3 Aspek Pemetaan Kebutuhan Belajar Murid | Carol Ann Tomlinson Ed. D
(Sumber: premierespeakers.com) |
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga
aspek tersebut adalah:
- Kesiapan belajar (readiness)
murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-
tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut.
1.
KESIAPAN BELAJAR (READINESS)
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan
Belajar”?
Bayangkanlah
situasi berikut ini:
Dalam pelajaran bahasa
Indonesia, Bu Renjana ingin mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk
narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga
kelompok murid di kelasnya.
- Kelompok A adalah murid yang telah memiliki
keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang
cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.
- Kelompok B adalah murid yang memiliki
keterampilan menulis dengan struktur yang baik, namun kosakatanya masih
terbatas.
- Kelompok C adalah murid yang belum memiliki
keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun
terbatas.
Apa yang dilakukan oleh Bu Renjana di atas adalah memetakan
kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar.
Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar (readiness) adalah
kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan
tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun
dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap
dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar.
Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi
mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada
stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda
akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut
terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk
berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan
materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas
Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut
mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat
kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari
beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh
Tomlinson (2001: 47).
Tombol-tombol
dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan
untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba
membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan
mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson
(Tomlinson, 2001).
- Bersifat
mendasar - Bersifat transformatif
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
- Konkret -
Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
- Sederhana -
Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.
- Terstruktur
- Open Ended
Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
- Tergantung
(dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
- Lambat -
Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
2.
MINAT MURID
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan
respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan
memberikan kepuasan diri.
Tomlinson
(2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat,
diantaranya adalah sebagai
berikut:
- membantu murid menyadari bahwa ada
kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
- mendemonstrasikan keterhubungan
antar semua pembelajaran;
- menggunakan keterampilan atau ide
yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau
keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
- meningkatkan motivasi murid untuk
belajar.
Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif.
Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat
merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya,
dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik
saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia
tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan
cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat
bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai
sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan
objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu.
Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap
tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang
mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau
menghibur.
Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi
murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami
kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat
mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat
murid-muridnya dalam belajar.
Pentingnya
Mempertimbangkan Minat Murid
Beberapa
cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya
adalah dengan:
- menciptakan situasi pembelajaran
yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan
kejutan-kejutan, dsb),
- menciptakan konteks pembelajaran
yang dikaitkan dengan minat individu murid,
- mengkomunikasikan nilai manfaat
dari apa yang dipelajari murid,
- menciptakan kesempatan-kesempatan
belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based
learning).
Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat
sendiri. Minat setiap murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang
tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda.
Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan"
murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid
tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Hal lain
yang perlu disadari oleh guru terkait dengan pembelajaran berbasis minat adalah
bahwa minat murid dapat dikembangkan. Pembelajaran berbasis minat seharusnya
tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi
juga dapat membantu mereka menemukan minat baru.
Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin
dapat diberikan pada murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan moda
ekspresi yang mungkin digunakan oleh murid-murid mereka. (Tomlinson, 2001)
Contoh Mengidentifikasi atau Memetakan kebutuhan belajar berdasarkan minat
Berikut ini adalah contoh
mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar berdasarkan minat:
Ibu Putik ingin mengajarkan murid-muridnya
keterampilan membuat teks prosedur. Setelah selesai mendiskusikan tentang apa
dan bagaimana membuat teks prosedur, Bu Putik lalu meminta murid berlatih
membuat sendiri teks prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk
menulis dengan topik sesuai dengan minat mereka. Anak yang memiliki minat
terhadap memasak, boleh membuat teks prosedur tentang bagaimana cara memasak
makanan tertentu. Murid yang memiliki minat terhadap kerajinan tangan boleh
membuat teks prosedur tentang membuat sebuah produk kerajinan tangan tertentu,
dan sebagainya. Keterampilan yang dilatih tetap sama, yaitu membuat teks
prosedur, walaupun topiknya mungkin berbeda.
3.
PROFIL BELAJAR MURID
Profil
Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik
belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid
berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid
untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru,
kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang
sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap
anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat
penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar
mereka.
Profil
belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa
diantaranya:
- Preferensi terhadap lingkungan
belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah
cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak
terstruktur, dsb.
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb. - Pengaruh Budaya: santai -
terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
- Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: - visual: belajar dengan melihat
(misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power
point, catatan, peta, graphic organizer );
- auditori: belajar dengan mendengar
(misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras,
mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan
musik);
- kinestetik: belajar sambil
melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands
on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar. - Preferensi berdasarkan
kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial,
musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal,
verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
Berikut ini adalah contoh Mengidentifikasi atau
Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar murid:
Pak
Neon akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar murid
dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup.
Berdasarkan identifikasi yang ia lakukan, Pak Neon telah mengetahui bahwa
sebagian muridnya adalah pembelajar visual, sebagian lagi adalah pembelajar
auditori, dan pembelajar kinestetik. Untuk memenuhi kebutuhan belajar
murid-muridnya tersebut, Pak Neon lalu memutuskan untuk
melakukan beberapa hal berikut ini:
- Saat mengajar, Pak
Neon:
- menggunakan
banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan.
- menyediakan
video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat diakses oleh
murid.
- membuat
beberapa sudut belajar atau display yang ditempel di tempat-tempat
berbeda untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat
mengakses informasi.
- Saat
memberikan tugas, Pak Neon memperbolehkan murid-muridnya memilih
cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk
hidup. Murid boleh menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar, rekaman
wawancara maupun performance atau role-play.
Contoh
cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar
murid
Guru
dapat mengidentifikasi kebutuhan murid dengan berbagai cara. Berikut ini
adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar murid:
- mengamati perilaku murid-murid mereka;
- mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait
dengan topik yang akan dipelajari;
- melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh
informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
- mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali
murid;
- mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau
aktivitas;
- bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
- membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat
komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid
sebelumnya;
- berbicara dengan guru murid sebelumnya;
- membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat
pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
- menggunakan berbagai penilaian penilaian diagnostik untuk memastikan
bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai;
- melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
- mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka
sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka; dll.
Daftar di atas hanya beberapa contoh saja. Masih banyak
cara lain yang dapat guru lakukan untuk mendapatkan informasi atau
mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid mereka. Dapatkah Bapak/Ibu
mengidentifikasi cara lainnya? Sampaikan di kolom komentar ya!
Komentar