ARTIKEL: BAHASA INDONESIA IDENTITAS KITA


           Miris sekali apabila kita mengetahui pada zaman sekarang ini, kebanyakan masyarakat Indonesia melupakan atau mengacuhkan bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Sampai dikalangan pelajar, mahasiswa atau pendidik sekalipun seringkali tidak memperhatikan dan mengacuhkan hal tersebut, sehingga timbul kesesatan dalam berbahasa baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dari kesesatan tersebut timbullah istilah bahasa baru yang mencemarkan  bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu istilah yang tidak asing lagi ditelingi kita saat ini seperti, bahasa gaul, bahasa alay, dan lain sebagainya.
Terkadang juga dalam berbahasanya, seringkali mencampuri bahasa Indonesia dengan bahasa asing, dan tidak jarang menghapus bahasa indonesia kemudian menjadikan bahasa asing sebagai bahasa sehari-harinya. Karena mereka
kebanyakan beranggapan bahwa kalau hanya menggunakan bahasa Indonesia saja tidak menunjukkan tingkat pendidikannya, dan yang lebih memprihatinkan lagi mereka beranggapan bahwa berbahasa indonesia hanya untuk orang-orang yang tidak mau berpikir maju, kuper dan untuk kalangan bawah! Ini terdengar ‘miris’ bukan?
Dalam hal ini sepantasya kita harus bercermin pada kata-kata Mohandas Gandhi, seorang tokoh yang berpengaruh membawa perubahan bagi India, yang menyatakan “Bahasa kita adalah cermin dari diri kita”. Tapi apa yang terjadi pada bangsa kita? Orangtua dan sekolah-sekolah masa kini lebih menganjurkan dan mengutamakan bahasa asing untuk anak-anak bangsa, kemudian pada akhirnya yang terjadi anak bangsa seperti orang asing di negerinya sendiri. Apakah ini yang menjadi tujuan pendidikan kita? Mempelajari bahasa bangsa lain sedangkan bahasa kita sendiri kita sepelekan seakan tidak berharga untuk dipelajari.
Kita perlu menoleh ke bangsa-bangsa Asia tetangga kita yang kian maju, seperti Jepang, Korea, China, Thailand dan lain-lain. Mereka mengutamakan bahasanya sendiri untuk dipelajari dibandingkan bahasa asing. Tapi kita malah sebaliknya. Belajar bahasa asing boleh-boleh saja, asalkan bahasa kita sendiri tidak diacuhkan dan disepelekan begitu saja. Jangan mengaku “Merah-Putih” kalau dalam jiwamu masih tersimpan warna lain. Ayo! Kita bangkitkan lagi bahasa Indonesia, menuju bahasa Internasional. Buktikan kalau warnamu hanya “Merah dan Putih” saja.

Ditulis oleh: Adisan Jaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Mengkaji Puisi “Membaca Tanda-Tanda”

MAKALAH: AKAD (Fiqh Muamalah)

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)

SUBDISIPLIN LINGUISTIK