MATERI BAHASA INDONESIA SMA KELAS XI: TEKS CERAMAH

 Assalamualaikum...

Pada postingan kali ini saya membagikan materi Bahasa Indonesia SMA Kelas XI untuk semester ganjil, yaitu materi tentang teks Ceramah. Semoga postingan ini dapat menjadi referensi untuk pembelajaran di kelas. Selamat membaca dan semoga bermanfaat!


1.       Pengertian

Teks ceramah ialah tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf yang isinya mengandung informasi pengetahuan atau ajakan kepada khalayak yang mendengarkan. Teks ceramah biasanya memiliki pesan yang bertujuan untuk memberikan nasihat, petunjuk, atau petuah secara lisan.

 

2.       Ciri-ciri Teks Ceramah

Berikut merupakan ciri-ciri teks Ceramah:

a.       Teks ceramah disampaikan oleh seseorang yang ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu.

b.      Teks ceramah punya struktur yang lengkap, biasanya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. 

c.       Isi teks ceramah disesuaikan dengan pemilihan tema yang sesuai dengan kegiatan yang sedang diselenggarakan.

d.      Bahasa yang digunakan dalam teks ceramah adalah bahasa yang mudah dipahami dan sopan.

e.      Teks ceramah berisi informasi yang bertujuan untuk memberi nasihat, ajakan, menghibur, dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

3.       Perbedaan Ceramah, Pidato dan Khotbah

Ceramah, Pidato dan Khotbah memiliki persamaan yaitu berisi informasi yang disampaikan di depan umum.  Adapun perbedaannya yaitu sebagai berikut:

a.       Ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya.

b.      Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang cenderung bersifat persuasif (ajakan atau dorongan untuk berbuat sesuatu).

c.        Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan. 

 

4.       Struktur Teks Ceramah

Teks ceramah memiliki bagian-bagian tertentu, yang meliputi bagian pembuka, isi, dan penutup.

a.       Pendahuluan (Tesis)

Berupa pengenalan isu, masalah,  ataupun pandangan  pembicara tentang topik yang akan dibahasnya. Bagian ini sama dengan isi dalam teks eksposisi, yang disebut dengan isu.

b.      Isi (Rangkaian Argumen)

Berupa rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan pendahuluan atau tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat  argumen-argumen pembicara.

c.       Penutup (Penegasan Kembali)

Berupa penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya.


Berikut contoh analisis struktur untuk teks di atas.

a.       Pendahuluan

Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapanungkapan banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan perasaan-perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi ataupun rapatrapat umum.  Kata-kata mereka kasar (sarkastis), menyerang, dan tentu saja hal itu sangat menggores hati yang menerimanya.

Bagian itu mengenalkan permasalahan utama (tesis), yakni tentang menurunnya kesantunan berbahasa masyarakat.

b.      Isi (Rangkaian Argumen)

Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam masyarakat itu.

Teks tersebut merupakan salah satu bagian dari argumen pembicara tentang menurunnya kesantunan berbahasa masyarakat.

c.       Penutup (Penegasan Kembali)

Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orangtua dan masyarakat manapun.

Bagian tersebut merupakan suatu simpulan, sebagai hasil penalaran dari penjelasan sebelumnya. Hal ini ditandai oleh kata-kata yang berupa saransaran yang disertai pula sejumlah alasan.

 

5.       Kaidah Kebahasaan Teks Ceramah

Sebagaimana jenis teks lainnya, ceramah pun memiliki karakteristik tersendiri yang cenderung berbeda dengan teks-teks lainnya. Teks ceramah memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut.

a.       Menggunakan kata ganti orang pertama (tunggal) dan kata ganti orang kedua jamak, sebagai sapaan. Kata ganti orang pertama, yakni saya, aku. Mungkin juga kata kami apabila penceramahnya mengatas namakan kelompok. Teks ceramah sering kali menggunakan kata sapaan yang dituju pada orang banyak, seperti hadirin, kalian, bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara.

b.      Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan topik yang dibahas. Dengan topik tentang masalah kebahasaan yang menjadi fokus pembahasanya, istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut adalah sarkastis, eufemistis, tata krama, kesantunan berbahasa, etika berbahasa.

c.       Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi (sebab akibat). Misalnya, jika... maka, sebab, karena, dengan demikian, akibatnya, oleh karena itu. Selain itu, dapat pula digunakan kata-kata yang yang menyatakan hubungan temporal ataupun perbandingan/pertentangan, seperti sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya, berbeda halnya, namun.

d.      Menggunakan kata-kata kerja mental seperti diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan.

e.      Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus.

 

6.       Jenis-jenis Informasi dalam Tek Ceramah

Informasi dalam media massa umumnya bersifat aktual; demikian pula yang disampaikan melalui ceramah-ceramah yang biasanya berkaitan dengan isu-isu terhangat.

Jenis-jenis informasi dapat dikategorikan sebagai berikut.

a.       Informasi berdasarkan fungsi yaitu informasi yang bergantung pada materi dan juga kegunaan informasi. Yang termasuk informasi jenis ini adalah informasi yang menambah pengetahuan, informasi yang mengajari pembaca (informasi edukatif), dan informasi yang hanya menyenangkan pembaca yang bersifat fiksional (khayalan). Informasi yang menambah pengetahuan, misalnya, tulisan tentang pergantian kurikulum. Informasi edukatif, misalnya, tulisan tentang teknik belajar yang jitu. Selanjutnya, informasi yang menyenangkan, misalnya, cerita pendek, karikatur, dan komik.

b.      Informasi berdasarkan format penyajian yaitu informasi berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Di media massa dikenal berbagai bentuk penyajian yaitu dalam bentuk tulisan, foto, kartun, ataupun karikatur. Dalam bentuk tulisan dikenal bentuk berita, artikel, karangan khas (feature), resensi, kolom, dan karya fiksi.

c.       Informasi berdasarkan lokasi peristiwa yaitu informasi berdasarkan tempat kejadian peristiwa berlangsung. Dengan demikian, informasi dibagi menjadi informasi daerah, nasional, dan mancanegara.

d.      Informasi berdasarkan bidang kehidupan yaitu informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada. Bidang-bidang yang biasanya dibedakan itu, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya, dan iptek.

 


 

e.      Informasi berdasarkan bidang kepentingan yaitu dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut.

1)      Informasi yang menyangkut keselamatan atau kelangsungan hidup pembaca.

2)      Informasi yang menyangkut perubahan dan berpengaruh pada kehidupan pembaca.

3)      Informasi tentang cara atau kiat baru dan praktis bagi pembaca untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

4)      Informasi tentang peluang bagi pembaca untuk memperoleh sesuatu.

 

7.       Kalimat Majemuk Bertingkat dalam Teks Ceramah

Perhatikan cuplikan teks berikut!

Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama adalah mereka yang kurang memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini tampak pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok kedua sebagai ragam bahasa  Kampung Rambutan.

Cuplikan tersebut dibentuk oleh kalimat yang panjang-panjang. Hal itu karena kalimat-kalimatnya dibentuk oleh gabungan dua buah kalimat atau lebih. Hasil penggabungan itu kemudian membentuk kalimat baru. Salah satunya berupa kalimat majemuk bertingkat.

a.       Pengertian Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa dan hubungan antara klausa tidak sederajat. Salah satu unsur klausa ada yang menduduki induk kalimat, sedangkan unsur yang lain sebagai anak kalimat.

b.      Jenis-jenis Kalimat Majemuk Bertingkat

1)      Kalimat majemuk bertingkat terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.

Contoh:

·         Ia terlalu bekerja keras sehingga jatuh sakit.

·         Penjelasan diberikan seminggu sekali sehingga anak-anak dapat mengerjakan tugas-tugas mereka dengan teratur.

2)      Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung dengan.

Contoh:

·         Kejelasan PSMS Medan berhasil mempertahankan kemenangannya dengan memperkokoh pertahanan mereka.

·         Dengan cara menggendongnya, anak itu ia bawa ke rumah orang tuanya.

·         Pemburu itu menunggu di atas bukit dengan jari telunjuknya melekat pada pelatuk senjatanya.

3)      Kalimat majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah-olah, seakan-akan.

Contoh:

·         Keadaan di dalam kota kelihatan tenang, seolah-olah tidak ada suatu apa pun yang terjadi.

·         Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui persoalan yang terjadi.

·         Ia pun menghapus wajahnya seakan mau melenyapkan pikirannya yang risau itu.

4)      Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.

Contoh:

·         Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.

·          Para tamu sudah siap, sedangkan kita belum siap.

5)      Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.

Contoh:

·         Tempat ini licin, makanya Anda jatuh.

·         Yang datang berwajah seram, makanya saya lari ketakutan.

6)      Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.

Contoh:

·         Berkas riwayat hidupnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang pelajar teladan.

·         Kebun ini telah dibersihkan ayah, yaitu dengan memangkas dan menebang belukar yang tumbuh di sekitarnya.

·         Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut.

7)      Kalimat  majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.

Contoh:

·         Pamannya yang tinggal di Bogor itu, sedang dirawat di rumah sakit.

·         Istrinya yang datang bersama dia itu, seorang insinyur.

·         Laki-laki yang berbaju putih itu adalah kakekku dari Ibu.

 

8.       Langkah-langkah Menyusun Teks Ceramah

Adapun langkah-langkah penyusunannya yaitu: menentukan topik dan tujuan, menyusun kerangka ceramah, menyusun teks ceramah berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, dan menyunting teks ceramah.

a.       Menentukan Topik

Beberapa topik yang dapat dijadikan bahan ceramah adalah:

·         pengalaman pribadi,

·         hobi dan keterampilan,

·         pengalaman dalam pekerjaan,

·         pelajaran sekolah atau kuliah,

·         pendapat pribadi,

·         peristiwa hangat dan pembicaraan publik,

·         masalah keagamaan,

·         problem pribadi,

·         biografi tokoh terkenal, dan

·         minat khalayak.

b.      Merumuskan Tujuan Ceramah

Ada dua macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1)      Tujuan umum ceramah biasanya dirumuskan dalam tiga hal yaitu memberitahukan (informatif), memengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif).

a)      Ceramah informatif, ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Misalnya, ceramah tentang peranan para pelajar pada masa perang kemerdekaan, posisi Indonesia di kancah internasional.

b)      Ceramah persuasif, ditujukan agar pendengar mempercayai, menyetujui, atau bahkan mengikuti ajakan pembicara. Misalnya, ceramah tentang cara-cara hidup sehat dan menjaga kesehatan lingkungan.

c)       Ceramah rekreatif, ditujukan agar pendengar merasa terhibur. Karena itu, ceramah ini banyak diwarnai oleh humor, anekdot, ataupun guyonan-guyonan yang memancing tertawa pendengar.

2)      Tujuan khusus ialah tujuan yang merupakan rincian dari tujuan umum. Tujuan umum lebih informasional, lebih jelas, dan terukur dalam pencapaiannya.

Berikut contoh hubungan topik, tujuan umum, dan tujuan khusus.

 

Topik                           : Keragaman budaya daerah

Tujuan umum          : Informatif (memberi tahu)

Tujuan khusus         : Pendengar mengetahui bahwa:

·         Setiap daerah memiliki budaya yang khas;

·         Dalam budaya daerah terdapat nilai-nilai kehidupan yang bisa kita petik.

 

Topik                           : Manfaat penghijauan

Tujuan umum          : Persuasif (mengajak)

Tujuan khusus         :

·         Pendengar memperoleh keyakinan tentang manfaat                   penghijauan.

·         Pendengar mau mengikuti program penghijauan dengan baik.

c.       Menyusun Kerangka Ceramah

Kerangka ceramah merupakan rencana yang memuat garis-garis besar materi yang akan diceramahkan. Kerangka ceramah bermanfaat dalam memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur, menghindari timbulnya pengulangan pembahasan, serta membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan.

Kerangka ceramah yang  baik  memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)      Ceramah meliputi tiga bagian pokok, yaitu pengantar, isi, dan penutup.

2)      Maksud dari ceramah diungkapkan dengan jelas.

3)      Setiap bagian dalam kerangka ceramah hanya memiliki satu gagasan.

4)      Bagian-bagian dalam kerangka ceramah harus tersusun secara logis.

d.      Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka

Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka menjadi naskah ceramah yang utuh dan lengkap. Namun bersamaan dengan itu, perlu dilakukan pemahaman dan pengahayatan terhadap bahan-bahan yang ada, yakni dengan jalan:

1)      mengkaji bahan secara kritis,

2)      meninjau kelayakan bahan dengan khalayak (audiensi),

3)      meninjau bahan yang kemungkinan menimbulkan pro dan kontra,

4)      menyusun sistematika bahan ceramah, dan

5)      menguasai bahan ceramah berdasarkan jalan pikiran yang logis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH: AKAD (Fiqh Muamalah)

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)

SUBDISIPLIN LINGUISTIK