi informasi. 2)  
 Manfaat  sistem  informasi  bagi  perorangan,  perorangan  yang  terlibat  dalam  sistem  
 informasi  diantaranya  adalah  para  manajer,  para  operator,  dan  para  pelanggan.  3)  
 Manfaat sistem informasi bagi industri.  


 2)  Manfaat Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIMS)  


 Sistem  informasi  manajemen  memiliki  banyak  manfaat  baik  bagi  pihak  manajemen  
 maupun   untuk   organisasi   sekolah   secara   keseluruhan.   Adapun   manfaat   Sistem  
 Informasi Manajemen Sekolah adalah:  


 a)  Meningkatkan efisiensi dan efektivitas data secara akurat dan realtime.  
 b)  Memudahkan   pihak   manajemen   untuk   melakukan   perencanaan,   pengawasan,  
     pengarahan  dan  pendelegasian  kerja  kepada  semua  departemen  yang  memiliki  
     hubungan atau koordinasi.  
 c)  Meningkatkan   kualitas   sumber   daya   manusia   karena   unit   sistem   kerja  yang  
     terkoordinasi dan sistematis.  
 d)  Meningkatkan produktivitas dan penghematan biaya dalam organisasi  

----------------------- Page 37-----------------------
3)   Jenis-jenis Sistem Informasi  Manajemen Sekolah (SIMS)  


     a.  Sistem informasi profil sekolah (Portal Sekolah)  


Sistem informasi ini merupakan basis data induk sekolah yang berisikan data sekolah  
yang    fungsinya   untuk    menyediakan     informasi-informasi    sekolah    yang   dapat  
dimanfaatkan  oleh  Dinas  Pendidikan  untuk  mengambil  kebijakan-kebijakan  strategis  
mengenai perkembangan pendidikan di sekolah.  


     b.  Sistem informasi personalia (SDM)  


Selain terintegrasi dengan pengelolaan data guru/tenaga kependidikan dalam Dapodik,  
cakupan  cakupan  sistem  informasi  personalia  (SDM)  meliputi  menangani  perekrutan  
pegawai honorer, penerimaan guru bantu/guru tetap, mutasi pegawai, tunjangan, profil  
(kepangkatan, riwayat hidup, riwayat pekerjaan, angka kredit, dan penilaian kinerja, dan  
evaluasi kompetensi guru.  


     c.  Sistem informasi siswa  


Sistem informasi ini merupakan pusat pengelolaan informasi yang berhubungan dengan  
manajemen  siswa  dengan  data  induk  kesiswaan.  Berisi  data  PPDB,  Biodata  siswa,  
Pengelolaan     Kenaikan    Kelas   Siswa    (manual    maupun    otomatis),   Pengelolaan  
Kelulusan/Alumni, Pencetakan Kartu Siswa, dan Pengelolaan Kedisiplinan Siswa.  


     d.  Sistem informasi sarana dan prasarana sekolah  


Sistem ini dirancang untuk memudahkan pihak manajemen sekolah, khususnya bagian  
Sarana & Prasarana sekolah dalam menginventarisasi sarana-prasarana sekolah, kartu  
stok,  dan  laporan  maintenance  peralatan  &  perlengkapan  sekolah.  Dengan  fasilitas  
pencatatan   transaksi   pembelanjaan   sarana-prasarana   juga   memungkinkan   pihak  
manajemen  sekolah  dengan  mudah  melaporkan  secara  periodik  mengenai  besaran  
biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengadaan maupun perawatan semua  
inventaris  sekolah  untuk  menganalisa  kebutuhan  operasional  sekolah  terkait  dengan  
sarana-sarana dan maintenance prasarana sekolah yang dihabiskan selama satu tahun  
pelajaran.  


Sistem informasi sarpras ini dapat berisi mengenai Manajemen Aset sekolah mulai dari  
penomoran aset, lokasi aset, penggunaan aset dan jumlah aset  


     e.  Sistem informasi akademik  


Sistem ini merupakan basis utama dalam keseluruhan proses manajemen pendidikan di  
sekolah. Terdapat beberapa perspektif yang ada dalam ruang lingkup akademik ini, yaitu:  
kurikulum, guru, layanan bimbingan konseling, dan siswa.   


Sistem ini dapat berisi tentang Pengelolaan Kurikulum, Penjadwalan Satuan Pengajaran,  
Pengelolaan Nilai Akademik Siswa dan Laporan Hasil Studi Siswa, dan Presensi Siswa  
dalam kegiatan pembelajaran.  


     f.  Sistem informasi keuangan  


Sistem   ini   memfokuskan   pada   pengelolaan   keuangan   sekolah   yang   mencakup  
perencanaan   RKAS,   pencatatan   transaksi-transaksi   penerimaan   dan   pengeluaran  

----------------------- Page 38-----------------------
sekolah, serta sistem pembukuan (akuntansi) terpadu untuk mempermudah pelaporan  
pertanggungjawaban keuangan sekolah. System ini dapat  berisi data pembayaran biaya  
pendidikan   siswa,   seperti   SPP,   uang   pembangunan,   dan   biaya-biaya   lain.   Data  
pembayaran tersebut akan ditampilkan dalam format laporan yang akan memudahkan  
pihak sekolah dalam melakukan pemeriksaan dan evaluasi, seperti : Laporan siswa yang  
belum  melakukan  pembayaran,  Laporan  siswa  yang  sudah  melakukan  pembayaran,  
Laporan-laporan yang berkenaan dengan honor guru/karyawan.  


     g.  Sistem Informasi Perpustakaan Digital  


Sistem ini dapat berisi Pengelolaan buku, Pengelolaan anggota, Transaksi peminjaman  
dan pengembalian buku, dan Manajemen Arsip Digital  


     h.  Sistem e-Learning  


Sistem ini dapat berisi layanan proses pendidikan menggunakan sistem online maupun  
intranet bagi siswa dan guru berupa modul sekolah, tanya-jawab, kuis online, maupun  
tugas-tugas dapat menggunakan rumah belajar, moodle, google classroom, Edmodo, dll.  


4)   Tahapan Penggunaan SIM yang Efektif di Sekolah  


Sistem informasi manajemen juga memiliki tahapan-tahapan tertentu, adapun tahapan- 
tahapan tersebut diantaranya:   


a)   Bagian pengumpulan data  


     Bagian  pengumpulan  data  bertugas  mengumpulkan  data,  baik  bersifat  bersifat  
     internal maupun eksternal. Data internal merupakan data yang berasal dari dalam  
     organisasi sedangkan data eksternal adalah data yang berasal dari luar organisasi  
     namun masih terdapat hubungan diantara keduanya.   


b)   Bagian proses data  


     Bagian  proses  data  bertugas  memproses  data  dengan  mengikuti  serangkaian  
     langkah  atau  pola  tertentu  sehingga  data  dapat  diubah  kedalam  bentuk  suatu  
     informasi yang lebih berguna pada pemrosesan data bisa dilakukan dengan cara  
     manual maupun dengan cara bantuan mesin sebagai alat pembantu penyelesaian  
     pekerjaan. Bagian pemrosesan data ditangani oleh tenaga manusia yang memiliki  
     ahli dan bertugas membentuk data sehingga menjadi informasi yang sesuai dengan  
     kebutuhan level-level manajemen. Karena kebutuhan setiap manajer dalam hal ini  
     kepala sekolah atau wakil kepala sekolah berbeda, maka kebutuhan data pada tiap- 
     tiap manajer akan berbeda pula. Untuk itu tenaga manusia dituntut mampu bekerja  
     dengan baik.   


c)   Bagian pemrograman data  


     Bagian  pemograman  bertugas  menyusun  program  untuk  perangkat  komputer.  
     Karena  komputer  memiliki  bahasa  sendiri  sehingga  tugas  programmer  adalah  
     membahasakan data-data yang telah dihimpun sesuai dengan bahasa komputer.   


d)   Bagian penyimpan data  


     Bagian  penyimpan  data  bertugas  menyimpan  data.  Penyimpanan  data  sangat  

----------------------- Page 39-----------------------
     diperlukan, karena tujuan utamanya adalah demi keamanan data. Apabila level-level  
     manajemen pendidikan membutuhkan data baik data berupa bahan mentah maupun  
     data  yang  telah  diolah,  maka  data  dapat  diambil  dan  digunakan  sesuai  dengan  
     kebutuhan manajer.  


Dari  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  tahapan-tahapan  dari  Sistem  Informasi  
Manajemen  sangat  perlu  diperhatikan.  Karena  apabila  manajer  mampu  menguasai  
tahapan-tahapan tersebut maka akan semakin mudah memperoleh informasi sehingga  
akan melancarkan pengambilan keputusan.  


   b.  Menganalisis masalah dan solusinya dalam pengelolaan SIM di sekolah  


Undang-undang       tentang    Sistem   Pendidikan     Nasional    Nomor     20   Tahun     2003  
menyatakan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik  
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, pendidik harus  
memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model  
pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar dengan  
perencanaan pengajaran yang matang oleh pendidik.   


Memaknai      UU    tentang    Sisdiknas    tersebut   diatas   dapat    disimpulkan    bahwa,  
pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada  
suatu lingkungan belajar yang meliputi pendidik dan peserta didik yang saling bertukar  
informasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.   


Pendidik   sangat   berperan   dalam   membantu   perkembangan   peserta   didik   untuk  
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karna tidak semua  
orang  tua  memiliki  kemampuan  baik  dari  segi  pengalaman,  pengetahuan  maupun  
ketersediaan  waktu.  Dalam  kondisi  yang  demikian  orang  tua  menyerahkan  anaknya  
kepada pendidik di sekolah dengan harapan agar anaknya dapat berkembang secara  
optimal.   


Penggunaan sistem  informasi  manajemen  (SIM) menunjukkan  citra  positif  lembaga  
sekolah   tidak  hanya   dalam   ruang   lingkup  nasional   melainkan   juga   internasional  
dikarenakan penggunaan teknologi terbaru identik dengan penyesuaian dengan standar  
yang digunakan di berbagai negara. Dalam pelaksanaan pengelolaan SIM di sekolah  
akan menemui masalah/kendala dan menemukan solusi agar lebih efektif.  


1)   Masalah  


Secara  umum,  terdapat  sejumlah  permasalahan  umum  sistem  informasi  pendidikan  
Indonesia, di antaranya:  


     a)   Disintegrasi sistem informasi  


Disintegrasi sistem informasi adalah terjadinya suatu kondisi di mana informasi antar  
satu unit dengan unit yang lain dalam sebuah organisasi pendidikan masih terpisah satu  
dengan yang lainnya. Masing-masing unit memiliki data dengan subjek dan atau objek  
yang sama, namun masing-masing tidak memiliki kesesuaian kuantitas maupun kualitas.  
Kebutuhan  akan  data  dalam  sistem  kerja  yang  berjalan  pada  masing-masing  unit  

----------------------- Page 40-----------------------
organisasi  perlu  didorong  untuk  mengembangkan  aplikasi  pengelola  data  secara  
terintegrasi dengan pola  interaksi  yang disesuaikan dengan  kebutuhan  unit  di dalam  
organisasi pendidikan tersebut. Basis data dikembangkan belum merujuk pada suatu  
sistem penyimpanan data yang terpusat, melainkan digunakan basis data berdasar pada  
data yang dimiliki oleh masing-masing unit. Keadaan ini menyebabkan sulitnya proses  
validasi  dan  penggunaan  data  secara  terintegrasi  dalam  sebuah  organisasi  atau  
lembaga pendidikan.  


     b)   Rendahnya penggunaan data akurat dalam sistem pengambilan keputusan  


Pada  intinya,  data  yang  dimiliki  dapat  diidentifikasi,  data  masih  parsial,  data  lambat  
diperbaharui, dan akurasi data belum tepat. Persoalan tersebut berawal dari sejumlah  
hal  berikut:  (1)  tidak  tersedianya  sistem  penyimpanan,  pemrosesan,  dan  publikasi  
informasi yang dapat bekerja secara  cepat, terintegrasi, dan dapat dipercaya, (2) dana  
yang tidak memadai untuk membangun infrastruktur pengelolaan data secara terpusat  
dan terintegrasi, (3) sumber daya manusia yang belum mampu mengikuti perubahan  
teknologi   dalam   pelaksanaan   pekerjaan,   karena   keterbatasan   pengetahuan   dan  
keterampilan, dan (4) adanya resistensi pada pemanfaatan sistem baru, lebih nyaman  
menggunakan  sistem  lama  yang  sudah  biasa  digunakan,  dirasa  sudah  mapan,  dan  
dinilai baik.  


     c)   Lemahnya sistem pembaharuan data  


Data yang ada tidak memiliki mekanisme pembaharuan yang dapat berjalan secara real  
time. Tidak terdapat suatu mekanisme kerja sistem yang secara khusus mengatur sistem  
pembaharuan  data   secara   terus   menerus  dan   berkesinambungan.  Suatu   contoh  
keberadaan  data  kepegawaian;  guru  atau  dosen  yang  sudah  meninggal,  sudah  naik  
pangkat atau sudah menyelesaikan studi masih belum ter-update di sistem. Keadaan  
data ini bisa jadi hal sepele, namun dari sisi sistem akan berpengaruh kepada sistem  
lainnya, orang yang sudah meninggal masih terjadwal di akademik, orang yang sudah  
naik pangkat atau sudah selesai studi masih belum mendapatkan haknya. Penyebabnya  
mungkin  karena  bagian  entri  data  tidak  mendapatkan  data  atau  laporan  dari  yang  
bersangkutan.  


     d)   Kurangnya sistem aplikasi manajemen  


Idealnya, organisasi pendidikan memerlukan sejumlah aplikasi sistem untuk mendukung  
terhadap  manajemen  pendidikan,  infrastruktur  yang  memadai,  dan  sejumlah  sistem  
aplikasi yang diperlukan pada unit yang ada dalam organisasi pendidikan tersebut secara  
terintegrasi, terpadu, dan real time. Basis data yang ada dapat digunakan untuk seluruh  
sistem  yang  dikembangkan  dan  pada  dasarnya  data  yang  objeknya  sama,  namun  
penggunaan dan pelaporan yang berbeda. Sistem aplikasi manajemen yang diterapkan  
pada unit akan memanfaatkan data tersebut untuk keperluan pelaporan yang berbeda.  
Data  siswa  atau  mahasiswa  dapat  digunakan  untuk  pelaporan  keuangan,  prestasi,  
beasiswa, dan lainnya  


     e)   Tidak terjaminnya sistem keamanan  


Sistem  keamanan  menjadi  kendala  terbesar  dalam  implementasi  sistem  informasi  
pendidikan.  Sumber  tidak  stabilnya  sistem  keamanan  disebabkan  karena  etika  dan  

----------------------- Page 41-----------------------
moralitas faktor internal organisasi. Meskipun, tidak menutup kemungkinan disebabkan  
oleh faktor eksternal. Sistem keamanan biasa meliputi keamanan sistem aplikasi, sistem  
keamanan  monitoring,  dan  sistem  keamanan  yang  berhubungan  dengan  konten.  
Terjaminnya sistem keamanan akan meningkatkan tingkat kepercayaan dari pemilik dan  
pengguna sistem.  


     f)   Infrastruktur TIK yang belum memadai  


Pengembangan infrastruktur TIK untuk menjamin ketersediaan layanan menjadi aspek  
yang  mendasar.  Di  dalam  sejumlah  aplikasi  sistem,  kebutuhan  infrastruktur  menjadi  
prasarat   dalam    mengoperasionalisasikan       sistem. Platform teknologi    yang    berupa  
infrastruktur hardware maupun software menjadi         amat     penting   apabila    kapasitas  
aksebilitas sistem yang semakin berkembang.  


     g)   Kelembagaan pengelolaan TIK yang belum satu atap  


Masing-masing  unit  atau  bagian  yang  ada  di  lembaga  pendidikan  memiliki  unit  atau  
organ  yang  menangani,  mengembangkan,  mengadakan,  dan  memanfaatkan  sistem  
informasi.  Hal  ini  yang  menyebabkan  kinerja  lembaga  pendidikan  secara  parsial  
berdasarkan unit tidak terintegrasi secara kesuluruhan. Hal ini akan menjadi baik apabila  
unit tersebut menggunakan database bersama, namun jika unit tersebut  memiliki dan  
mengembangkan basis data yang terpisah, maka akan menjadi tidak efektif, efisien, dan  
akurasi data akan menjadi lemah.  


2)   Solusi  


Pada dasarnya setiap kendala atau masalah dapat dicarikan jalan keluarnya (solusi).  
Untuk  mengatasi  kendala  atau  masalah  yang  telah  disebutkan  maka  perlu  diambil  
langkah, sebagai berikut:  


     a)   Penggunaan database bersama  


Sistem informasi harus dikembangkan dengan mengupayakan pemanfaatan database  
bersama  (shared  database)  oleh  pengguna  atau  sistem  yang  berbeda.  Di  samping  
mengurangi bahan kerja, hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan  
pada saat menginput data (one stop inpus process) sehingga keakuratan data akan lebih  
terjamin.  Penggunaan  database  bersama  diharapkan  akan  mengurangi  pekerjaan  
penginputan data secara manual yang berulang-ulang. Makna lain dari ini adalah basis  
data sama, namun keperluan berbeda untuk masing-masing unit kerja. Di dalam dunia  
pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi sekalipun memiliki  
objek   dan   subjek   yang   sama   semuanya   bermuara   pada   peserta   didik.   Hal   ini  
memudahkan pada pengelolaan basis data bersama untuk kepentingan bersama  


     b)  Aplikasi berbasis web  


Aplikasi    manajemen       bisa     dilakukan    berbasis desktop atau       berbasis online.  
Penggunaannya  sangat  bergantung  pada  tingkat  keamanan,  kebutuhan  akan  data  
pengguna, dan daya akses pengguna. Misalnya, untuk data yang bersifat terbatas untuk  
kalangan tertentu dan pada tempat tertentu dapat menggunakan aplikasi dekstop atau  
intranet   sedangkan     aplikasi  yang   mengolah     data   yang    tidak  kritis  sebaiknya  
dikembangkan dengan menggunakan web sebagai antarmuka (interface). Web sebagai  

----------------------- Page 42-----------------------
antarmuka  akan   mempermudah   pemasangan  (deployment)   dari   aplikasi.   Aplikasi  
berbasis web memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap peningkatan jumlah pengguna,  
dengan  kalimat  lain  memiliki  tingkat  skalabilitas  yang  lebih  baik.  Hal  positif  lain  dari  
aplikasi  berbasis  web  adalah  kemudahan  dalam  pemeliharaannya.  Perbaikan  dan  
modifikasi   aplikasi   cukup   dilakukan   pada   server   aplikasi   dan   tidak   memerlukan  
perubahan pada sisi pengguna aplikasi  


     c)   Sistem terintegrasi  


Pengembangan sistem informasi perlu diarahkan agar tercipta sistem yang terintegrasi  
(integrated system). Sistem terintegrasi adalah sebuah sistem yang mampu melingkupi  
dan mendukung proses-proses kerja yang saling terkait. Sebagai contoh pengelolaan  
sumber daya manusia melibatkan proses rekrutmen, pelatihan dan pendidikan, evaluasi  
kinerja,   pemeliharaan   kesehatan,   evaluasi   remunerasi,   dan   sebagainya.   Sistem  
terintegrasi  harus  dapat  mendukung  seluruh  proses  tersebut  dan  mengoptimalkan  
penggunaan  hasil-hasil  informasi  dari  proses  yang  lain  seperti  dari  sistem  informasi  
akademik, sistem informasi keuangan, dan sistem informasi aset fasilitas.  


     d)   Interoperabilitas  


Pengembangan          sistem    komunikasi      dan    informasi     harus    diarahkan      dengan  
mempertimbangkan          interoperabilitas    antar    sistem.    Interoperabilitas    merupakan  
kemampuan satu sistem untuk bekerja sama dengan sistem yang lain. Salah satu faktor  
penting   terkait   dengan   interoperabilitas   adalah   penggunaan   standar/platform yang  
seragam  oleh  sistem-sistem  yang  harus  bekerja  sama. Platform basis  data  menjadi  
acuan dalam pengembangan aplikasi-aplikasi sistem lainnya.  


     e)   Keamanan  informasi  


Sistem  informasi  harus  mempertimbangkan  aspek  keamanan  informasi  yang  akan  
dikelola (diakuisisi, disimpan, diolah, atau ditransfer) oleh sistem tersebut. Aspek-aspek  
dari  keamanan  informasi  adalah  kerahasiaan,  kebenaran  (validitas),  dan  antisipasi  
terhadap kehilangan data (backup dan recovery). Selain itu, etika dan moralitas sumber  
daya manusia yang mengendalikan sistem informasi harus memiliki integritas, jujur, dan  
terpercaya  


     f)   Skalabilitas  


Pengembangan  sistem  informasi  harus  mampu  mengantisipasi  perubahan  kapasitas  
dan   fungsi   sistem   yang   dibutuhkan.   Perubahan   kapasitas   dan   fungsi   ini   dapat  
disebabkan   oleh   sejumlah   faktor,   di   antaranya:   pertambahan   jumlah   pengguna,  
penambahan fungsi, atau sebagai dampak dari kejadian khusus tertentu. Sebagai contoh  
faktor-faktor   tersebut,   misalnya   pertambahan   jumlah   personil,   pertambahan   unit,  
pemekaran wilayah, dinamika politik, dan keamanan.  


     g)   Tingkat ketersediaan  


Sistem informasi harus memberikan jaminan tingkat ketersediaan (availability) layanan  
pada  saat diperlukan.  Hal  ini  sangat bergantung  pada  tingkat  kritisnya  suatu  sistem.  
Sistem harus dipastikan bekerja dengan baik pada saat diperlukan.  


     h)   Kemudahan akses  

----------------------- Page 43-----------------------
Kemudahan akses harus memberikan layanan pada pengguna. Kemudahan ini dapat  
berupa akses terhadap layanan yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, atau  
dapat  berupa  kemudahan  penggunaan  perangkat.  Pengguna  tidak  dibebani  untuk  
mempelajari sistem tetapi dapat fokus pada pelaksanaan pekerjaannya.  


      i)   Proses kerja yang ringkas  


Terciptanya  proses  kerja  yang  lebih  ringkas  (streamlined  operational  process)  akan  
mempermudah          terhadap      layanan     sistem.    Perencanaan        sistem     informasi    harus  
mempertimbangkan            peluang-peluang         untuk     meringkas       proses      kerja    dengan  
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pengembangan sistem komunikasi  
dan  informasi  tidak hanya  ditujukan  untuk  melakukan  otomatisasi pekerjaan  tertentu,  
tetapi merupakan peluang dalam melakukan rekayasa ulang dari proses kerja.  


     j)    Kinerja  


Seharusnya sistem informasi yang baik harus mampu memberikan layanan dalam suatu  
rentang waktu yang dapat diterima oleh penggunannya. Kinerja sistem tidak hanya dilihat  
dari  kapasitas  sistem  saja,  melainkan  lebih  jauh  dapat dilihat dari  sisi  penggunanya.  
Sistem harus mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi bagi penggunannya.  


      k)   Otorisasi  


Akses terhadap sistem hanya dapat dilakukan oleh pengguna yang berhak. Hak akses  
terhadap sistem informasi harus diatur dan ditentukan sesuai dengan kebutuhan masing- 
masing  pengguna.  Otorisasi  pengguna  sistem  dapat  dikembangkan  berlapis.  Hal  ini  
sangat  bergantung  pada  kompleksitas  sistem  informasi.  Biasanya  otoritas  pengguna  
sistem dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni (1) super administator yang  
mampu menentukan tingkat pengguna dan memiliki otoritas penuh terhadap sistem, (2)  
admin yang bertanggung jawab terhadap pengguna sistem pada unit tertentu, dan (3)  
pengguna tingkat operator yang bertanggung jawab terhadap operasionalisasi sistem.  


      l)   Infrastruktur bersama  


Pengembangan infrastruktur perlu diarahkan pada penggunaan infrastruktur bersama.  
Teknologi   informasi   dan   komunikasi   (TIK)   pada   saat   ini   telah   memungkinkan  
pemanfaatan  infrastruktur  yang  sama  untuk  mengalirkan  berbagai  bentuk  informasi,  
seperti video, gambar, suara, dan data. Dengan perencanaan yang baik, pemanfaatan  
infrastruktur  bersama  akan  mengurangi  biaya  yang  diperlukan  untuk  memperoleh  
layanan yang dibutuhkan.  


      m)   Komunikasi berbasis internet protocol (IP)  


Penggunaan  internet  protocol  (IP)  sebagai  standar  komunikasi  perlu  dikembangkan.  
Melalui sistem informasi berbasis IP memungkinkan penggunaan infrastruktur bersama  
sebagaimana diuraikan pada poin sebelumnya dapat terwujud dengan baik.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: PUISI [Kurikulum Merdeka]

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS NEGOSIASI [Kurikulum Merdeka]