CERPEN: CINTA UDIN “SAMPAI MATI!”


Oleh Adisan Jaya
13/01/2013 7:26 AM

Dag..dig...dug... Tak pernah terhenti, kembali berdetak! Dag...dig...dug...dug...dig..dag...!!
Parah!! Suasana yang tak aku mengerti, seakan mengajak ku terjun ke lubang kebimbangan, kebingungan, kegundahan, menghadapi perasaan yang sedang bergejolak tapi tak sampai. Mencoba mencari arah kepastian yang mengakali ku dengan iming-iming keindahan abadi yang tak tercetuskan dalam renungan setiap sujudku.
            Nama ku Udin, aku biasa dipanggil teman-teman disekolah ku “si cupu”. Ya...mungkin karena aku berpenampilan jadulmania, dengan kaca mata tebal seperti kaca pembesar dan rambut rapi yang lepek, sama sekali tak sehelai pun terurai. Ya...aku menyadari kelebihan ku ini. Aku juga punya kelebihan yang sangat aku banggakan, tidak lain tidak bukan mengenai perasaan. Ingin ku menutup  mata dan tiba-tiba amnesia, seringkali aku meminta tapi hal itu tidak pernah terjadi...itu semua karena kata “perasaan“ yang sulit terangkat dibibir, sangat menyiksa. Apa lagi wanita yang ku kagumi adalah laksana putri disekolah ku, ya...dia begitu indah, cantik, dan sungguh berparas ayu. Dia pantas berjulukan bidadari yang diturun oleh Tuhan yang paling sempurna. Jelas-jelas yang aku ungkapkan ini tidak terlalu berlebihan, toh...semua cowok menggilainya. Sampai artis lokalpun menyatakan perasaannya, tapi ditolak mentah-mentah. Fenomenal bukan?
            Anis namanya, dengan porsi tubuh yang pas laksana Angelina Jolie, mungkin lebih dari itu. Dengan lingkaran wajah putih dan kata temen-temen kulitnya selembut sutra. Wow! Aku Cuma bisa membayangkan bagaimana kalau dia menjadi pacar ku, hahahaha...kelebihan ku juga yaitu berkhayal tingkat tinggi, humm...lengkap sudah! Sering ku
menghayal, menghayal dan itu sudah menjadi sarapan ku.
Lucunya...menatapnya saja aku tidak bisa, jantungku seakan copot meskipun melihatnya dari kejauhan 1 km (kilo meter), bukan lucu lagi tapi aneh kan? Ya...seakan-akan, wajahnya itu seperti mentari...sungguh kuat cahaya yang terpancarkan diwajah sayunya, ya nggak salah lagi kalau burung-burung bersiul memujinya, kupu-kupu bergerombol meliriknya mengagumi coretan karya seni Tuhan yang dikreasikan kedalam dirinya, dan pelangi selalu mengitari disetiap langkahnya. Ini terlalu over? Tentunya tidak! Karena aku punya alasan sendiri.
            Pernah suatu ketika aku berkhayal untuk menyatakan perasaan yang teramat dalam ini padanya, gubraaakkk!! Mungkin melihatku dari radius 6 km saja dia muntah, wah..wah..apakah aku ini terlalu minder? Akhirnya ku tuliskan dalam dinding kamarku, ini merupakan suatu mimpi besar dalam hidupku, bisa diabaratkan langit dan bumi? Tapi pernyataan yang buat ku bertahan yaitu, “aku pasti bisa mendapatkannya!!!” sangat ambisius kan? Heemmm...
Hari sabtu tepatnya malam itu malam valentine, sekolahku mengadakan lomba band antar sekolah. Sebagai jurnalis sekolah, aku menyiapkan peralatan dan senjata-senjata ku. Mungkin dewi fortuna sedang memihak kepada ku saat itu. Ternyata Anis the princess of my school menjadi vokalis band sekolah ku, dan aku berkesempatan untuk mewawancarainya, wow its unbelievable! Ini saat pertama kalinya aku bertatapan mata dengannya, dan berada diradius 1 meter?? “Wow...wo..wo..wooww... mungkin aku akan berjabat tangan dengannya, dan mungkin juga aku lelaki pertama kali yang pernah menyentuh tangannya?”, raung ku dalam hati.
Aku tersenyum manis menghayalnya, membayangkan, senyum..senyum...ya indah. Tapi ternyata orang menganggap ku makin aneh. Hemm...tak apalah. Aku cuek saja, mungkin itu juga senyum ku yang paling manis, saking merasa bahagianya, “hahaha...lebbay bangett! Pedee bangett!” lagi-lagi kegilaan ku dalam hati.
Tiba saatnya waktu memihak kepadaku, yah...ia mendekat...dekat...semakin dekat! Keringat dingin mengalir bak diterjang tsunami, kaki gemetar bak gempa bumi yang berkekuatan 9,6 skalarichter, nafas mulai terengah-engah. Wow! Ajaib...dia tersenyum pada ku, “Hai...!” sapaan lembutnya. Kemudian tak ku sia-siakan, aku balas sapaannya. Hilang semua rasa gugupku, mati semua denyut jantung dan nadiku, yang tersisa hanya perasaan, ya kembali lagi perasaan yang bergejolak. Aku mulai mewawancarainya, perbincangan yang asik, dia selalu merespon dengan senyum manjanya, kumulai memancing pertanyaan aneh. Mungkin terlalu bersemangat, tanpa kusadari aku mengeluarkan kata-kata aneh, lebih aneh dari kata para pujangga.
Nis...jujur ya? Sudah tak terhitung lagi waktu ku lewati hanya untuk memikirkanmu, mungkin ini saat yang tepat bagiku untuk mengungkapkan isi hatiku. Kamu mau nggak jadi pacarku?” Hupp...?? aku kaget, kututup mulutku yang lancang mengucapkan kata-kata senonoh bagiku.
Tapi sang bidadari itu malah kebingungan, ya wajar!
Kamu nggak ngigo kan udin?” ujarnya mengagetkanku. “Emm..emm..mmm...anu...emm...anu...?”, aku mulai salah tingkah.
Aku kuatkan hati nan tegarkan jiwa. Kesempatan ini tak boleh dilenyapkan waktu, meskipun jiwaku seperti sebuah perahu yang sedang berjuang di tengah badai, menerjang ketakutan yang seharusnya mampu aku terjang.
Nggak nis, a...a...aku serius!”, ucapku lantang.
Akhirnya aku bisa! Tapi lagi-lagi dia hanya tersenyum, yang kupikirkan dia pasti akan mencemoohku, dia pasti meledekku si cupu, aku pasti nggak selevel dengan dia, dan bla...bla...bla...! Pikiran itu selalu memutar di otakku. Sejanak bibirnya mulai terangkat, “Makasih Jono buat perasaan mu ke aku, tapi aku udah ada yang punya, dan aku nggak terlalu sempurna seperti yang ada dalam benak mu.” Ujarnya pada ku. Waktu sejenak terdiam, seisi alam terdiam menyaksikan dramatisnya alur kisah ku. “Aku sangat menghargai perasaan mu, berarti sekarang kamu bukan Si Cupu lagi kan? Coz kamu udah berani mengungkapkan perasaan mu! Good luck Udin! Tetaplah berjuang demi cinta yang kamu cita-citakan.”
Dooorr...duuurrr....duuooorrr!! Alam nampaknya merayakan kegundahan hatiku, mereka berpesta pora melihat kegagalan ku. Sang putri lekas meninggalkan ku, jauh dan semakin jauh. Hancur..lebur..sakit..perih! Ya itu yang aku rasakan. Tapi dia memberikan secercash harapan pada ku, perjuangan ku belum selesai, aku masih punya banyak waktu, aku akan menyiapkan peluru dan jurus jitu untuk menaklukkan hatinya. Tak peduli dia sudah punya pacar atau suami, aku tetap teguh pada kata hatiku, pada perasaan ini. Karena aku punya cinta sebagai alasannya. Cinta sampai mati.
Ya...I’ll always love you forever.

~TAMAT~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH: AKAD (Fiqh Muamalah)

Makalah Mengkaji Puisi “Membaca Tanda-Tanda”

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)