UNSUR INSTRINSIK NOVEL MARYAMAH KARPOV
Unsur intrinsik novel Maryamah Karpov sebagai
berikut:
I.
TEMA
Tema yang diambil dalam novel tersebut adalah tentang pengorbanan cinta seseorang kepada orang-orang yang ia sayangi, termasuk sang dambaan hati. Secara umum novel Maryamah Karpov ini menceritakan tentang kehidupan sosial masyarakat Belitong.
II. ALUR
a) Tahapan Alur :
• Tahap penyituasian : ketika sang penulis merindukan seseorang yang ia sayangi.
“…. Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang
melewati took itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu,
sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Kemana lagi aku harus mencari A Ling?
Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya.” (halaman 195).
Tema yang diambil dalam novel tersebut adalah tentang pengorbanan cinta seseorang kepada orang-orang yang ia sayangi, termasuk sang dambaan hati. Secara umum novel Maryamah Karpov ini menceritakan tentang kehidupan sosial masyarakat Belitong.
II. ALUR
a) Tahapan Alur :
• Tahap penyituasian : ketika sang penulis merindukan seseorang yang ia sayangi.
“…. Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang
melewati took itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu,
sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Kemana lagi aku harus mencari A Ling?
Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya.” (halaman 195).
• Tahap pemunculan konflik : “pisang-pisang kipas bernyawa, tiang-tiang bendera bertelinga. Tak tahu dari siapa, berita aku akan membuat perahu menyebar kemana-mana, dan aku dituduh sakit jiwa. Sampai-sampai aku tak berani melintas di pasar karena tak tahan berhari-hari dicela.” (halaman 237)
• Tahap peningkatan konflik : “dengan aba-aba dari Lintang, pompa dihidupkan. Percobaan pertama, dan ternyata gagal. Sebab, ternyata sangat susah menggosongkan drum secara simultan. Empat drum melonjak ke permukaan, jelas tak mampu menggerakkan perhu sedikitpun. Perahu itu sangat berat seperti sebuah panser yang terbenam. Eksyen dan komplotannya berteriak-teriak girang melihat kami gagal….” (halaman 343)
• Tahap klimaks : “sementara perahu-perahu anak buah Tambok makin
dekat. Lalu kudengar letupan-letupan senapan. Merekan menembaki perahu kami dengan senapan rakitan. Mahar menaikkan layar dan aku memutar haluan. Tujuan kami adalah timur dan angin barat serta merta mendorong kami.” (halaman 430)
• Tahap penyelesaian : “di tengah hamparan ilalang, A Ling berdiri sendirian menunggu. Kami hanya diam, tapi A ling tahu apa yang telah terjadi. Ia terpaku lalu luruh. Ia bersimpuh dan memeluk lututnya. Matanya semerah naga. Ia sensenggukan sambil meremas ilalang tajam. Seakan tak ia rasakan darah menguncur di telapaknya. Ia menarik putus kalungnya, menggulungkan lengan bajunya, dan memperlihatkan rajah kupu-kupu hitam di bawah sinar bulan. Ku katakan padanya bahwa aku tak’kan menyerah pada apapun untuknya dan akan ada lagi perahu berangkat ke Batuan. Ku katakan padanya, aku akan membawanya naik perahu itu dan kami akan melintasi Selat Singapura.
b) Macam Alur
Dalam novel Maryamah Karpov, macam alur atau plot yang dipakai adalah regresif atau sorot balik. Alur yang dipakai penulis dalam novel tersebut terdapat cerita mundur atau kilah balik ke masa lampau untuk menceritakan suatu permasalahan dan kadang untuk memperjelas sesuatu. Sehingga alur yang dipakai bisa disebut alur campuran.
Bukti :
“sungguh menyedihkan keadaan sekolah kami sekarang.
Dulu ia dikucilkan zaman, sekarang ia masih senyam sendirian. Kami tertegun
bergandengan tangan. Tak seorang pun bicara karena kami terlena mendengar suara
Bu Muslimah dari dalam kelas itu, gelak tawa, sedan tangis,bait-bait puisi, dan
dialog sandiwara kami dulu. Lalu mengalun suara kecil Lintang menyanyikan lagu
Padamu Negeri, hanya untuk menyanyikan satu lagu itu saja ia dengan gagah
berani mengayuh sepeda empat puluh kilometer. Dari rumahnya di pinggir laut: Di
kelas itu, meski suaranya sumbang, ia bersenandung sepenuh jiwa.”
III. PENOKOHAN
a) Tokoh dalam Novel
• Peran Utama :
• Ikal
• Ayah
• Ibu
• Aria
• Mahar
• Lintang
• A Ling
• A kiong
• Harun
• Ketua Karmun
• Tuk Bayan Tula
• Dayang Kaw
• Eksyen
b) Karakter dan Ciri Fisik Tokoh
• Ikal : selalu ingin tahu (bukti: …aku penasaran ingin tahu, … {halaman 151} ), rambut ikal (bukti: aku di panggil si Ikal, lantaran rambutku ikal {halaman 178} )
• Ayah : berbesar hati (bukti : namun tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Sejurus kemudian ia berjalan menuju kawan-kawannya. Ayah menyalami mereka satu per satuuntuk mengucapkan selamat {halaman 11} )
• Ibu : sabar (bukti : menunduk, tekun, tak banyak cincong. {halaman 14})
• Arai : penakut ( bukti: rasanya ingin aku terkencing-kencing. Aku dan Arai tak berani mendekat. {halaman 159} ), kurus (bukti: …, pria kurus tinggi nan penyakitan… {halaman 169}
• Lintang : pintar (bukti: aku merinding mendengarnya. Betapa spektakuler ide ini…. {halaman 330} )
• A Ling : cantik ( namun, jika cantik-A Ling contonya-tatapannya mampu mencairkan tembaga {halaman 131} )
• Mahar: tidak putus asa (bukti: akhirnya, Mahar tanpa putus asa hanya tinggal satu harapan lagi yaitu bungkusan yang selalu dibawanya kemana-mana… {halaman 407} )
• Kalimut: muka nampak tua ( bukti: ia seusia denganku tapi wajahnya tampak lebih tua {halaman 363} ), gigih (bukti: …sekecil itu ia telah mencari nafkah. {halaman 364} )
• Chung Fa: periang (bukti: Chung Fa sangat periang… {halaman 364} )
• Ketua Karmun: tak putus asa (bukti: dan, bukan Ketua Karmun namanya jika menyerah begitu saja… {halaman 438} )
• Tuk Bayan Tula: sombong (bukti: Tuk memalingkan wajah… {halaman 406})
IV.SETTING
a) Waktu
Pada novel Maryamah Karpov, penulis menceritakan semua kejadian yang dialami penulis ketika berumur 24 tahun. Dimana ketika penulis sudah selesai menempuh mata kuliahnya di salah satu Unversitas bagus di Paris. Di dalam cerita di ceritakan kemudian hari-harinya dijalani penulis di tanah Indonesia yakni di Belitong hingga berumur 25 tahun.
b) Tempat
Pada novel Maryamah Karpov penulis banyak melakukan setting tempat di Belitong. Setting tempat yang biasa terpakai adalah rumah penulis, rumah Zakiah, Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi, Sungai Linggang, dermaga, Pulau Batuan, Pasar Ikan, Sekolah Dasar Laskar Pelangi, Toko Harapan Bangsa, rumah Puniai, dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian banyak di alami di Belitong karena Belitong merupakan tempat tinggal penulis. Sehingga segala gerak-gerik penulis akan terawasi oleh Belitong. Waktu terjadinya cerita tersebut kira-kira saat penulis berumur 24 tahun.
c) Sosial
Kehidupan masyarakat yang ada pada kehidupan penulis yaitu kebiasaan atau adat istiadat dari warga Belitong tersebut yang merupakan tanah kelahirannya. Kehidupan sosial masyarakat sana cenderung obsesif. Seperti yang dilakukan penulis dalam cerita.
III. PENOKOHAN
a) Tokoh dalam Novel
• Peran Utama :
• Ikal
• Ayah
• Ibu
• Aria
• Mahar
• Lintang
• A Ling
• A kiong
• Harun
• Ketua Karmun
• Tuk Bayan Tula
• Dayang Kaw
• Eksyen
b) Karakter dan Ciri Fisik Tokoh
• Ikal : selalu ingin tahu (bukti: …aku penasaran ingin tahu, … {halaman 151} ), rambut ikal (bukti: aku di panggil si Ikal, lantaran rambutku ikal {halaman 178} )
• Ayah : berbesar hati (bukti : namun tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Sejurus kemudian ia berjalan menuju kawan-kawannya. Ayah menyalami mereka satu per satuuntuk mengucapkan selamat {halaman 11} )
• Ibu : sabar (bukti : menunduk, tekun, tak banyak cincong. {halaman 14})
• Arai : penakut ( bukti: rasanya ingin aku terkencing-kencing. Aku dan Arai tak berani mendekat. {halaman 159} ), kurus (bukti: …, pria kurus tinggi nan penyakitan… {halaman 169}
• Lintang : pintar (bukti: aku merinding mendengarnya. Betapa spektakuler ide ini…. {halaman 330} )
• A Ling : cantik ( namun, jika cantik-A Ling contonya-tatapannya mampu mencairkan tembaga {halaman 131} )
• Mahar: tidak putus asa (bukti: akhirnya, Mahar tanpa putus asa hanya tinggal satu harapan lagi yaitu bungkusan yang selalu dibawanya kemana-mana… {halaman 407} )
• Kalimut: muka nampak tua ( bukti: ia seusia denganku tapi wajahnya tampak lebih tua {halaman 363} ), gigih (bukti: …sekecil itu ia telah mencari nafkah. {halaman 364} )
• Chung Fa: periang (bukti: Chung Fa sangat periang… {halaman 364} )
• Ketua Karmun: tak putus asa (bukti: dan, bukan Ketua Karmun namanya jika menyerah begitu saja… {halaman 438} )
• Tuk Bayan Tula: sombong (bukti: Tuk memalingkan wajah… {halaman 406})
IV.SETTING
a) Waktu
Pada novel Maryamah Karpov, penulis menceritakan semua kejadian yang dialami penulis ketika berumur 24 tahun. Dimana ketika penulis sudah selesai menempuh mata kuliahnya di salah satu Unversitas bagus di Paris. Di dalam cerita di ceritakan kemudian hari-harinya dijalani penulis di tanah Indonesia yakni di Belitong hingga berumur 25 tahun.
b) Tempat
Pada novel Maryamah Karpov penulis banyak melakukan setting tempat di Belitong. Setting tempat yang biasa terpakai adalah rumah penulis, rumah Zakiah, Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi, Sungai Linggang, dermaga, Pulau Batuan, Pasar Ikan, Sekolah Dasar Laskar Pelangi, Toko Harapan Bangsa, rumah Puniai, dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian banyak di alami di Belitong karena Belitong merupakan tempat tinggal penulis. Sehingga segala gerak-gerik penulis akan terawasi oleh Belitong. Waktu terjadinya cerita tersebut kira-kira saat penulis berumur 24 tahun.
c) Sosial
Kehidupan masyarakat yang ada pada kehidupan penulis yaitu kebiasaan atau adat istiadat dari warga Belitong tersebut yang merupakan tanah kelahirannya. Kehidupan sosial masyarakat sana cenderung obsesif. Seperti yang dilakukan penulis dalam cerita.
V. SUDUT PANDANG
Penulis menulis novel Maryamah Karpov ini dengan gaya pengarang sebagai pelaku utama, sehingga dalam cerita tertera kata “aku” dan penulis juga sering mengungkapkan apa yang dirasa maupun dipikirnya dalam untaian kata yang indah.
VI. AMANAT
Kita sepatutnya memperjuangkan cinta demi kebahagiaan hidup ini, walaupun cara untuk memperjuangkan cinta itu penuh dengan pengorbanan
• Dalam sebuah cerita disana digambarkan agar tidak berpoligami karena sudah ada bukti nyata akibat poligami
• Sebaiknya masyarakat Indonesia harus mulai bisa menumpas ketelatan dalam segala bidang, karena jika tidak maka bisa saja merugikan diri sendiri. Walaupun kita tahu umunya masyarakat Indonesia bertabiat menyerahkan sesuatu sesuai deadline atau bahkan beberapa detik sebelum penentuan jam terakhir.
• Sebaiknya pemerintah tidak sibuk dengan kebahagiaannya sendiri, sehingga nantinya masyarakat kecil bisa sedikit tak terabaikan
• Kegagalan adalah sukses yang tertunda,sehingga dengan seni dapat memberi ilmu untuk menyiasati hidup
• Siapa yang menabur senyum , dialah yang akan menuai cinta
• Seseorang yang menjadi sumber kekuatan terbesar adalah pula sumber kelemahan terbesar
• menurut ketentuan agama, tak bolekh mendiamkan orang tua bertanya lebih dari tiga kali.
VII.Gaya
Bahasa
Gaya bahasa metafora memiliki pengertian
membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lain tanpa mempergunakan kata-kata
penghubung sebagai pembanding. Tetralogi adalah gabungan empat karya sastra
yang berbeda. Tetralogi novel karya Andrea Hirata banyak menggunakan gaya
bahasa salah satunya adalah gaya bahasa metafora. Tetralogi novel karya Andrea
Hirata terdiri dari; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah
Karpov. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk, tipe, dan makna
gaya bahasa metafora yang terdapat dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata.
Untuk mengetahui bentuk, tipe, dan makna gaya bahasa metafora yang terdapat
dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata digunakan metode simak dan metode
catat dengan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan dan
mencatat. Adapun metode analisisnya menggunakan metode agih dan padan dengan
teknik lanjutan teknik ganti, teknik padan referensial, dan teknik Bagi Unsur
Langsung (BUL).
Penggunaan bentuk gaya bahasa
metafora pada tetralogi novel karya Andrea Hirata berjumlah 206 data. Tipe gaya
bahasa yang digunakan dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata berjumlah 9
yaitu; Being, Cosmos, Energi, Substansi, Terestrial, Object, Living, Animate,
dan Human. Makna yang terdapat dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata adalah
sumber ilmu pengetahuan, berusaha dengan sungguh-sungguh, selalu terdengar di
dalam hati, dan lain-lain.
VIII.Gaya Penceritaan
Gaya
penceritaan Andrea Hirata yang di ambil dalam novel tersebut dari pengalaman
atau kisah yang pernah ia lihat. Dalam menceritakan novel tersebut, ia
menempatkan seolah-olah pembaca bisa terhanyut dalam kisah penceritaan dalam
novel tersebut.
Daftar
Pustaka
Hirata, Andrea.2008.Maryamah Karpov.Jakarta:Bentang
Komentar