Landasan dan Asas-Asas Pendidikan Serta Penerapannya
Kata Pengantar
Asslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas taufik dan hidayah-Nya
Tugas Makalah Pengantar Pendidikan yang berjudul ”LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA”
dapat diselesaikan. Dalam tugas yang kami buat ini tentu kiranya masih terjadi
banyak kekurangan terhadap pernyataan
yang kami sampaikan. Kami selaku yang
menjalankan tugas memohon maaf yang sebesarnya, jika masih ada kekurangan dari apa yang kami sampaikan, karena mengingat kami masih dalam tahap
pembelajaran. Dan kami
harap Ibu dosen pembimbing mata
kuliah “Pengantar Pendidikan”
akan selalu memberikan masukan dan arahan demi kebaikan kami kedepannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
v Latar
belakang masalah……………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Landasan
pendidikan……………………………………………………………………...4
a.
Landasan
Filosofis
b.
Landasan
Sosiologis
c.
Landasan
Kultural
d.
Landasan
Psikologis
e.
Landasan Ilmiah
dan Teknoligis
B.
Asas-Asas Pokok
Pendidikan…………………………………………………………….13
a.
Asas Tut Wuri Handayani
b.
Asas Belajar
Sepanjang Hayat
c.
Asas Kemandirian
dalam Belajar
BAB III PENUTUP
v Kesimpulan…………………………………………………………………………….…15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
v Latar
Belakang Masalah
Pendidikan sebagai usaha sadar yang
sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan
sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan
asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofi, sosiologis, dan cultural, yang sangat memegang peranan
penting dalam menentukan tujuanpendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan
teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai
landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang
pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat , serta dengan menerapkan
asa-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat member peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.
asa-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat member peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.
Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai
landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan
penerapannya. Landasan tersebut adalah filosofis, cultural, psikologis, serta
ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikaji adalah asas Tut Wuri
Handayani, belajar sepanjang hayat, dan kemandirian dalam belajar.
Pengkajian tentang landasan dan asas pendidikan
tersebut selalu diarahkan pula pada upaya dan permasalahan penerapannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Pendidikan
Pendidikan
adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak putus dari generasi ke
generasi manapun didunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan
itu diselenggarakan sesuai dengan
pandangan hidup dan alam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu.
Oleh karena itu, meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi
perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar
sosiokultural tersebut. Dengan kata lain pendidikan diselenggarakan
berlandaskan filsafata hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap
masyarakat, sermasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (filosofis,
sosiologis, dan cultural) akan memebekali setiap tenaga kependidikan dengan
wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
Selanjutnya,
terdapat dua landasan lain yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya
pendidikan, utamanya pengajaran, yakni landasan psikologis dan landasan iptek.
Landasan psikologis akan memebekali tenaga pendidikan dengan pemahaman
perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya. Sedangkan landasan iptek
akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik
dan cara-cara belajarnya. Sedangkan landasan iptek akan membekali tenaga
kependidikan, khususnya guru, tentang sumber bahan ajaran. Pengkajian landasan
psikologis dan landasan iptek tersebut akan membekali tenaga kependidikan suatu
pegangan dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara
pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaan iptek tersebut.
1. Landasan
Filosofis.
Landasan
Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi
tujuannya, dan sebagainya.
Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,
falsafah). Kata filsafat (philosophy)
bersumber dari bahasaYunani, philein
berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau
bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual
yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada
umumnya bersumber dari dua faktor,
yaitu:
o Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
o Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat
berada dianatara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan
ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan
akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126-134.)
Tinjauan
filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta
merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah
filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:
1.
Filsafat sebagai
kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta
sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2.
Filsafat sebagai
kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar
dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek),
metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta
social dan politik (filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian
yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan
estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan,
karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada
umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang
pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
a.
Keberadaan dan
kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal
educandum, dan sebagainya.
b.
Masyarakat dan
kebudayaannya.
c.
Keterbatasan
manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
d.
Perlunya
landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan
(Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).
Hasil-hasil
kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat
besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai
berikut:
1.
Naturalisme
2.
Idealisme
3.
Pragmatisme
Naturalisme
merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap
oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula
diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang
manusia dan dunianya.
Berbeda dengan
aliran diatas, Idealisme menegaskan
bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap
kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran
bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai
kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
Pragmatisme
merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai
dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang
berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan
dari sesuatu itu harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada
kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia (Abu Hanifah, 1950: 136). John
Dewey (dari Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144), salah seorang tokoh
pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara
eksperimental melalui lima tahap:
1.
Situasi tak
tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam
pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
2.
Diagnosi, yakni
mempertajam masalah termasuk perkiraan factor penyebabnya.
3.
Hipotesis, yakni
penemuan gagasan yang diperkiarakan dapat mengatasi masalah.
4.
Pengujian
hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya
serta implikasinya masing-masing jika dipraktekkan.
5.
Evaluasi, yakni
mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu,
bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode
mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran
paragtisme tersebut bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau
progresivisme sebagai bagian dari suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada
akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat. Progresivisme menentang
pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan dengan
prinsip-prinsip antara lain:
a.
Anak harus bebas
agar dapat berkembang wajar.
b.
Menumbuhkan
minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
c.
Guru harus
menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
d.
Harus ada kerja
sama sekolah dan rumah.
e.
Sekolah
progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi
(Wayan Ardhana, 1986: 16-17)
Selanjutnya
perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar
pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab
filsafat pendidikan itu (Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan
Ardhana, 1986 :14-18) adalah:
1.
Esensialisme.
Esensialisme
merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka
esensialisme tersebut menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme
dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan
dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang sangat diutmakan idealisme,
juga penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat
menghitung penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
Menurut Mazhab
ensesialisme, yang termasuk the
liberalarts, yaitu:
a.
Penguasaan
bahasa termasuk rerorika
b.
Gramatika
c.
Kesusateraan
d.
Filsafat
e.
Ilmu kealaman
f.
Matematika
g.
Sejarah
h.
Seni keindahan (fine arts)
2.
Perenialisme
Ada persama
antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah
perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
a.
Pengetahuan yang
benar (truth)
b.
Keindahan (beauty)
c.
Kecintaan kepada
kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena
kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. Prinsip pendidikan
antaralain:
a.
Konsep
pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
b.
Inti pendidikan haruslah
mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
c.
Tujuan belajar
ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
d.
Pendidikan
merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
e.
Kebenaran abadi
itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
3.
Pragmatisme dan
Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran
filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan
tradisional.
Progresivisme
yaitu perubahan untuk maju.
Manusia akan
mengalami
perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran.
perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran.
Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif
mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip,
antara lain sebagai berikut:
a.
Anak harus bebas
untuk dapat berkembang secara wajar
b.
Pengalaman
langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
c.
Guru harus
menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
d.
Sekolah progresif
harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan
ekperimentasi.
4.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme
adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam
pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang
pengalaman-pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi
haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan.
Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab
filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.
2.
Landasan
Sosiologis
Manusia yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi
dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih
rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki
ciri:
·
Pembagian pada
anggotanya
·
Ketergantungan pada
anggota
·
Ada kerjasama anggota
·
Komunikasi antar
anggota
·
Dan adanya diskrimunasi
antara individu satu denan yang lain dalam kelompok
1.
Pengertian
tentang landasan sosiologi
Dimana
suatu proses interaksi antar dua individu,bahakan dua generasi dan memungkinkan
generasi muda untuk mengembangkan diri.sehingga melahirkan cabang cabang
sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari
antara lain:
1. Hubungan
pendidikan dengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari:
·
Fungsi pendidikan dalam
kebudayaan
·
Hubungan sisitem
pendidikan dan proses kontrol sosiala dengan sstem kekuasaan lain
·
Fungsi pendidikan dalam
memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
·
Hubungan antar kelas
sosial
·
Fungsional pendidikan
formal yang mencakup hubungan dengan ras,kebudayaam dan kelompok kelompok dalam
masyarakat
2. Hubungan
kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
·
Sifat kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan
berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
·
Pola interaksi dan
struktur masyarakat sekolah
3. Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya,yang mempelajari:
·
Peranan sosial guru
·
Sifat kepribadian guru
·
Pengaruh kepribadian
guru terhadap tingkah laju sisiwa
·
Fungsi sosial sekolah
pada sosialisasi anak anak
4.sekolah
dalam komunitas,mempelajari pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya
yang meliputi:
·
Pelukisan komunitas
sekolah sepertti tampaknya dalam prganisasi sekolah
·
Analisis tentang proses
pendidikan seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar
·
Hubungan antara sekolah
dan komunitas dalam fungsi pendidikannya
·
Faktor faktor demografi
dan ekologi dalam organisasi sekolah
Dalam
keempat nidang di atas yang di pelajari untuk memahami pendidikan dalam
masyarakat menurut Wayan ardhan.
2.
Masyarakat
indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
Masyarakat
sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama anatara lain:
·
Adanya interaksi antar
warga warganya
·
Pola tingkah laku yang
diatur adat istiadat,hukum dan norma yang berlaku
·
Adanya rasa identitas
yang mengikat pada warganya.
3.
Landasan
Kultural
Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbale balik, sehingga kebudayaan dapat
dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupan formal.
1.
Pengertian
tentang Landasan
Kultural
Kebudayaan
sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, dan dalam belajar arti luas dapat berwujud:
·
Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
·
Kegiatan yang berpola dari manusia dalam masyarakat,
dan
·
Fisik yakni benda hasil
karya manusia
2.
Kebudayaan
Nasional sebagai Landasan Sisitem Pendidikan
Nasional
Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu
pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan masyarakat indonesia yang majemuk dan
akan kaya kebudayaannya dan keberadaan
semua itu semakin kukuh.
Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah
dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan semakin kukuhnya
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal
Ika.
4.
Landasan
Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia,
sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam
bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut
terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan
dan proses belajar.
1.
Pengertian
Landasan Psiklogis
Pemahaman
peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor
keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang
kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi.
Seperti
di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
·
Kebutuhan fisiologis: kebutuhan
memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)
·
Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus
merasa aman dan bebasdari ketakutan
·
Kebutuhan akan cinta
dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
·
Kebutuhan akan alkuturasi
diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
·
Kebutuhan untuk
mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek
2.
Perkembangan
peserta didik sebagai landasan psikologis
Perkembangan
manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat
kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran
(regresif).
Salah satu aspek
dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan
kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan
mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa
prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum
karena:
·
Prinsip tersebut
yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
·
Prinsip itu akan tampak bervariasi pada
kepribadian manusia tertentu (sebab:
kepribadian itu unik)
Terdapat
dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan
kepribadian,yakni:
·
Terintegrasinya seluruh komponen ke
dalam struktur yang teroganisir secara
sistematik.
·
Terjadi tingkah laku yang konsisiten
dalam menghadapi lingkungan.
5.
Landasan Ilmiah dan Teknologis
Seperti yang kita ketahui, iptek menjadi
bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat berperan
penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
·
Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas
makna dan kedudukan masing-masing yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan,
teknologi. Pengetahuan (knowledge)
adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap
fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.
·
Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan
kehidupan manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan
yang tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir tahunan sungai Nil
menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan kegiatan survey.
B.
Asas-Asas
Pokok Pendidikan
Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau
tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan
dapat mendidik diri sendiri. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat
tiga asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu,
yaitu sebagai berikut:
1. Asas Tut
Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti
dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua
semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa
Sung Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini
ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ø Ing
Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan menjadi contoh).
Ø Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah
memberi dukungan dan membangkitkan
semangat).
Ø Tut
Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan/mengikuti dengan awas).
2. Asas Belajar Sepanjang
Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long
learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur
hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal.
a. Dimensi
vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan.
b. Dimensi
horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam
Belajar
Baik asas tut
wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya
dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut
wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk
mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat
diwujudkan apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu
mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang
hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas
kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru dalam peran utama sebagai
fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: informator, organisator
dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur
berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik
berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar
itu.
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Pendidikan
selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan
satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu
apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah
terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu
dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah
landasan dan asas pendidikan.
Semoga apa yang
kami sampaikan berguna bagi kedepannya, dan menjadi tolak ukur bagi kita untuk
menuju sebuah kemajuan dalam dunia pendidikan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hanifah. 1950. Rintisan
Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I.
Jakarta: Balai Pustaaka.
Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa
dalam Belajar. Jakarta:
Gramedia.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Komentar