Refleksi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

adisan jaya

Adisan Jaya, S.Pd

CGP-IV Kabupaten Bima

(SMAN 1 Sape)

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji Syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa sampai ke modul Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dan merefleksikan pemahaman saya berdasarkan apa yang sudah saya pelajari.

1.    Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Modul 3.1 ini memberikan pengetahuan dengan memahami apa itu dilema etika dan bujukan moral dimana kondisi sehari-hari dipertemukan dengan pengambilan keputusan yang begitu sulit, selain itu menganalisis pengambilan keputusan dengan 9 pengujian pengambilan keputusan untuk menentukan hasil keputusan yang lebih baik dan dapat diterima oleh semua kalangan, baik yang terlibat langsung ataupun tidak. Ada pun pemahaman saya mengenai modul ini akan dipaparkan di bawah ini:

a.    Dilema Etika dan Bujukan Moral

Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan Bujukan Moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. 

 

b.    Empat Paradigma Dilema Etika

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan,  kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1)    Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.

Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

 

2)    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan).

Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan,  terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau  haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?

 

3)    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika.  Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,  atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

Pada jaman perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara  mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang  dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

 

4)    Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini  paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain-lain.

Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya: Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang.

 

c.    3 Prinsip dalam Pengambilan Keputusan yang Memuat Unsur Dilema Etika

Tiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

 

1)    Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang. Berpijak pada aliran ulitarianism, yaitu mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah orang terbanyak.

2)    Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda. Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.

3)    Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.

 

d.    9 Langkah Pengambilan Keputusan

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu Anda dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

 

1)    Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.

Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi.

 

2)    Menentukan siapa yang terlibat

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3)    Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

4)    Pengujian benar atau salah

a)    Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

b)   Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya,  seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

c)    Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

d)   Uji Publikasi

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.

e)    Uji Panutan/ Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda. Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

1)      Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

2)      Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

3)      Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

f)     Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini?

·         Individu lawan masyarakat (individual vs community)

·         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

·         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betulbetul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

g)   Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

·         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

·         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

h)   Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

i)     Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

j)     Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

2.    Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.

Pengambilan keputusan di dunia pendidikan sekarang ini menurut saya tidak bisa lepas dengan kepentingan politik, nah untuk pengambilan keputusan tentunya pasti akan dipengaruhi unsur kepentingan politik tersebut. Misalnya kasus yang baru-baru ini terjadi, ada kepala sekolah dihadapkan pada persoalan, dimana ada seorang guru titipan dari oknum pejabat meminta dimasukkan ke sekolah pada hal kebutuhan guru sudah terpenuhi, dan jika kepala sekolah kepala sekolah menolak permintaan tersebut, posisinya terancam.

Jadi mau tidak mau harus memasukkan guru tersebut, meskipun integritasnya sebagai pemimpin akan dipertanyakan oleh guru-guru di sekolah. Pertnyaan saya, bagaimana caranya kami sebagai CGP-IV ini bersikap kelak, jika menjadi pemimpin atau kepala sekolah, apabila dihadapkan pada permasalahan yang sama? Jika saya berpikir berbasis aturan, apakah ada kekuatan hukum yang dibuat pemerintah sebagai pegangan kami untuk menolak kepentingan politik tersebut?

3.    Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Saya tidak bisa menafikan bahwasanya sebelum mempelajari modul 3.1 ini kemampuan saya dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat kurang dan terkadang keputusan yang saya buat tanpa pertimbangan yang matang dan terkesan tergesa-gesa. Setelah mempelajari Modul 3.1, Alhamdulillah, saya mampu membedakan Dilema Etika dan Bujukan Moral, apa saja paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.

Modul ini merupakan modul yang bermanfaat dan memperkaya pengetahuan saya untuk mengasah keterampilan dalam pengambilan sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga ke depan bisa saya aplikasikan dikehidupan nyata/ menerapkan aksi nyata.

4.    Adakah nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua anda atau bahkan kakek nenek buyut Anda yang menjadi karakter khas suku atau masyarakat dimana Anda tinggal? Bagaimana Anda sebagai seorang guru akan menggunakannya untuk membantu Anda dalam pengambilan keputusan?

Nilai kebajikan yang ditanamkan oleh leluhur kami suku Bima-Dompu yang tepat untuk modul ini yaitu sebuah falsafah “Nggahi Rawi Pahu”, yang secara harfiah berarti Perkataan (Nggahi) harus selaras dengan Perbuatan (Rawi) kemudian direalisasikan menjadi sebuah hasil (Pahu). Atau dengan makna lain, apa saja yang telah diungkap dan diucapkan harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan dan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain. Tidak hanya bermanfaat bagi manusia, akan tetapi juga bermanfaat bagi seluruh isi alam termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Petuah ini menjadi karakter khusus suku kami (Bima/ Mbojo) sebagai panduan dalam menjalani kehidupan, petuah tersebut terdiri dari 8 kriteria yang tercantum dalam Kitab BO Sangaji Kai, di mana salah satunya yaitu yang saya paparkan di bagian ini.

Makna “Nggahi Rawi Pahu” dalam nilai luhur budaya dou mbojo yang menjunjung tinggi nilai agama (Islam) bukan hanya berarti menepai janji. Tetapi juga, mengerti akan pentingnya sikap tanggung jawab dalam setiap dimensi kehidupan. Karena dengan sikap bertanggung jawab tersebut akan melahirkan sikap disiplin, tertib, tegas dan mudah dipercaya serta menjadi berbudi pekerti luhur. Termasuk memberikan saran, kritikan dan masukkan kepada sesama anggota masyarakat termasuk kepada pemerintah dalam menata dana membangun masyarakat yang lebih berperadaban.

Berdasarkan paparan di atas, sebagai seorang guru saya akan menggunakannya untuk membantu saya dalam pengambilan keputusan, yang diprioritaskan berpihak pada murid. Memang harus diakui bahwa mewujudkan pengambilan keputusan dalam bentuk tindakan tidaklah begitu mudah apalagi keputusan tersebut berkaitan dengan kemaslahatan orang banyak, sehingga membutuhkan analisa yang lebih matang dan komprehensif serta melibatkan banyak pihak untuk memutuskannya.

Demikian yang bisa saya paparkan sebagai bentuk Refleksi terhadap pemahaman saya mengenai Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Semoga ke depan saya bisa mengaplikasikan dalam kehidupan bukan hanya sebatas teori. Berbakti pada Negeri menuju Merdeka Belajar, belajar yang berpihak pada murid. Salam dan Bahagia!

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: PUISI [Kurikulum Merdeka]

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS NEGOSIASI [Kurikulum Merdeka]