PERTIMBANGAN TEORI DAN METODOLOGI




Abstraksi
Abstraksi adalah suatu disiplin sentral dalam semua upaya pemrograman yang serius. Kita telah membahas fungsional abstraksi dalam bagian-bagian awal bahan ini. Abstraksi prosedural adalah sentral dalam kedua imperatif paradigma dan paradigma berorientasi objek. Disini kita memiliki kontras abstraksi fungsional dengan abstraksi linguistik
Abstraksi adalah suatu proses yang lebih tinggi konsep berasal dari penggunaan dan klasifikasi literal (“nyata” atau “beton”) konsep, prinsip-prinsip pertama atau metode lainnya. Sebuah “abstraksi” (kata benda) adalah sebuah konsep yang bertindak sebagai super-kategori kata benda untuk semua konsep bawahan, dan menghubungkan konsep-konsep yang terkait sebagai kelompok, lapangan atau kategori.

Dialek
Dialek (bahasa Yunani: dialektos) adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Berbeda dengan ragam bahasa yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Variasi ini berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga belum pantas disebut bahasa yang berbeda.
Biasanya pemberian dialek adalah berdasarkan geografi, namun bisa berdasarkan faktor lain, misalkan faktor sosial. Sebuah dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan (fonologi, termasuk prosodi). Jika pembedaannya hanya berdasarkan pengucapan, maka istilah yang tepat ialah aksen dan bukan dialek.








Jenis Dialek
Berdasarkan pemakaian bahasa, dialek dibedakan menjadi berikut:
  1. Dialek regional: varian bahasa yang dipakai di daerah tertentu. Misalnya, bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta, atau dialek Medan.
  2. Dialek sosial: dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai strata sosial tertentu. Misalnya, dialek remaja.
  3. Dialek temporal, yaitu dialek yang dipakai pada kurun waktu tertentu. Misalnya, dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
  4. Idiolek, keseluruhan ciri bahasa seseorang yang khas pribadi dalam lafal, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.

Idiolek adalah ragam bahasa yang unik pada seorang individu. Hal ini diwujudkan dengan pola pilihan kosakata atau idiom (leksikon individu), tata bahasa atau pelafalan yang unik pada setiap orang.

Idiolek dan Bahasa
Para ahli bahasa sepakat bahwa konsep bahasa adalah suatu hal yang abstrak yang tergantung dari penutur dan pendengarnya. Menurut pandangan tersebut, sebuah bahasa adalah sebuah “rangkaian idiolek” dan bukan merupakan sebuah entitas tersendiri. Ahli bahasa mempelajari bahasa tertentu dengan mengamati pengucapan yang dihasilkan dari orang yang menuturkan bahasa tersebut.
Pandangan ini berlawanan dengan pandangan umum kaum awam (nonlinguis), terutama di Amerika Utara, bahwa bahasa timbul dari sistem ketatabahasaan dan kosakata yang ideal, dan penggunaan/penuturannya sehari-hari didasarkan atas sistem kebahasaan eksternal tersebut.
Bahasaan yang memahami bahasa sebagai gabungan dari idiolek-idiolek yang mandiri dan unik tetap harus memperhatikan bahwa anggota-anggota suatu komunitas penutur yang besar, bahkan penurut dialek yang berbeda dari bahasa yang sama, dapat mengerti satu sama lain. Pada dasarnya semua manusia tampak menghasilkan bahasa dengan cara yang sama. Hal ini telah berujung pada pencarian suatu tata bahasa universal, termasuk usaha-usaha untuk mendefinisikan natur/hayat suatu bahasa tertentu

Gaya Bahasa
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam buku Sari Sastra Indonesia karangan Sumiati Budiman, gaya bahasa adalah cara berbahasa dengan tujuan untuk menimbulkan kesan tertentu pada pendengar atau pembacanya. Gaya bahasa ada yang bersifat umum, ada pula yang bersifat perseorangan. Gaya bahasa yang bersifat perseorangan ini tidak bisa dipelajari.

Macam-macam Gaya Bahasa:
  1. Personifikasi
Gaya bahasa yang menganggap sesuatu benda dapat berbuat atau berbicara seperti manusia disebut persinifikasi. Gaya bahasa ini juga disebut gaya insanan.
Contoh:
            Lonceng berbunyi, memanggil siswa untuk berkumpul.
  1. Metafora
Gaya bahasa yang mengandung
perbandingan yang sejajar atau memiliki kesamaan, sebagai suatu kata atau ungkapan disebut metafora.
Contoh:
            Raja siang bersinar di ufuk timur.
            Dewi malam keluar dari peraduannya.
  1. Hiperbola
Gaya bahasa yang melukiskan suatu peristiwa atau keadaan secara berlebih-lebihan disebut hiperbola.
Contoh:
             Selama ini, ia bekerja membanting tulang, memeras keringat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
             Air matanya menganak sungai.


  1. Klimaks
Klimaks  adalah gaya bahasa penegasan dengan menyebutkan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menghebat.
Contoh:
            Jangankan harta benda, ragaku, jiwaku pun kupertaruhkan.
Perempuan itu sedih, sengsara dan merana hidupnya.


  1. Repetisi
Gaya bahasa penegasan dengan cara mengulang-ulangi kata atau bagian kalimat disebut repetisi.
Contoh:
            Jangan cemas, dia pasti datang lagi, percayalah, dia pasti datang lagi.
  1. Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang menyebutkan dua hal yang bertentangan padahal sebenarnya tidak.
Contoh:
            Pak Heru memang kaya, tetapi miskin batinnya.
            Wajahnya tampak seram, tetapi hatinya seputih salju.
  1. Antitesa
Antitesa adalah gaya bahasa yang memakai kata-kata berlawanan arti untuk menegaskan maksud.
Contoh:
Besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan semuanya menghadiri pertunjukan itu.
  1. Efemisme
Efemisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang disusun sedemikian rupa agar lebih halus dan lebih sopan didengar.
Contoh:
            Hasil ulanganmu kurang memuaskan.
            Memang nenekku sudah kurag pendengarannya.

  1. Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang dipergunakan untuk menyindir secara halus lawan bicaranya.
Contoh:
            Aduh, manis benar ko[pi ini, Rin! Mungkin belum kau beri gula.
            Wah bagus benar tulisanmu, Ed! Hampir-hampir tidak bisa dibaca.
  1. Sinisme
Gaya bahasa yang menyindir lawan bicaranya dengan cara lebih kasar daripada ironi disebut sinisme.
Contoh:
            Mual perutku mendengar nasihatmu.
            Muntah aku melihat tingkah lakumu.
  1. Sarkasme
Sarkasme adalah gaya bahasa yang menyindir lawan bicaranya dengan cara amat kasar sehingga bisa menyakitkan hati.
Contoh:
            Memang otak udang isi kepalamu itu!
Dia memang pernah minggat dari ini.
  1. Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berasosiasi dengan suatu benda.
Contoh:
            Cintanya lebih tinggi daripada singgasana.
            Pernahkah Anda membaca Periwi?
  1. Pleonasme
Gaya bahasa yang memberikan keterangan terhadap suatu kata yang sebenarnya telah mengandung keterangan disebut pleonasme.
Contoh:
Kapal terbang itu jatuh dari atas ke bawah sehingga hancur berkeping-keping.
Nelayan itu mengarungi samudra yang luas.

  1. Inversi
Gaya bahasa yang menarik perhatian dengan cara membalik susunan katanya disebut inversi.
            Contoh:
                        Memang tidak punya malu anak itu.
                        Itulah mahkota pengetahuanku.
  1. Litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berlawanan arti dengan tujuan untuk merendahkan diri.

Contoh:
                        Sudikah Tuan singgah ke gubuk kami?
                        Terimalah hadiah yang kurang berarti ini dengan tangan terbuka.
  1. Simbolik
Gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan lambang-lambang disebuk simbolik.
Contoh:
            Janganlah engkau tertipu oleh si kancil itu!
            Hendaknya jangan sampai terperangkap oleh lintah darat itu.
  1. Koreksi
Gaya  bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan salah lalu dibetulkan lagi disebut koreksi.
Contoh:
            Ayah sedang bekerja, bukan, sedang tidur.
            Selamat pagi anak-anak, maaf selamat sore.
  1. Retoris
Retoris adalah gaya bahasa dengan mengajukan pertanyaan yang tidak perlu dijawab, untuk menarik perhatian.
Contoh:
            Mungkinkah kalian pandai tanpa belajar?
            Inikah yang kamu maksud bekerja?

  1. Asosiasi
Asosiasi adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu benda yang telah disebut dengan benda lain. Pada umumnya asosiasi menggunakan kata penghubung.
Contoh:
            Hati sedih bagai diiris-iris pisau.
            Semangatnya keras seperti baja.
  1. Sinekdok
Sinekdok adalah gaya bahasa yang menyebutkan sesuatu benda. Bila penyebutan sebagian tetapi yang dimaksudkan seluruhnya disebut sinekdok par pro toto.
Contoh sinekdok pas pro toto:
            Sudah lama aku tidak melihat batang hidungmu.
Sedangkan bila penyebutan itu seluruhnya tetapi yang dimaksudkan sebagian disebut sinekdok totem pro parte.
Contoh sinekdok totem pro parte:
            Indonesia mendapat piala emas dalam Asian Games tahun ini.
  1. Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa perulanagn yang terdapat di dalam sajak.bila perulangan itu terdapat pada aal baris disebut anafora.
Contoh anafora:
            Kalau ’lah diam malam yang kelam,
            Kalau ’lah tenang sawah yang lapang,
            Kalau ’lah lelap orang lawang,
            Akh, engkau nan masih lemah melambai.
            .................................................................
                        Rustam Effendi, Percikan Permenungan
Sedangkan bila perulangan itu terdapat pada akhir baris disebut epifora.
Contoh epifora:
            Kalau kau mau, ia akan datang.
            Bila kau pinta, ia akan datang.
            Jika kau kehendaki, ia akan datang.

  1. Retisentis
Retisentia adalah gaya bahasa yang menyembunyikan sebagian pikiran atau perasaan untuk menarik perhatian.
Contoh:
Wajah yang senantiasa jernih lembut pada pemandangannya itu....

  1. Tautologi
Tautologi adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan cara menyebutkan dua kata yang searti.
Contoh:
            Peristiwa itu tidak saya inginkan, tidak saya harapkan.
            Kehadirannya tidak saya panggil, tidak saya undang.

  1. Asindeton
Penyebutan beberapa hal secara berurutan tanpa menggunakan kata sambung disebut asindeton.
Contoh asindeton:
            Kaya, miskin, pandai, bodoh sama saja di hadapan Tuhan.
Bila penyebutan itu menggunakan kata sambung disebut polisindeton.
Contoh polisindeton:
Orang tuaku dan kakak-kakakku dan asik-asikku berdoa untuk keberhasilanku.

Perlakuan Struktur pada Leksikon
Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus. Dalam linguistik, leksikon adalah koleksi leksem pada suatu bahasa. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani  ‘lexikόn’ atau ‘lexikόs’ yang kurang lebih bermakna ‘perihal kata’. Kajian terhadap leksikon mencakup apa yang dimaksud dengan kata, strukturisasi kosakata, penggunaan dan penyimpanan kata, pembelajaran kata, sejarah dan evolusi kata (etimologi), hubungan antarkata, serta proses pembentukan kata pada suatu bahasa. Dalam penggunaan sehari-hari, leksikon dianggap sebagai sinonim kamus atau kosakata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Mengkaji Puisi “Membaca Tanda-Tanda”

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

Makalah Analisis Citraan dalam Puisi WS Rendra