MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)
Pada
postingan kali ini sayang akan memposting materi macam atau jenis majas atau gaya bahasa untuk
siswa SMA, yang terdiri dari majas perbandingan, majas pertentangan, majas
sindiran dan majas penegasan. Selamat membaca, semoga bermanfaat!
Secara garis besar majas
terdiri atas empat macam majas yang tiap-tiap macamnya terdiri dari beberapa
jenis majas turunan,
Majas
terdiri dari :
1).
Majas Perbandingan;
2).
Majas Pertentangan;
3).
Majas Sindiran;
4).
Majas Penegasan.
1.
Majas Perbandingan
Pengertian Majas Perbandingan
adalah
kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan
dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Jika diperhatikan dari cara
pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan terbagi atas:
a.
Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan
adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja
dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan,
seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh
:
1)
Semangatnya keras bagaikan baja.
2)
Mukanya pucat bagai mayat.
3)
Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama
b.
Metafora
Metafora adalah majas yang
mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.
Me·ta·fo·ra
/métafora/ : Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang
punggung negara
Contoh:
1) Engkau belahan jantung hatiku sayangku.
(sangat penting)
2) Raja siang keluar dari ufuk timur
3) Jonathan adalah bintang kelas dunia.
4) Harta karunku (sangat berharga)
5) Dia dianggap anak emas majikannya.
6) Perpustakaan adalah gudang ilmu.
c.
Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang
membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti
manusia.
Contoh:
1)
Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
2)
Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
3)
Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.
d.
Alegori
Alegori adalah Menyatakan
dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori:
majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang
utuh. Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Alegori
biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan
hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang
kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan
yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
e.
Simbolik
Simbolik adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai
simbol atau lambang.
Contoh:
a) Ia terkenal sebagai buaya darat.
b) Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
c) Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
d) Melati, lambang kesucian
e) Teratai, lambang pengabdian
f.
Metonimia
Metonimia adalah majas yang
menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda
tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang
menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh:
1)
Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
2)
Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
3)
Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)
g.
Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang
menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya.
Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
1)
Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
Contoh:
(a)
Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
(b)
Per kepala mendapat Rp. 300.000.
2)
Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
Contoh:
(a)
Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
(b)
Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.
h.
Simile
Pengungkapan dengan
perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung,
seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".
Contoh:
Kau
umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.()
2.
Majas Pertentangan
Majas Pertentangan adalah
“Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan
sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau
meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Jenis-jenis
Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.
1)
Antitesis
Antitesis
adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
a)
Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b)
Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.
2)
Paradoks
Paradoks
adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.
Contoh;
a)
Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b)
Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.
3)
Hiperbola
Majas
hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya
dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Contoh:
a)
Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b)
Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.
4)
Litotes
Litotes
adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari
kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan
diri.
Contoh:
a)
Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b)
Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?()
3.
Majas Sindiran
Majas sindiran ialah kata-kata
berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya
terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:
a.
Ironi
Ironi
adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan denganmaksud menyindir.
Contoh:
1)
Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam.
2)
Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.
b.
Sinisme
Sinisme
adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh
:
1)
Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang
terpelajar sepertimu.
2)
Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.
c.
Sarkasme
Sarkasme
adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh
orang yang sedang marah.
Contoh:
1)
Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
2)
Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!()
4.
Majas Penegasan
Majas Penegasan ialah kata-kata
berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya
terhadap pendengar atau pembaca”. Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk
berikut.
a.
Pleonasme
Pleonasme
adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud
menegaskan arti suatu kata.
Contoh:
1)
Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
2)
Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.
b.
Repetisi
Repetisi
adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
1)
Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
2)
Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita
sambut putra bangsa.
c.
Paralelisme
Paralelisme
adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
Cinta
adalah pengertian
Cinta
adalah kesetiaan
Cinta
adalah rela berkorban
d.
Tautologi
Tautologi
adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah
kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata
bersinonim.
Contoh:
1)
Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
2)
Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.
e.
Klimaks
Klimaks
adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut dan makin lama makin
meningkat.
Contoh:
1)
Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antri minyak.
2)
Ketua Rt, Rw, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tak berhak
mencampuri urusan pribadi seseorang.
f.
Antiklimaks
Antiklimaks
adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut yang makin lama
menurun.
a)
Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu.
b)
Di kota dan desa hingga pelosok
g.
Retorik
Retorik
adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya
memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
Contoh:
1)
Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
2)
Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan
Komentar