Makalah analisis Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik dalam Novel Orang-orang Proyek
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra lahir di tengah-tengah
masyarakat sebagai hasil imajinasi seorang pengarang terhadap gejala-gejala
sosial di lingkungan sekitarnya.Karya sastra diciptakan pengarangnya untuk
menyampaikan sesuatu kepada penikmat karyanya.Sesuatu yang ingin disampaikan
pengarang adalah perasaan yang dirasakan saat bersentuhan dengan kehidupan
sekitarnya.
Salah satu bentuk karya sastra yang
membicarakan manusia dengan segala perilaku dan kepribadiannya dalam kehidupan
adalah novel. Membaca karya fiksi berupa novel berarti kita menikmati cerita,
menghibur diri untuk memperoleh kepuasaan batin, memberikan kesadaran mengenai
gambaran kehidupan dan belajar untuk menghadapi masalah yang mungkin akan
kita mengenai gambaran kehidupan dan belajar untuk
menghadapi masalah yang mungkin akan kita alami.
Sebagai
karya, novel merupakan hasil ungkapan, ide-ide, gagasan dan pengalaman
pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Sebagai karya imajiner, novel
menawarkan berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan dan kemudian
diungkapkan kembali melalui sarana sastra dengan pandangannya.
Dalam novel “Orang-Orang
Proyek” karya Ahmad Tohari mengandung banyak pesan moral karena hasil imajinasi
kejadian nyata dalam kehidupan manusia. Novel ini mengisahkan bagaimana
terjadinya ketidakadilan, keserakahan, dan korupsi yang sangat melekat pada
masa Orde Baru tahun 1991 dan memiliki keunikan tersendiri dimata penulis. Novel
ini merupakan sebuah karya fiksi yang memiliki
berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Permasalahan
ini merupakan kejadian nyata, namun dikembangkan dengan imajinasi pengarang
dengan polesan sedemikian rupa.
Pengarang menghayati
berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian
diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.Dalam
menuangkan imajinasinya yang berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap
kehidupan, pengarang juga memasukkan unsur hiburan, percintaan dan penerangan
terhadap pengalaman kehidupan manusia. Penyelesaian pengalaman kehidupan yang
akan diceritakan tersebut, tentu saja bersifat subjektif.
Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan
individu lainnya.Ia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan dan
perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya. Namun demikian, manusia hidup
tidak lepas dari manusia lain. Pertemuan antarmanusia yang satu dengan manusia
yang lain tidak jarang menimbulkan konflik, baik konflik antara individu,
kelompok maupun anggota kelompok serta antara anggota kelompok yang satu dan
anggotakelompok lain. Karena sangat kompleksnya, manusia juga sering mengalami
konflik dalam dirinya atau konflik batin sebagai reaksi terhadap situasi sosial
di lingkungannya. Dengan kata lain, manusia selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan
hidup. Manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya, tidak terlepas dari jiwa
manusia itu sendiri.Jiwa di sini meliputi pemikiran, pengetahuan, tanggapan,
khalayak dan jiwa itu sendiri.
Kejadian atau peristiwa yang terdapat dalam karya sastra
dihidupkan oleh tokoh-tokoh sebagai pemegang peran atau pelaku alur.Melalui
perilaku tokoh-tokoh yang ditampilkan inilah seorang pengarang melukiskan
kehidupan manusia dengan problem-problem atau konflik-konflik yang dihadapinya,
baik konflik dengan orang lain, konflik dengan lingkungan, maupun konflik
dengan dirinya sendiri.
1.2 Jangkauan Masalah
Masalah dalam novel “Orang-orang
Proyek” yaitu mengisahkan begitu kentalnya ketidak adilan, korupsi,
keserakahan, pada proses pembangunan sebuah proyek jembatan disungai cibawor
pada tahun 1991. Di mana, diwarnai sikap idealis dan kritis kabul yang
menentang kasus korupsi yang dilakukan oleh atasannya. Selain itu, juga
terdapat kisah romantisme percintaan antara Kabul dengan sekretarisnya Wati .
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam analisis novel
“Orang-Orang Proyek”yaitu pada bagian-bagian yang berperan penting dalam novel
ini.Dalam hal ini penulis menggunakan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya
saja.
1.4 Rumusan Masalah
a. Bagaimana
unsur intrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”?
b. Bagaimana
unsur ekstrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”?
c. Apa
sajakah yang ditemukan dalam novel “Orang-orang Proyek”?
1.5 Tujuan
a. Mendeskripsikan
unsur intrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”.
b. Mendeskripsikan
unsure ekstrinsik dalam novel “Orang-orang Proyek”.
c. Mendeskripsikan
yang ditemukan dalam novel “Orang-orang Proyek”.
1.6 Manfaat
a. Manfaat
secara umum, analisis novel ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca maupun
penulis makalah mengenai nilai struktural dan nilai sosial yang ada dalam novel
“Orang-orang Proyek”.
b. Manfaat
secara khusus, makalah analisis novel ini merupakan media analisis penulis
dalam memahami hubungan antara nilai struktural dan nilai sosial yang terdapat
dalam novel “Orang-orang Proyek”.
c. Secara
teoritis, analisis ini diharapkan dapat memberikan sumbangasih pemahaman dan
pemikiran bagi pengembangan ilmu sastra.
1.7 Definisi Istilah
a. Struktural
adalah cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan
dan deskripsi unsur dalam suatu karya sastra (cerpen, novel, roman dan
sebagainya).
b. Nilai
sosial adalah nilai kemasyakarakatan yang dimiliki seorang individu mengenai
kebijakan, suka menolong, toleransi dan lain-lain.
c. Unsur
intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.
d. Unsur
ekstrinsik adalah unsur yang mendukung karya sastra dari luar.
BAB II
LANDASAN TEORI
Karya sastra merupakan sebuah karya
yang memiliki nilai edukasi, etika, dan estetika.Karya sastra juga memiliki
aspek yang sangat penting, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua
aspek tersebut harus dipandang sama, tidak boleh meletakkan bahwa
unsurintrinsik yang lebih penting dari unsur ekstrinsik begitu juga sebaliknya.
Analisis
aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu sendiri
tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra tersebut, aspek
ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya (Sugiarti,2007:25).
Aspek intrinsik terdiri dari sebagai berikut:
1. Tema
Tema merupakan ide
yang mendasari suatu cerita yang terbentuk dalam sejumlah ide, tendens, motif,
atau amanat yang sama, yang tidak bertentangan satu dengan yang lainnya
(Sugiarti,2007:37).
2. Setting
atau Latar
Setting merupakan
tempat terjadinya peristiwa baik yang berupa fisik, unsure tempat, waktu dan
ruang ataupun peristiwa cerita (Sugiarti, 2007:55)
3. Alur
atau Plot
Alur merupakan rangkaian
peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung dalam sebuah cerita atau dapat
dikatakan sebagai suatu jalur lintasan urutan peristiwa yang berangkai sehingga
menghasilkan suatu cerita (Sugiarti, 2007: 62).
4. Gaya
Bahasa
Gaya bahasa
merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup
dalam hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca.
5. Sudut
Pandang
Sudut pandang
merupakan hubungan antara tempat atau posisi pencerita dan bagaimana visinya
terhadap cerita yang dikisahkan (Sugiarti, 2007: 105).
6. Tokoh
Tokoh merupakan
pelaku cerita yang memerankan orang-orang yang ada dalam cerita.
7. Perwatakan
Perwatakan merupakan
pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang
terdapat pada cerita (Sugiarti, 2007: 94).
Analisis aspek unsur ekstrinsik
ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin
melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri
(Sugiarti, 2007: 22).Aspek ekstrinsik terdiri dari aspek sosial, budaya,
ekonomi, agama, maupun pendidikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Metode yang
Digunakan
Metode
yang digunakan penulis dalam analisis ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data dilakukan
melalui 3 tahapan, yaitu:
a. Reduksi
Data
Reduksi
data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses reduksi data ini
dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk
menghasilkan data sebanyak mungkin.
b. Penyajian Data
Penyajian
data adalah penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang
sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Dengan
proses penyajian data ini peneliti telah siap dengan data yang telah
disederhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis.
c. Kesimpulan
Kesimpulan
merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti
mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari analisa.
Dengan adanya kesimpulan peneliti akan terasa sempurna karena data yang
dihasilkan benar-benar valid atau maksimal.
3.2
Pendekatan
yang Digunakan
Dalam
hal ini, penulis menggunakan pendekatan strukturalisme sastra.Di mana, penulis
menganalisa tentang unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik dalam novel
“Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari.
3.3
Data dan
Sumber Data
Adapun
data dalam penelitian ini adalah data yang berwujud kata, frase,ungkapan, dan
kalimat yang terdapat dalam novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari. Sumber data primer, yaitu novel “Orang-orang Proyek “ karya Ahmad
Tohari. Sedangkan, sumber data sekunder berupa data-data yang bersumber dari
buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek
penelitian.
3.4Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik
pustaka, simak, dan catat.Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data.Teknik simak dan catat, yakni
peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah,
dan teliti terhadap sumber data primer yaitu karya sastra yang berupa
novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari.Hasil penyimakan itu dicatat sebagai
data.Dalam data yang dicatat tersebut disertakan pula kode sumber datanya untuk
pengecekan ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka
analisis data.
3.5
Teknik
Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan secara terus-menerus.Pertama-tama,
penulis membaca secara intens dari awal hingga akhir untuk menemukan data-data
yang dibutuhkan, seperti latar, alur, penokohan dan tokoh, serta tema.Kemudian,
penulis menginterpretasikan data tersebut dengan menautkan nilai-nilai sosial
yang sudah ditemukan.Pada tahap akhir, penulis menyimpulkan dari data-data yang
diperoleh.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Unsur Intrinsik dalam Novel
“Orang-orang Proyek”
a.
Tokoh
1) Tokoh
Utama: Kabul
Bukti yang menunjukkan bahwa tokoh
Kabul merupakan tokoh utama yaitu karena Kabul merupakan tokoh yang sering
muncul. Walaupun dalam awal narasi cerita Pak Tarya yang pertama muncul dimana
sedang bermain suling dipinggir sungai Cibawor, tapi disetiap bagian dalam
novel tersebut tokoh ini selalu
berdialog dengan tokoh-tokoh yang ada.
Pada saat ini menunjukkan dimana
tokoh Kabul dimunculkan pada awal dialog, yang mengindikasikan tokoh Kabul
adalah tokoh utama.
“Wah, bagus sekali.Tak tahunya Pak
Tarya pandai main suling?”(Orang-orang Proyek, 2007: 8)
Cupklikan dari dialog antara Kabul
dan Pak Tarya ini menceritakan bagaimana awal Kabul mendengarkan suara suling
seorang pak tua yaitu Pak Tarya yang merdu, dan membuat Kabul terasa senang dan
sejuk hatinya, sehingga Kabul memuji dengan ucapan “Wah, bagus sekali….”
Pada saat ini Kabul sebagai tokoh
utama selalu berada dalam semua situasi dalam cerita, dan ini juga
mengindikasikan juga kalau tokoh Kabul merupakan tokoh utama.
“Eh Kades,” keluh Kabul.“Sayur
asemnya bukan main.Ayo, santap dulu sebelum dingin.hargailah prestasi istrimu.
Khotbahmu bisa dilanjutkan lain waktu.”
(Orang-orang proyek, 2007: 40)
Pada saat ini tokoh Kabul mengalami
konflik-konflik yang mengindikasikan juga bahwa ia adalah tokoh utama.
“Maaf, Wat, aku memutuskan berhenti
karena prinsip yang harus ku bela. Aku harus pergi, namun aku minta kamu tetap
bekerja sampai proyek ini selesai.Atau dianggap selesai menjelang HUT GLM,
kira-kira sebulan lagi.” (Orang-orang Proyek, 2007: 201)
Pada bagian ini menceritakan,
dimana Kabul memberitahukan kepada Wati, bahwa ia tidak bisa bekerja lagi
sampai proyek ini selesai. Dan disini Wati merasakan gejolak hatinya tersakiti,
karena Kabul dengan begitu saja pergi darinya.
2) Tokoh
Sentral: Wati
Hal ini dikarenakan Wati menjadi
pusat perhatian semua tokoh dan dibicarakan oleh semua tokoh, yang dibuktikan
dengan kutipan berikut:
“Atau menerima Wati juga tidak
salah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 24).
Kutipan tersebut merupakan narasi
bahwa Kabul merasa senang dengan kehadiran Wati karena dapat menjadi penyeimbang
di proyek pembangunan jembatan yang didominasi oleh lelaki. Kabul juga merasa,
bahwa Wati memang teman kerja yang patut diandalkan dan tepat untuk ia
pertahankan.
“Memang, Pak Insinyur. Tapi yah,
yang namanya manusia. Dan andaikata aku jadi Wati, jangan-jangan aku pun akan
berbuat sama.” (Orang-orang Proyek, 2007: 47).
Kutipan tersebut merupakan potongan
kutipan antara Mak Sumeh dan Kabul saat membicarakan Wati.Dimana Mak Sumah
meyakinkan hati Kabul, bahwa Wati benar-benar menyukainya. Disini hati Kabul
merasa bingung, dan tidak apa yang harus dilakukannya lagi.
“Tapi nak Wati kelihatan tak
bergairah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 77).
Kutipan ini merupakan pembicaraan
istri Pak Tarya ketika Wati dan Kabul makan bersama di rumah mereka, yang
menunjukkan bahwa terlihatnya suasana hati Wati yang tidak bergairah.Karena
perasaannya yang begitu besar, tidak pernah direspon oleh Kabul. Sehingga ia
bungkam seribu bahasa.
3) Tokoh
Pembantu: Pak Tarya, Basar, Mak Sumeh, Tante Ana, Dalkijo, Kang Martasatang,
Wircumplung, Baldun, Aminah, Biyung dan Yos
a) Pak
Tarya:
“Ah, saya malu. Saya kan hanya
tukang mancing…” (Orang-orang Proyek, 2007: 8)
Kutipan tersebut merupakan cuplikan
percakapan Pak Tarya dengan Kabul pada saat mereka berdialog.Dalam hal ini, Pak
Tarya sedang memperbincangkan status sosial antara Kabul yang sebagai insinyur
dan dirinya yang hanya sebagai tukang mancing dan pemain suling.
“Kan Zaman sudah edan, Mas.Pilihan
kita hanya dua.Ikut edan atau jadi korban keedanan.” (Orang-orang Proyek, 2007:
69)
Kutipan tersebut merupakan cuplikan
Pak Tarya dengan Kabul, yang dimana Pak Tarya kecewa dengan keadaan republik
ini yang edan, baik dari pejabat, maupun orang-orang proyek itu sendiri.
Sehingga Pak Tarya mencurahkan isi hatinya kepada Kabul, dimana zaman yang edan
berubah menjadi sangat dan jauh lebih edan.
b) Basar
(Kades):
“Sekali lagi, ini bahasa ekstrem.
Semua hal yang dimaksud termasuk lima rukun dalam agama kita, bila pengamalan
kelimanya tidak menjadi bagian internal, tidak menghasilkan proses
penyempurnaan akhlak atau budi luhur.” (Orang-orang Proyek, 2007: 40)
Dimana dalam kutipan ini tokoh
Kabul, Pak Tarya dan Basar sedang berbincang mengenai masalah religi yang
dikaitkan dengan bagaimana keadaan system pendidikan yang ada.Sehingga masalah
kurangnya akhlak atau budi luhur yang dimasyarakat bisa disempurnakan.
c) Mak
Sumeh:
“Eh, Pak Insinyur. Masa Iya, diminta
makan bareng saja tak mau,” sela Mak Sumeh langsung memanggil Sonah agar
menyiapkan hidangan (Orang-orang Proyek. 2007: 54).
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
Mak Sumeh menyuruh Kabul agar mau diajak makan bersama Wati. Dalam hal ini, Mak
Sumeh bisa dikatakan mak comblang dalam proses kedekatan antara Wati dan Kabul.
d) Tante
Ana:
“….Maka malam mini Kabul menyilakan
Tante Ana mbarang sepuasnya dihalaman kantor proyek…”(Orang-orang Proyek. 2007:
58).
Dari cuplikan narasi tersebut,
dapat dilihat bahwa Tante Ana hanyalah pengamen banci yang biasanya menghibur
para pekerja proyek. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling disenangi oleh
pekerja proyek, sebagaimana ia disanjung, dipuji dan orang-orang tidak pernah
mengejeknya.
e) Dalkijo:
“Ya.Keputusan itu ku ambil tadi
malam setelah aku berbicara dengan pemilik proyek, tokoh-tokoh partai, dan
khususnya jajaran GLM.Mereka telah setuju kebijakan yang ku ambil.Dan itu pula
keputusan yang ku bawa saat ini.” (Orang-orang Proyek, 2007: 198)
Dari cuplikan narasi ini, dimana
Dalkijo menghasut Kabul untuk menggunakan pasir yang tidak bermutu, dan semua
bahan bangunan yang tidak sesuai standar pembangunan.Disini juga menunjukkan
penggambaran bagaimana tokoh Dalkijo yang serakah, tidak mau berbagi, ingin
menang sendiri, egois dan lain-lain.
f) Kang
Martasatang:
“Pak Kabul, saya ingin sampeyan menjawab pertanyaan saya. Sebenarnya,
ada kegiatan apa di proyek ini pada malam selasa kemarin?” (Orang-orang Proyek,
2007: 128)
Dari kutipan ini, dimana Kang
Martasatang menemui Kabul dengan wajah dan bahasa yang kaku, dan menuduh Kabul
menjadikan anaknya Sawin sebagai tumbal pembanguan jembatan.Disni terlihat
jelas, bawha masyarakat masih menganut animisme atau hal-hal yang mistik.
Sehingga apa bila terjadi kejanggalan sedikit saja dilingkungan mereka,
langsung dinyatakan bahwa itu adalah hal-hal yang ghoib.
g) Biyung:
“….terasa betul Biyung tetap
memandangnya sebagai anak yang masih kanak-kanak….” (Orang-orang Proyek. 2007:
207).
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
Biyung merupakan ibu dari Kabul yang munculnya hanya sekilas dan mendukung
tokoh pertama, yaitu Kabul. Dimana tokoh biyung ini merupakan tokoh yang paling
berjasa buat tokoh utama (Kabul), dan sampai Kabul dewasa, ia masih memandang
tokoh Kabul sebagai anak yang masih kanak-kanak.
b.
Tema
Tema dalam novel “Orang-orang
Proyek” karya Ahmad Tohari, yaitu mengenai maraknya korupsi dan ketidak adilan
yang dilakukan oleh para pejabat partai politik maupun non partai politik dalam
pembangunan proyek jembatan.Dan mengindikasikan bahwa orang-orang yang
berkecimpung dalam proyek itu identik dengan keserakahan, meraih keuntungan
pribadi, tanpa memikirkan kualitas dari proyeknya tersebut.
c.
Alur
Alur yang ada dalam novel
“Orang-orang Proyek”, yaitu alur maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan
sebagai berikut:
1) Pelukisan
Awal Cerita
Pelukisan awal cerita dalam novel
ini didahului oleh narasi yang menceritakan tentang kondisi sungai Cibawor. Hal
ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Pagi ini Sungai Cibawor kelihatan
letih. Tiga hari yang lalu hujan deras di hulu membuat sungai ini banjir
besar….” (Orang-orang Proyek. 2007: 5).
Pada saat ini, dimana penulis
menggambarkan keadaan sungai Cibawor yang kotor dan penuh sampah, sehingga
membuat sering terjadi banjir.
Ucapan kagum Kabul atas tiupan
suling merdu Pak Tarya ketika mereka pertama kali bertemu di sekitar Sungai
Cibawor. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
“ Wah, bagus sekali. Tak tahunya
Pak Tarya pandai main seruling?” (Orang-orang Proyek,2007: 8).
Obrolan Kabul dengan Mak Sumeh di
warung Mak Sumeh mengenai Wati skretaris Kabul. Hal ini dibuktikan oleh kutipan
berikut:
“…Jadi percaya sajalah, Wati memang
suka sama Pak Insinyur…” (Orang-orang Proyek, 2007: 46).
Dibagian ini Mak Sumeh mencoba
meyakinkan Kabul kalau Wati memang suka padanya, dan Mak Sumeh merupakan salah
satu tokoh yang menghiasi warna-warni cerita cinta Kabul dan Wati.
Obrolan Kabul dengan Wati untuk
berterimakasih, namun terkesan malu-malu. Hal ini dibuktikan oleh kutipan
berikut:
“Wat, terima kasih atas kebaikanmu
kemarin,” ujar Kabul (Orang-orang Proyek, 2007: 48).
Disini Kabul bertemu dengan Wati
dan mengucapkan rasa terimakasihnya, dengan sikap yang malu-malu.
2) Titik
awal Pertikaian
Awal pertikaian ditunjukkan oleh
percakapan antara Kabul dan Dalkijo.Di mana mereka saling berdebap pendapat.
Dalkijo menghendaki untuk melakukan korupsi atas proyek pembuatan jembatan,
sedangkan Kabul tidak setuju akan hal tersebut. Hal ini dibuktikan oleh kutipan
berikut:
“Yah, berapa kali harus saya
katakan, seperti proyek yang kita kerjakan sebelum ini, semuanya selalu bermula
dari permainan…” (Orang-orang Proyek. 2007: 27).
Hal ini juga dipertegas oleh
keluhan Kabul atas kondisi jembatan yang memakan anggaran semakin membengkak,
padahal pembangunannya belum selesai total.
“….Kabul mengeluh atas tingginya
angka kebocoran yang berarti tambahan cukup besar yang harus dipikul oleh
anggaran proyek.” (Orang-orang Proyek. 2007: 26).
Selain itu, keberanian Mak Sumeh
untuk menyatakan kepada Kabul bahwa Wati menyukai Kabul. Hal ini dibuktikan
oleh kutipan berikut:
“Anu.Tapi sebelumnya aku minta
maaf. Apa Pak Insinyur belum tahu Wati…anu…suka sama Pak Insinyur?”
(Orang-orang Proyek. 2007: 46).
3) Titik
Puncak Cerita
Titik puncak cerita didukung oleh
perkataan Mak Sumeh yang memojokkan Kabul sehingga Kabul tersenyum samar. Hal
ini dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Pak Insinyur tahu, kepergian
berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian orang?Soalnya, Pak Insinyur berdua
dengan Wati naik sepeda motor. Dan cara Wati menempel di punggung Pak Insinyur
itu…wah.” (Orang-orang Proyek, 2007: 46)
Pada bagian ini Mak Sumeh
menyampaikan kalau Kabul dengan Wati sedang diperbincangkan oleh orang
banyak.Mak Sumeh menceritakan kalau pada saat mereka berdua naik motor,
orang-orang menganggap bahwa Kabul dan Wati sudah beropacara, sehingga membuat
heboh orang-orang dilungkungan proyek.
Puncak permasalahan juga dilakukan
Martasatang yang menuduh Kabul telah menjadikan anaknya tumbal dalam pengecoran
jembatan. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Anak saya, Sawin, hilang karena
telah dijadikan tumbal proyek ini dan jasadnya ikut dicor jadi bagian tiang
jembatan. Sekarang jawab: Iya apa tidak?” (Orang-orang Proyek, 2007: 129).
Disini terlihat jelas, begitu
tingginya kadar animisme masyarakat, yang masih percaya dengan hal-hal yang
diluar akal atau ghoip, dan percaya kalau anaknya Sawin dijadikan tumbal pada
pembangunan jembatan.
Adanya pemaksaan yang dilakukan
Dalkijo untuk tetap menggunakan besi bekas membuat Kabul mengancam untuk
mengundurkan diri karena khawatir akan kondisi jembatan.
“Ya, saya tahu.Meskipun begitu saya
tidak mau menggunakan besi bekas itu.Bila dipanaskan, lebih baik saya
mengundurkan diri.” (Orang-orang Proyek. 2007:182).
4) Resolusi
Resolusi dalam novel ini yaitu
dimulai pada saat Kabul merasa tidak tahan dengan sikap keserahan dan kekonyolan
atasannya Dalkijo dan tidak ingin tdrlalu lama terlibat dalam korupsi yang
dilakukan Dalkijo, akhirnya Kabul memilih keluar dari proyek tersebut.
“Maaf Pak. Keputusan saya tak bisa
ditarik lagi.Saya keluar!” (Orang-orang Proyek. 2007: 200).
Karena pada saat ini, Kabul merasa
bahwa dengan keluar dari pekerjaannya itu, ia terbebas dari tindak kecurangan
yang dilakukan oleh atasannya Dalkijo.
Ketika Kabul keluar dari proyek, Wati
merengut agar Kabul memikirkan kedua kali keputusannya itu. Saat itu Wati
sangat kecewa, namun ia berjanji akan tetap menghubungi Wati. Beberapa waktu
kemudian mereka berpacaran dan Wati diajak Kabul menemui Biyungnya karena
mereka telah resmi pacaran.
“Kapan-kapan Wati kujemput, dan
kuajak menemui Biyung, emakku.Kamu mau, Wat?” (Orang-orang Proyek. 2007:202).
5) Keputusan
Pada akhirnya, Kabul memutuskan
keluar dari proyek jembatan sungai cibawor dania istirahat sebentar dari
hiruk-pikuk proyek di rumah Biyungnya. Selain itu, ia juga sebenarnya ingin
kembali ke kampus. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Sebenarnya aku ingin kembali ke
kampus, sebab bekerja di lapangan ternyata berat buatku.Tapi entahlah bila aku
bekerja di proyek milik swasta.” (Orang-orang Proyek. 2007: 201).
d.
Penokohan
Mengenai sifat-sifat tokoh yang ada
dalam novel, yaitu sebagai berikut:
1) Tokoh
Utama: Kabulsifatnya kritis, idealis, optimis, dan perhatian.
Sifat idealis Kabul ditunjukkan
oleh kutipan berikut:
“Pak Dalkijo, saya ingatkan ada Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1990, pemborong wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa
dimanfaatkan setidaknya selama sepuluh
tahun.” (Orang-orang Proyek, 2007: 182).
Dimana disini Kabul menasehati
Dalkijo atasannya, bahwa dalam membangun sebuah bangunan itu harus memikirkan
bagaimana kualitasnya nanti, apakah bisa dirasakan untuk sekian tahun atau
tidak.
Sedangkan, sifat Kabul yang optimis
ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“…Aku masih punya keinginan kuat
menyelesaikan proyek ini dengan mutu yang bisa dipertanggungjawabkan….”
(Orang-orang Proyek, 2007:158).
Disini tokoh Kabul menunjukkan
partisipasinya untuk membangun jembatan dengan baik, dengan mutu kualitas
tertinggi, dan ia optimis bahwa ia bisa untuk melakukannya.
Sifat perhatian Kabul ditunjukkan
oleh kutipan berikut:
“Kamu sudah benar-benar sembuhkan,
Wat?” (Orang-orang Proyek, 2007: 150).
2) Tokoh
Sentral: Wati, sifatnya perhatian dan cengeng.
Sifatnya yang perhatian ditunjukkan
oleh kutipan berikut:
“Makan siang yuk. Mas sudah lapar,
kan? Eh, nanti dulu. Aku punya ini untukMas.Enak.Manis sekali.” (Orang-orang
Proyek, 2007: 97).
Disini Wati menunjukkan sikap ramah
dan perhatiannya terhadap Kabul, dengan mengajaknya makan bersama, dan
memberikan makanan yang dibawa dari rumahnya.
Sifatnya yang cengeng ditunjukkan
oleh kutipan berikut:
“Baik, Mas.” Akhirnya, mata Wati
menyala (Orang-orang Proyek, 2007: 99).
Pada saat ini, dimana penggambaran
sikap cengengnya, dimana Wati tidak terima kalau Kabul meninggalkannya.Akhirnya
yang terjadi, air mata Wati turun dan berkaca-kaca.
3) Tokoh
Pembantu.
a) Pak
Tarya: sifatnya rendah diri, humoris dan baik.
Sifat Pak Tarya yang rendah diri
ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Ah, saya malu. Saya kan hanya
tukang mincing dan Pak Insinyur, pelaksana pembangunan jembatan. Kok Pak
Insinyur mau ngumpul dengan saya di tempat yang kurang pantas ini?”
(Orang-orang Proyek, 2007: 8).
Dari cuplikan dialog ini,
menunjukkan tokoh Pak Tarya, yang sopan, humoris, baik dan bergaul dengan siapa
aja yang menurutnya baik.
Sifat humoris ditunjukkan oleh
kutipan berikut:
“Jadi dalam soal mincing, insinyur
bisa kalah dari saya.; iya kan?” (Orang-orang Proyek, 2007: 20).
Disini Pak Tarya bercanda gurau
dengan Kabul, dimana Pak Tarya membawa-bawa hobbinya memancang kedalam
perbincangan mereka.Sehingga gelak tawa tidak bisa dihindarkan lagi.
Kebaikan Pak Tarya ditunjukkan oleh
kutipan berikut:
“Karena Mas Kabul mau makan pagi di
sini, istri saya sengaja menanak nasi khusus dari beras rajalele…” (Orang-orang
Proyek, 2007: 77).
Disini pak Taya menunjukkan sikap
baiknya, dimana ia menyeduhkan nasi yang seadanya ia punya yang diberikan
kepada para tamunya.
b) Dalkijo,
sifatnya serakah dan pendendam.
Keserakahan Dalkijo ditunjukkan
oleh kutipan berikut ini:
“Makanya, Dik Kabul, lebih baik
bersikap seperti saya sajalah. Ikuti langgam serta permaianan yang ada dan
sabetlah keuntungan.Bila perlu kita jadi koboi.He-he.” (Orang-orang Proyek,
2007: 27).
Pada cuplikan dialog ini, kita bisa
melihat bagaimana akal busuk dari Dalkijo, yang mencoba menghasut Kabul agar
mengikuti kemauannya.
Sifat pendendam yang dimiliki
Dalkijo ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Baik!Tapi jangan salahkan aku bila
Dik Kabul harus menghadapi interogasi aparat keamanan.Dan ini, Dik Kabul. Idealisme
tidak akan membuatmu jadi pahlawan. Kecuali Donkisot!” (Orang-orang Proyek,
2007: 200).
Pada saat ini, Dalkijo memarahi
Kabul karena terus membangkan apa yang telah diperintahkannya. Sehingga ia
menunjukkan sifat-sifat jeleknya.
e.
Setting
1) Setting
tempat
a) Sungai:
“…Tapi sampai di pinggir kali ini ternyata air masih keruh…” (Orang-orang
Proyek, 2007: 8).
Disini dijelaskan bagaimana suasana
tempat pada sungai Cibawor yang kotor dan keadaan air yang keruh, dan
menimbulkan ketidak nyamanan orang yang melihatnya.
b) Warung
Mak Sumeh: “Kabul masuk warung Mak Sumeh, menarik kursi sambil minta minuman
kesukaannnya…” (Orang-orang Proyek. 2007: 95).
Pada cuplikan ini, Kabul masuk
warung Mak Sumeh dengan langsung mengambil minuman kesukaannya.
c) Rumah
Pak Tarya: “…Kamu mimpi apa tadi malam, Bu, kok sekarang kita menerima tamu
orang penting?...” (Orang-orang Proyek. 2007: 77).
Pada cuplikan ini, dimana pak Tarya
berdialog dengan istrinya bahwa ada tamu penting yang datang kerumahnya.
d) Rumah
Wati: “Di pintu Kabul disambut oleh ibu Wati…” (Orang-orang Proyek. 2007: 116).
Pada cuplikan ini, menunjukkan
suasana di rumah Wati, dimana Kabul mengunjungi Wati yang tengah dirundung
sakit.
e) Kantor
proyek: “Kula nuwun!” ujar Kang
Martasatang di depan pintu kantor proyek…” (Orang-orang Proyek. 2007: 128).
2) Setting
waktu
a) Malam
hari
“…mala mini Tante Ana
muncul di proyek…” (Orang-orang Proyek. 2007: 58).
“Padahal udara malam
kemarau terasa dingin dan kering…”
(Orang-orang Proyek.
2007: 61).
“Selarut ini Pak Tarya
mau mincing?” (Orang-orang Proyek. 2007: 62).
“Malam ini Basar, kades,
menerima tiga tamu lelaki…”
(Orang-orang Proyek.
2007: 79).
b) Pagi
hari
“…Basar hamper
terlambat Salat Subuh karena bangun kesiangan…”
(Orang-orang Proyek.
2007: 89).
c) Siang
hari
“…Bila sudah panas,
berteduh dulu” (Orang-orang Proyek. 2007: 95).
“Makan siang yuk. Mas
sudah lapar, kan?...” (Orang-orang Proyek. 2007: 97).
d) Malam
minggu
“Namun
setidaknya Kabul bisa menahan diri ketika malam minggu kemarin Wati mengajaknya
nonton film ke kota.” (Orang-orang Proyek. 2007: 99).
e) Sore
hari
“Tapi, tadi sore
Wircumplung datang lagi…” (Orang-orang Proyek. 2007: 121).
“Namun
ketika pergi memancing sore ini Pak Tarya tidak singgah ke warung Mak Sumeh…”
(Orang-orang Proyek. 2007: 17).
3) Setting
suasana
a) Sepi,
dibuktikan dengan kutipan narasi berikut:
“Sepi.
Sehingga terdengar desis air yang menembus celah-celah batu tempat Kabul dan
Pak Tarya duduk..” (Orang-orang Proyek. 2007: 11).
“…Jawabannya
ada di warung Mak Sumeh dan warung-warung lain yang sepi..” (Orang-orang
Proyek. 2007: 101).
b) Rindang,
dibuktikan dengan kutipan berikut:
“Sekali
lagi batu-batu besar di pinggir Cibawor yang dipayungi kerindangan pohon mbulu...” (Orang-orang Proyek. 2007:
17).
c) Gelisah,
dibuktikan dengan kutipan berikut ini:
“Kegelisahan.Rasanya
sampeyan mulai tidak kerasan di
proyek ini?” (Orang-orang Proyek. 2007: 78).
d) Emosi,
keadaan ini ditunjukkan oleh beberapa kutipan berikut:
“Kegaduhan
itu mengundang para pekerja datang. Cak Mun, Kang Acep, Bejo, semua datang.
Mereka membujuk Kang Martasatang dan Wircumplung menghentikan amukan”
(Orang-orang Proyek. 2007: 129).
“Dalkijo
menarik kedua kakinya dari atas meja dan membantingnya ke lantai…” (Orang-orang
Proyek. 2007: 200).
f.
Sudut
Pandang
Sudut pandang
yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandang orang ketiga
maha tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama
tokoh-tokoh pemeran dalam novel tersebut, di mana seakan-akan pengarang begitu
mengerti mengenai perasaan yang dialami tokoh dalam cerita.
“Kabul menyalami Pak Tarya dengan
kata-kata singkat namun disertai perasaan yang dalam dan berat…” (Orang-orang
Proyek. 2007: 215).
“Bagi Pak Tarya impotensi ternyata
bisa juga dinikmati..” (Orang-orang Proyek. 2007: 17).
g.
Gaya
Bahasa
1) Gaya
simbolik
“Lelaki itu telah lama menjadikan
kerindangan pohon mbulu di tepi Sungai Cibawor…”(Orang-orang Proyek. 2007: 6).
Cuplikan ini menandakan sungai
Cibawor dengan pepohonannya yang rindang.
“…Basar mengangguk tanda
mengerti..”(Orang-orang proyek. 2007: 102).
Dari cuplikan ini menggambarkan
dimana Basar mengangguk pada saat mereka berbincang, ini menandakan bahwa Basar
tekah mengerti.
2) Gaya
Personifikasi
“…pemancing tua itu merasa dirinya
benar-benar hadir dan ikut berdenyut dengan alam di sekitarnya…” (Orang-orang
Proyek. 2007: 6).
“Ketika ujung-ujung ranting yang
menggantung itu mulai bergoyang oleh sentuhan angin…” (Orang-orang Proyek.
2007: 7).
3) Gaya
hiperbola
Dibawah ini akan dipaparkan
cuplikan dari novel yang mengandung gaya hiperbola yaitu sebagai berikut:
“Mungkin karena benar-benar larut
dalam perjalanan batin yang sangat mengasyikan, dia tak menyadari ada orang
lain hadir hanya beberapa langkahdi sampingnya” (Orang-orang Proyek. 2007: 9).
“…Mata kedua tamunya sudah tampak
berkobar…” (Orang-orang Proyek. 2007: 129).
“…hatinya serasa tertusuk…”
(Orang-orang Proyek. 2007: 11).
4) Gaya
antiklimak
“…Bersamaan dengan tarikan napasnya
yang kian melambat, matanya pun mulai terpejam. Lelaki tua itu tertidur sambil
duduk” (Orang-orang Proyek. 2007: 123).
4.2 Unsur Ekstrinsik dalam Novel
“Orang-orang Proyek”
a. Sosial
“Negeri ini dihuni oleh masyarakat
korup, terutama dikalangan birokrat sipil maupun militer, juga orang
awamnya.Malah Kabul melihat jenis korupsi baru yang tersamar namun bisa sangat
parah akibat yang ditimbulkannya. Yakni korupsi melalui manipulasi gelar
kesarjanaan” (Orang-orang Proyek. 2007: 53)
Dalam kutipan narasi ini terlihat
bahwa dimana nilai-nilai sosial tidak ada lagi dilubuk hati para pejabat, yang
serakah tidak memikirkan keadaan rakyatnya yang payah.Kutipan ini juga
mengindikasikan kentalnya korupsi yang ada dimasyarakat.
b. Budaya
“Tiba-tiba kecrek berhenti.Semua
ikut berhenti.Bejo, Karpan, Kasimin bersungut karena harus menghabisi joget
ketika semangat mereka masih penuh” (Orang-orang Proyek. 2007: 59).
Disini menunjukkan budaya
masyarakat Indonesia, membuang kepenatan dalam kerjanya dengan kebersamaan dan
berjoget ria.
“….DPRD sering dicap hanya menjadi
tukang setempel atau aksesori Pemerintah Orde Baru. Rakyat jadi pemilih sangat
naif yang hanya dipinjam namanya.Keterwakilan mereka di lembaga legislatif
sangat rendah.Amanat rakyat pemilih kurang tersalur dan lebih banyak menjadi
bahan retorika para politikus.”
Dari
cuplikan ini, dimana suatu budaya negatif yang dimana korupsi, keserakahan, dan
ketidak adilan itu adalah hal biasa, dan tidak aneh lagi dimata masyarakat.
c. Agama
“Yah, kita telah disadarkan bahwa
ternyata kadar animisme ditengah masyarakat kita masih lumayan tinggi.
Dengarkan, Mas Kabul, orang sini percaya misalnya, mayat yang hanyut disungai
bisa mencegah klongsoran tebing.”
Dari cuplikan dialog Pak Tarya
dengan Kabul ini, menggambarkan bahwa masyarakat dulu sampai sekarang kadar
animismenya sangat tinggi, sehingga apa bila ada hal-hal yang sedikit berbeda
dengan biasanya, pasti dikaitkan langsung dengan sesuatu yang mistis.
d. Ekonomi
“Pak Insinyur, bila ada proyek
baru, ajaklah aku. Aku senang buka warung di proyek yang dipimpin Pak Insinyur”
(Orang-orang Proyek. 2007: 215).
Disini menggambarkan bahwa pak
Tarya membutuhkan pekerjaan, untuk membiayai anak dan istrinya. Sehingga ia
menanyakan lowongan perkjaan kepada Kabul.
4.3 Temuan yang didapatkan dalam Novel
“Orang-orang Proyek”
a. Disini
penulis menemukan bahwa, orang proyek identik dengan kecurangan, korupsi,
kesrakahan. Terkadang bahan dari proyek itu yang berkualitas rendah dan bisa
dibilang tidak pantas untuk dijadikan sebuah bangunan.
b. Pungutan
liar terjadi dan dijadikan budaya.
c. DPR/DPRD
sering dicap hanya menjadi tukang setempel atau aksesori Pemerintah Orde Baru.
Rakyat jadi pemilih sangat naif yang hanya dipinjam namanya. Keterwakilan
mereka di lembaga legislatif sangat rendah. Amanat rakyat pemilih kurang
tersalur dan lebih banyak menjadi bahan retorika para politikus.
d. Selain
itu, penulis juga menemukan bahwa Animisme atau kepercayaan kepada ilmu ghaib
masih tetap melekat di kalangan masyarakat.
BAB
V
PENUTUP
Kesimpulan
Sebuah
karya fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan
kehidupan.Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan
yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan
pandangannya, yang sangat menarik untuk dianalisis, yaitu dengan analisis aspek
intrinsik dan ekstrinsik.
Analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis
mengenai karya sastra itu sendiri tanpa melihat kaitannya dengan data di luar
cipta sastra sastra tersebut, aspek ekstrinsik hanyalah dalam hubungan
menetapkan nilai isinya (Sugiarti,2007:25).Analisis aspek unsur ekstrinsik
ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin
melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri
(Sufiarti, 2007: 22).
Saran
Semoga apa yang dianalisis oleh
penulis melalui novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari ini bisa
bermanfaat dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, dan dapat digunakan
sebagai referensi maupun contoh untuk menganalisis novel lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anisa.Menganalisis
unsure-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
(Online).http://natalidopengasih.wordpress.com/2010/05/19/menganalisis-unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-novel-indonesia-terjemahan/(Diakses tanggal 03 Juni 2012)
Nuzulia Dian.Strukturalisme.(Online)
http://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/strukturalisme/
(diakses tanggal 01 Juni 2012)
Komentar