LAPORAN PRAKTIK BAIK: Implementasi Sekolah Ramah Anak Meningkatkan Minat Sekolah Anak di Daerah Terpencil
1. Pentingnya
Implementasi Sekolah Ramah Anak.
Sekolah Ramah
Anak adalah sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusif dan
nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan anak
laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus.
Sekolah
harus dapat menciptakan suasana yang kondusif agar anak didik merasa nyaman dan
dapat mengekspresikan potensinya. Agar tercipta suasana kondusif tersebut, maka
ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, terutama perencanaan program
sekolah yang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
Anak
tidak harus dipaksakan melakukan sesuatu, tetapi dengan program tersebut anak
secara otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya. Faktor penting yang
perlu diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif anak terhadap berbagai
kegiatan yang diprogramkan, namun sesuai dengan kebutuhan anak.
Program
sekolah seharusnya disesuaikan dengan dunia anak, artinya program disesuaikan
dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak tidak harus
dipaksakan melakukan sesuatu tetapi dengan program tersebut anak secara
otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya.Faktor penting yang perlu
diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif anak terhadap kegaiatan yang
diprogramkan.Partisipasi yang tumbuh karena sesuai dengan kebutuhan anak.
Pada
anak SD ke bawah program sekolah lebih menekankan pada fungsi dan sedikit
proses, bukan menekankan produk atau hasil. Produk hanya merupakan konsekuensi
dari fungsi.Dalam teori biologi menyatakan “Fungsi membentuk organ.” Fungsi
yang kurang diaktifkan akan menyebabkan atrofi, dan sebaliknya organ akan
terbentuk apabila cukup fungsi. Hal ini relevan jika dikaitkan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, apa pun aktivitasnya
diharapkan tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, baik yang
berkaitan dengan fisik, mental, maupun sosialnya. Biasanya dengan aktivitas
bermain misalnya, kualitas-kualitas tersebut dapat difungsikan secara serempak.
Di sisi lain, nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki anak juga dapat
terbina sebagai dampak partisipasi aktif anak.
Kekuatan
sekolah terutama pada kualitas guru, tanpa mengabaikan faktor lain. Guru
memiliki peran penting dalam menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu. Untuk
di SD dan TK, guru harus memiliki minimal tiga potensi, yaitu: (1) memiliki
rasa kecintaan kepada anak (Having sense of love to the children); (2)
memahami dunia anak (Having sense of love to the children); dan (3)
mampu mendekati anak dengan tepat (baca: metode) (Having appropriate
approach).
Dalam
usaha mewujudkan Sekolah Ramah Anak perlu didukung oleh berbagai pihak antara
lain keluarga dan masyarakat yang sebenarnya merupakan pusat pendidikan terdekat
anak. Lingkungan yang mendukung, melindungi memberi rasa aman dan nyaman bagi
anak akan sangat membantu proses mencari jati diri. Kebiasaan anak memiliki
kecenderungan meniru, mencoba dan mencari pengakuan akan eksistensinya pada
lingkungan tempat mereka tinggal.
2.
Strategi
Impelementasi Sekolah Ramah Anak
Sekolah
adalah penyelenggara proses pendidikan dan pembelajaran secara sistematis dan
berkesinambungan. Para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah diharapkan
menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang mampu memfasilitasi peserta
didik berperilaku terpelajar. Perilaku terpelajar ditampilkan dalam bentuk
pencapaian prestasi akademik, menunjukkan perilaku yang beretika dan
berakhlak mulia, memiliki motivasi belajar yang tinggi, kreatif, disiplin,
bertanggung jawab, serta menunjukkan karakter diri sebagai warga masyarakat,
warga Negara dan bangsa.
Sekolah
bukan merupakan dunia yang terpisah dari realitas keseharian anak dalam
keluarga karena pencapaian cita-cita seorang anak tidak dapat terpisahan dari
realitas keseharian. Keterbatasan jam pelajaran dan kurikulum yang mengikat
menjadi kendala untuk memaknai lebih dalam interaksi antara pendidik dengan
anak. Untuk menyiasati hal tersebut sekolah dapat mengadakan jam khusus diluar
jam sekolah yang berisi sharing antar anak maupun sharing antara guru dengan
anak tentang realitas hidupnya di keluarga masing-masing, misalnya: diskusi
bagaimana hubungan dengan orang tua, apa reaksi orang tua ketika mereka
mendapatkan nilai buruk di sekolah, atau apa yang diharapkan orang tua terhadap
mereka. Hasil pertemuan dapat menjadi bahan refleksi dalam sebuah materi
pelajaran yang disampaikan di kelas. Cara ini merupakan siasat bagi pendidik
untuk mengetahui kondisi anak karena disebagian masyarakat, anak dianggap
investasi keluarga, sebagai jaminan tempat bergantung di hari tua.
Sekolah
yang ramah anak merupakan institusi yang mengenal dan menghargai hak anak untuk
memperoleh pendidikan, kesehatan, kesempatan bermain dan bersenang, melindungi
dari kekerasan dan pelecehan, dapat mengungkapkan pandangan secara bebas, dan
berperan serta dalam mengambil keputusan sesuai dengan kapasitas mereka.
Sekolah juga menanamkan tanggung jawab untuk menghormati hak-hak orang lain,
kemajemukan dan menyelesaikan masalah perbedaan tanpa melakukan kekerasan.
Adapun
strategi impelementasi sekolah ramah anak yang akan dilakukan yaitu sebagai
berikut.
a. Mensosialisasikan sekolah bebas dari
kekerasan, dalam artian:
1) Bebas dari kekerasan secara Fisik (physical abuse). Guru dilarang
secara sengaja dan paksa dilakukan terhadap bagian tubuh anak yang bisa
menghasilkan ataupun tidak menghasilkan luka fisik pada anak contohnya:
memukul, menguncang-guncang anak dengan keras, mencekik, mengigit, menendang,
meracuni, menyundut anak dengan rokok, dan lain-lain.
2) Bebas dari kekerasan secara sexsual (sexual
abuse). Jika anak digunakan untuk tujuan seksual bagi orang yang
lebih tua usianya.
Misalnya memaparkan anak pada kegiatan atau perilaku seksual, atau memegang
atau raba anak atau mengundang anak melakukannya. Termasuk disini adalah
penyalahgunaan anak untuk pornografi, pelacuran atau bentuk ekploitasi seksual
lainnya.
3) Bebas dari kekerasan secara emosional (emotional
abuse), meliputi serangan terhadap perasaaan dan harga diri anak.
Perlakuan salah ini sering luput dari perhatian padahal kejadian bisa sangat
sering karena biasanya terkait pada ketidakmampuan dan / atau kurang efektifnya
orang tua/guru/orang dewasa dalam menghadapi anak. Bentuknya bisa mempermalukan
anak, penghinaan, penolakan, mengatakan anak “Bodoh”, “malas”, “nakal”,
menghardik, menyumpai anak dan lain-lain.
b. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan menyediakan fasilitas taman bermain untuk anak sehingga nyaman
berada di sekolah.
c. Memberikan
bantuan berupa sandang seperti seragam, sepatu, tas, buku dan lain-lain. Pangan
seperti pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMTAS), kesehatan, dan
pendidikan yang memadai bagi anak.
d. Memberikan
ruang kepada anak untuk berkreasi, berekspresi, dan partisipasi sesuai dengan tingkat
umur dan kematangannya.
e. Memberikan
perlindungan dan rasa aman bagi anak
f. Perlakuan
adil bagi murid laki-laki dan perempuan, cerdas lemah, kaya miskin, normal cacat
dan anak pejabat dan buruh.
g. Kasih
sayang kepada peserta didik, memberikan perhatian bagi mereka yang lemah dalam
proses belajar karena memberikan hukuman fisik maupun non fisik bias menjadikan
anak trauma.
h. Saling
menghormati hak hak anak baik antar murid, antar tenaga kependidikan serta
antara tenaga kependidikan dan murid.
i.
Terjadi proses belajar sedemikan rupa sehingga siswa
merasa senang mengikuti pelajaran, tidak ada rasa takut, cemas dan was-was,
tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan teman lain.
j. Mengadakan media ajar seperti buku pelajaran dan alat bantu ajar/peraga sehingga membantu daya serap murid.
3.
Meningkatnya
Minat Sekolah Siswa di SDN Poja
Berdasarkan hasil pelaksanaan, sosialisasi, pemantauan,
pengamatan,
supervisi, dan wawancara terhadap Implementasi Sekolah Ramah Anak dalam
Meningkatkan Minat Sekolah Siswa di SDN Poja, beberapa hal dapat diuraikan
sebagai berikut.
a. Dampak
terhadap Siswa
1) Siswa
memiliki sikap anti kekerasan
2) Siswa
memiliki sikap toleransi yang tinggi
3) Siswa
memiliki sikap peduli lingkungan
4) Siswa
memiliki sikap setia kawan
5) Siswa
memiliki sikap bangga terhadap sekolah, dan
6) Yang
paling signifikan yaitu minat sekolah siswa semakin meningkat
b. Dampak
terhadap Sekolah
1) Sekolah
mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah media, tidak sekedar tempat yang
menyenangkan bagi anak untuk belajar.
2) Sekolah
menjadi tempat bermain yang memperkenalkan persaingan yang sehat dalam sebuah
proses belajar-mengajar.
4.
Faktor
Pendukung Implementasi Sekolah Ramah Anak
Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan, sosialisasi,
pemantauan, pengamatan terhadap Implementasi Sekolah Ramah Anak dalam
Meningkatkan Minat Sekolah Siswa di daerah terpencil (SDN Poja),
teridentifikasi beberapa hal yang dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Peran
aktif orang tua siswa dan masyarakat dalam mendukung program yang dilaksanakan
oleh sekolah.
b. Murid terlibat
dalam pendapat untuk menciptakan lingkungan sekolah (penentuan warna
dinding kelas, hiasan, taman kebun sekolah).
c. Guru
terlibat langsung dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan memberikan
contoh seperti memungut sampah, membersihkan meja sendiri dan lain
sebagainya.
5.
Kesimpulan
Implementasi Sekolah Ramah Anak
Berdasarkan uraian di atas, implementasi Sekolah Ramah Anak
terbukti
mampu Meningkatkan Minat Sekolah Siswa di Daerah Terpencil (SDN Poja) serta mengoptimalkan
peran sekolah dalam memfasilitasi kebutuhan siswa. Implementasi Sekolah Ramah
Anak dapat digunakan oleh kepala sekolah lainnya yang tertarik untuk
mengaplikasikan strategi ini sesuai dengan kondisi masing-masing.
Daftar Pustaka
Anonim. “Mengenal dan Mengembangkan Sekolah Ramah
Anak”.
http://dp3akb.jabarprov.go.id/mengenal-dan-mengembangkan-sekolah-ramah-anak/ (diakses
tanggal 27 Agustus 2020)
Hidayah, Nur. 2016. “Pendidikan Ramah Anak Studi Kasus”. https://www.researchgate.net/publication/312555021_Pendidikan_Ramah_Anak_Studi_Kasus_SDIT_Nur_Hidayah_Surakarta (diakses tanggal 27 Agustus 2020)
Komentar