Memahami Hakikat dan Prinsip Belajar Bahasa Kedua
Penggunaan bahasa di kalangan umat manusia merupakan suatu
fenomena yang bersifat universal dan jumlah bahasa yang digunakan sangat
banyak, yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan diantara
bahasa-bahasa yang digunakan ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya
karena bahasa itu merupakan suatu convention (kesepakatan umum) yang
bersifat arbitrary (suka-suka). Faktor lain
yang menyebabkan perbedaan diantara bahasa-bahasa yang digunakan oleh manusia
adalah faktor cuaca dan budaya.
Ø
Bahasa Pertama
dan Kedua
Setiap orang biasanya hanya mampu berbi-cara dengan
menggunakan satu bahasa saja, ya-itu bahasa yang ia peroleh secara otomatis dan
wajar karena biasa digunakan untuk berkomu-nikasi sehari-hari oleh orang-orang
yang berada di lingkungan kelompok masyarakatnya. la tidak memahami
bahasa-bahasa yang digunakan un-tuk berkomunikasi oleh orang-orang yang berada
di luar lingkungan kelompok masyarakatnya. Bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi se-hari-hari oleh seseorang di dalam lingkungan ke-lompok
masyarakatnya, yang ia peroleh secara alamiah dan wajar sejak lahir disebut
bahasa ibu atau bahasa pertama orang tersebut, sedangkan bahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi oleh orang-orang di luar lingkungan kelompok masya-rakatnya
dinamakan bahasa asing yang apabila dipelajari oleh orang tersebut akan menjadi
ba-hasa keduanya.
Istilah bahasa kedua atau second language di-gunakan untuk
menggambarkan bahasa-babasa apa saja yang pemerolehannya/penguasaannya dimulai
setelah masa anak-anak awal (early childhood), termasuk bahasa ketiga
atau bahasa-ba-hasa lain yang dipelajari kemudian. Bahasa-ba-hasa yang
dipelajari ini disebut juga dengan ba-hasa target (target language).
Ø
Pemerolehan
Bahasa Kedua
Kondisi saling ketergantungan antara satu ne-gara dengan
negara lainnya menjadikan pengua-saan bahasa kedua menjadi sesuatu yang sangat
penting dewasa ini. Kita perlu mempelajari
bahasa kedua untuk ke-pentingan sektor pendidikan, pariwisata, politik dan
ekonomi.
Pemerolehan bahasa kedua tidak sama de-ngan pemerolehan
bahasa pertama. Pada pe-merolehan bahasa pertama siswa “berangkat dari nol”
(dia belum menguasai bahasa apa pun) dan perkembangan pemerolehan bahasa ini
seiring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya. Pada pemerolehan bahasa
kedua, siswa sudah me-nguasai bahasa pertama dengan baik dan per-kembangan
pemerolehan bahasa kedua tidak se-iring dengan perkembangan fisik dan
psikhisnya. Selain itu pemerolehan bahasa pertama dilaku-kan secara informal
dengan motivasi yang sangat tinggi (siswa memerlukan bahasa pertama ini untuk
dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya), sedangkan
pemeroleh-an bahasa kedua dilakukan secara formal dan motivasi siswa pada
umumnya tidak terlalu tinggi karena bahasa kedua tersebut tidak dipakai untuk
berkomunikasi sehari-hari di lingkungan ma-syarakat siswa tersebut.
Aspek-aspek
Pembelajaran Bahasa Kedua.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika
memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua:
1.
Kemampuan bahasa.
Biasanya
apabila seseorang memutuskan un-tuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia
akan melalui tes kemampuan bahasa atau language aptitude test yang dilakukan
oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki
oleh orang tersebut.
2.
Usia.
Sebagian
besar masyarakat umum masih me-yakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan
lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar bahasa kedua ketika telah
dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuk-tikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.
dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuk-tikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.
3.
Strategi yang digunakan.
Penggunaan
strategi yang efektif sangat pen-ting agar pembelajaran bahasa kedua dapat
ber-hasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua,
yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi.
Strategi
belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa
kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap
siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi
berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa kedua dan
penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi ke-buntuan di dalam
berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa yang
benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan.
4.
Motivasi.
Secara
sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang memutuskan untuk
melakukan sesuatu, berapa lama ia rela mela-kukan aktivitas tersebut dan sejauh
mana usaha yang dilakukannya.
Metode
Pembelajaran Bahasa Kedua.
Ada
banyak metode atau cara yang dapat digunakan untuk mempelajari bahasa kedua.
Metode atau cara yang dipilih akan tergantung pada seberapa cepat dalam
menguasai bahasa kedua itu, dimana kita tinggal dan berapa banyak dana yang
dapat kita alokasikan untuk mencapai tujuan kita tersebut. Gabungan dari
beberapa me-tode atau cara di bawah ini tentunya akan membe-rikan hasil belajar
yang lebih optimal dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu metode
saja.
1.
Pembelajaran di dalam kelas.
Ketika kita melaksanakan pembelajaran ba-hasa kedua di
dalam kelas, kita dibantu oleh guru yang senantiasa dapat memberikan materi,
do-rongan dan umpan balik serta dapat menjadi la-wan untuk mempraktekkan
kemampuan bahasa kedua kita. Agar dapat menyelenggarakan pem-belajaran bahasa
kedua yang baik di dalam kelas, guru membutuhkan sumber-sumber pembela-jaran
bahasa yang otentik. Ini terutama dibutuh-kan ketika kita mempelajari bahasa
kedua di negara kita sendiri. Sumber-sumber pembela-jaran bahasa yang digunakan
harus otentik dalam hal lafal, intonasi, aksen dan idiom. Tanpa adanya
sumber-sumber pembelajaran bahasa seperti itu, akan sangat sulit bagi seorang
guru bahasa ke-dua untuk dapat menyampaikan perasaan dan fikiran orang-orang
yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pertamanya. Untuk itu ketika
mengajar, para guru bahasa kedua sebaik-nya hanya menggunakan rekaman suara
yang di-tuturkan oleh penutur asli. Bahan-bahan penga-jaran visual seperti
video atau film juga harus me-nampilkan kebudayaan orang kedua yang otentik.
Jangan menggunakan video atau film yang hanya menampilkan keindahan negara
penutur bahasa kedua, tetapi tidak ada kaitannya dengan masalah kebudayaan
orang penutur bahasa kedua. Video atau film seperti itu biasanya ditujukan
hanya kepada para turis saja.
Selain itu guru/pihak sekolah dituntut untuk mampu
menyediakan koran dan majalah dalam bahasa kedua karena merupakan dua sumber
ba-caan yang valid dan selalu memberikan informasi terkini mengenai kebudayaan
orang kedua.
2.
Pembelajaran otodidak.
Metode ini dapat dilakukan dengan cara mem-beli CD atau DVD
pembelajaran bahasa kedua yang banyak di jual di toko-toko buku/kaset atau
dapat dipesan on-line melalui Internet. Kelemahan mendasar dari metode belajar
ini adalah tidak ada-nya guru yang mendampingi, sehingga ketika sis-wa perlu
bertanya, tak ada seorang pun yang da-pat menjawab. Namun demikian CD atau DVD
pembelajaran bahasa kedua sekarang ini telah dikembangkan sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar sendiri. Keberhasilan siswa di dalam pembelajaran
bahasa kedua dengan mengguna-kan metode ini akan sangat tergantung pada
ting-kat keseriusan siswa di dalam belajar dan kualitas CD atau DVD
pembelajaran bahasa kedua yang siswa beli.
3.
Pertukaran bahasa.
Belajar
bahasa kedua dengan menggunakan metode ini menuntut siswa untuk mencari penutur
asli bahasa kedua yang sedang dipelajarinya dan yang ingin mempelajari bahasa
ibu atau bahasa pertama siswa tersebut, sehingga keduanya da-pat saling
mengajari bahasanya masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan mengakses
bebe-rapa situs di Internet yang menyediakan jasa ter-sebut. Altematif lain
dari metode ini adalah dengan mencari penutur asli sebagai teman
berkorespon-densi. Seorang guru bahasa kedua harus mendo-rong siswanya untuk
berkorespondensi dengan orang penutur bahasa kedua.
Dengan berkorespondensi siswa dapat banyak berlatih
bagaimana menulis dengan konteks situasi-situasi keseharian. Selain itu siswa
akan dapat bertukar fikiran dengan penutur asli bahasa kedua, memahami sikap
dan perilakunya yang merupakan gambaran dan budayanya. Korespon-densi juga
dapat memberikan motivasi kepada pelajar untuk melakukan perjalanan ke luar
negeri yang merupakan metode belajar yang terakhir.
4.
Melakukan perjalanan dan tinggal selama beberapa waktu di luar negeri.
Dengan melakukan perjalanan ke luar negeri atau bahkan
berkesempatan untuk tinggal selama beberapa waktu di luar negeri, siswa akan
dapat memahami budaya orang-orang setempat. la dapat melihat dan menyadari
persamaan mau-pun perbedaan antara kebudayaan bangsanya dan kebudayaan bangsa
yang bahasanya sedang ia pelajari. Selain itu perjalanan ke luar negeri juga
akan membuat siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa kedua dengan lebih
baik dibandingkan dengan hanya mengandalkan pembelajaran bahasa kedua di dalam
negeri saja, karena di lingkungan barunya ini siswa mene-mukan tak seorang pun
mampu menggunakan bahasa pertamanya, sehingga ia “terpaksa” harus senantiasa
menggunakan bahasa kedua untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang di
sekelilingnya agar dapat bertahan hidup.
Terampil dalam empat ketrampilan bahasa yang berbeda yaitu
berbicara dan menulis (kete-rampilan aktif) serta mendengar
dan membaca (keterampilan pasif) merupakan tujuan akhir dari setiap
pembelajaran bahasa kedua. Penulis ber-harap apa yang telah penulis paparkan di
atas dapat membantu anda di dalam proses pembe-lajaran bahasa kedua yang sedang
anda jalani.©
Daftar
Pustaka.
·
Krashen, Stephen D. Principle and Practice
in Second Language Acquisition, Prentice-Hall International, 1987.
posted @ Thursday, August 30, 2007 3:30 PM by
cakrawala
Sumber:
http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/174/PEMEROLEHAN-BAHASA-KEDUA.aspx
Sumber : http://www.infodiknas.com/artikel/
Komentar