MENGUPAYAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF UNTUK PESERTA DIDIK MELALUI OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK
Selama ini dalam proses pembelajaran
lebih mengarah pada dominasi otak kiri. Indikasi untuk itu antara lain :
aktivitas tubuh lebih banyak menggunakan kaki dan tangan kanan yang fungsinya
dikendalikan oleh otak kiri, sistem pembelajaran lebih banyak menekankan pada
kemampuan bahasa (verbal linguistic) dan logika matematis yang
dikendalikan oleh otak kiri serta aktivitas-aktivitas keseharian (membaca,
menghitung, mengurutkan, dst.) yang fungsinya juga dikendalikan oleh otak kiri.
Kondisi seperti itu jika terjadi
terus menerus akan menyebabkan dampak negatif pada peserta didik yaitu :
mudah lupa, sulit konsentrasi, tidak kreatif dalam memecahkan masalah, tidak
mampu memahami permasalahan secara baik, tidak mampu belajar dalam waktu yang
relatif lama, dan stres. Jika hal demikian terjadi maka tujuan-tujuan
pembelajaran pasti tidak dapat dicapai yang pada akhirnya tujuan pendidikan
juga gagal dicapai. Untuk mencegah terjadi problem seperti itu maka
hendaknya dilakukan upaya pembelajaran yang betul-betul efektif.
Upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif juga telah dilakukan dengan
merubah paradigm yang selama ini berlaku. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.
merubah paradigm yang selama ini berlaku. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.
Pembelajaran yang berpusat pada
siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan sepasang perspektif, yaitu fokus
pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang,
bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus pada pembelajaran (pengetahuan
yang paling baik tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta
tentang praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat
motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar. Fokus ganda ini
selanjutnya memberikan informasi dan dorongan pengambilan keputusan pendidikan.
Melalui
proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif siswa ini berarti guru tidak
mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya. Dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan
fasilitasi untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan
memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
Tantangan bagi guru sebagai pendamping
pembelajaran siswa, untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpusat pada
siswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan
strategi pembelajaran. Untuk menunjang kompetensi guru dalam proses
pembelajaran berpusat pada siswa maka diperlukan peningkatan pengetahuan,
pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran berpusat pada siswa. Peran guru dalam pembelajar berpusat pada
siswa bergeser dari semula menjadi pengajar (teacher) menjadi fasilitator.
Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi. Dalam hal ini adalah
memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra pembelajaran yang
berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa.
Pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif jika faktor-faktor yang terkait
dengan proses tersebut dipertimbangkan dengan dengan matang diantaranya adalah
karakteristik si pembelajar. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa
terdapat karakteristik tertentu pada peserta didik usia sekolah. Selain
itu fungsi belahan otak kiri dan otak kanan juga berpengaruh dalam proses
belajar. Begitu juga keberadaan delapan macam kecerdasan yang dimiliki oleh
setiap peserta didik.
Atas
dasar paparan di atas dapat dinyatakan bahwa upaya melakukan pembelajaran
yang efektif dapat ditempuh dengan mengoptimalkan delapan macam kecerdasan.
Dengan tindakan tersebut berarti berusaha memfungsikan belahan otak kiri dan
kanan secara seimbang. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan model
rangsangan untuk merawat kecerdasan (DePorter dan Hernacki, 2007: 30).
Aktivitas-aktivitas
pembelajaran yang dilakukan dengan mengoptimalkan delapan macam kecerdasan
peserta didik adalah pembelajaran yang di dalamnya ada materi-materi atau
pengalaman-pengalaman sebagai berikut:
1.
Latihan merangkai, menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tertulis,
bercerita, dst. untuk mengembangkan kecerdasan linguistik.
2.
Latihan pemecahan masalah, baik yang berkenaan dengan angka maupun tidak.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan matematis-logis.
3.
Latihan memahami dan membuat objek-objek tiga dimensi untuk mengembangkan
kecerdasan spasial-visual.
4. Gerak tubuh melalui kegiatan bermain, olah raga dan tari,
untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik-jasmani. Kegiatan bermain dapat
berupa bermain fisik, kreatif, imajinatif, dan manipulative. Bermain fisik, merupakan
kegiatan bermain yang berkaitan dengan upaya pengembangan aspek motorik anak
seperti berlari, melompat, memanjat, berayun-ayun. Bermain kreatif,
merupakan bentuk bermain yang erat hubungannya dengan pengembangan kreatifitas
seperti menyusun balok, bermain dengan lilin atau pasir, melukis dengan jari
dan sebagainya. Bermain imajinatif merupakan kegiatan bermain
yang menyertakan fantasi anak seperti bermain sandiwara dimana anak dapat
mengembangkan imajinasi dengan peran yang berbeda-beda. Bermain
manipulatif, merupakan kegiatan bermain yang menggunakan alat tertentu
seperti gunting, obeng, palu, lem, kertas lipat dan sebagainya untuk mengembangkan
kemampuan khusus anak.Bermain yang menyenangkan bagi anak ini kan memberikan
rasa aman dan bebas secara psikologis, suatu kondisi yang amat dibutuhkan bagi
upaya pengembangan kreatifitas anak. Disamping itu, bermain yang merupakan
kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan guna menemukan sesuatu
dengan cara baru, memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengekspresikan
dorongan kreatifnya.
5.
Apresiasi musik, praktik memainkan alat musik, dan menyanyi, untuk
mengembangkan kecerdasan musikal.
6.
Latihan untuk mengenal siapa dirinya dan belajar mengendalikan diri dengan
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku.
7.
Latihan memahami, menghargai, dan menyesuaikan diri dengan teman-teman serta
para guru di sekolah, untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal.
8.
Mengenal dan mendekat terhadap lingkungan alam melalui kegiatan SKAL (studi
kenal lingkungan), untuk mengembangkan kecerdasan naturalis .
Upaya pembelajaran dengan materi
atau pengalaman belajar sebagaimana tersebut di atas dilakukan untuk
memberdayakan semua macam kecerdasan peserta didik melalui mata pelajaran-mata
pelajaran terstentu yang relevan, dengan menganggap setiap peserta didik
sebagai juara, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan, guru
hadir di lingkungan belajar sebagai pribadi yang sangat menyenangkan dan terus
berusaha melakukan inovasi secara dalam cara mengajarnya.
Sumber:http://ebekunt.wordpress.com/2009/03/31/mengupayakan-pembelajaran-yang- efektif-untuk-peserta-didik-sekolah-dasar-melalui-optimalisasi-kecerdasan-majemuk/
Komentar