PENDEKATAN OBJEKTIF DAN MIMETIK DALAM KARYA SASTRA

 Assalamualaikum. Pada postingan ini saya membagikan perbedaan pendekatan objektif dan mimetik dalam menganalisis sebuah karya sastra. Kedua pendekatan tersebut akan diulas secara singkat, padat dan jelas di bawah ini. Semoga

postingan ini bermanfaat dan selamat membaca!


Pendekatan Objektif dan Mimetik Dalam Karya Sastra

 

1.   Pendekatan objektif

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra secara strukturalisme. Sehingga pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif.  Semi (1993:67) menyebutkan bahwa pendekatan struktural dinamakan juga pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik. Strukturalisme berpandangan bahwa untuk menanggapi karya sastra secara objektif haruslah berdasarkan pemahaman terhadap teks karya sastra itu sendiri. Proses menganalisis diarahkan pada pemahaman terhadap bagian-bagian karya sastra dalam menyangga keseluruhan, dan sebaliknya bahwa keseluruhan itu sendiri dari bagian-bagian (Sayuti, 2001:63). Oleh karena itu, untuk memahami maknanya, karya sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas pula dari efeknya pada pembaca. Mengacu istilah Teeuw (1984:134), jadi yang penting hanya close reading, yaitu cara membaca yang bertitik tolak dari pendapat bahwa setiap bagian teks harus menduduki tempat di dalam seluruh struktur sehingga kait-mengait secara masuk akal (Pradotokusumo, 2005 : 66).

Pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam bidang puisi (Jefferson, 1982:84)  tulisan  ini pun bermaksud menerapkan pendekatan objektif dalam menganalisis puisi. Dalam lingkup puisi, Pradopo (2000:14) menguraikan bahwa karya sastra itu tak hanya merupakan satu sistem norma, melainkan terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Masing-masing norma menimbulkan lapis norma dibawahnya. Mengacu pendapat Roman Ingarden, seorang filsuf Polandia, Rene Wellek dalam Pradopo (2000:14) menguraikan norma-norma itu , yaitu (1) lapis bunyi  (sound stratum), misalnya bunyi suara dalam kata,frase, dan kalimat,(2) lapis arti (units of meaning), misalnya arti dalam fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat, (3) lapis objek, misalnya objek-objek yang dikemukakan seperti latar, pelaku, dan dunia pengarang. Selanjutnya Roman Ingarden masih menambahkan dua lapis norma lagi (1) lapis dunia , dan (2) lapis metafisis.

Secara sederhana, penerapan pendekatan objektif dalam menganilis karya sastra dalam hal ini Puisi , dapat diformulasikan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan unsur-unsur struktur karya sastra. Kedua, mengkaji keterkaitan makna antara unusr-unsur yang satu dengan lainya. Ketiga, mendeskripsikan fungsi serta hubungan antar unsur (intrinsik) karya yang bersangkutan . Adapun langkah-langkah menelaah puisi dapat melalui tahap-tahap yang dikemukakan oleh Waluyo ( 1987: 146), tahap 1) menentukan struktur karya sastra, 2) menentukan penyair dan kenyataan sejarah, 3) menelah unsur-unsur, dan 4) sintesis dan interpretasi.  Dengan empat tahap  tersebut, diharapkan puisi dapat dipahami sebagai struktur dan sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.  Sejalan dengan itu Djojosuroto (2006:60) mengemukakan analisis strategi pemahaman puisi. Strategi tersebut dimulai dengan: 1) pemahaman makna kata, 2) pemahaman baris dan bait, dan 3) pemahaman totalitas makna.

 

2.   Pendekatan Mimetik

Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah novel. Berdasarkan pendapat Abrams (dalam Teeuw, 1988:50) bahwa di bidang sastra dan pendekatan terhadap karya sastra sepanjang zaman, Abrams memperlihatkan bahwa kekacauan dan keragaman teori tersebut lebih mudah dipahami dan diteliti jika berpangkal pada situasi karya sastra secara menyeluruh (the total situation of a work of art).

a.    Pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sendiri. Pendekatan ini disebut pendekatan objektif.

b.    Pendekatan yang menitikberatkan pada penulis. Pendekatan ini disebut pendekatan ekspresif.

c.    Pendekatan yang menitikberatkan pada pembaca. Pendekatan ini disebut pendekatan pragmatik.

d.    Pendekatan yang menitikberatkan pada semesta. Pendekatan ini disebut pendekatan mimetik.

Menurut Abrams (dalam Siswanto, 2008:188) pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai imitasi dari realitas.

Pendekatan mimetik merupakan suatu rekaan dari sebuah makna menjadi gambaran yang ada di alam sekitar. Penggambaran kata yang sebenarnya menjadi sesuatu yang bukan realita yang terbentuk dari kehidupan nyata. Dalam pendekatan mimetik, pengarang lebih menganalogikan perasaan melalui ungkapan dengan kata-kata tiruan yang berada di sekitar. Kata-kata itu bisa kata benda atau apapun itu yang terdapat di sekitar pengarang. Tidak hanya sesuatu yang dekat saja, pendekatan mimetik ini bisa saja menggunakan kata berupa angan-angan si pengarang.

Pendekatan mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dunia kehidupan nyata sebagaimana dikemukakan pertama kali oleh filsuf Plato dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa seni hanyalah tiruan alam yang nilainya jauh di bawah realitas sosial dan ide, sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu justru membedakannya dari segala sesuatu yang nyata dan umum karena seni merupakan aktivitas manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: PUISI [Kurikulum Merdeka]

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS X: TEKS NEGOSIASI [Kurikulum Merdeka]