DOA KU DI PERANTAUAN


Karya Adisan Jaya

Menjalani sebuah kehidupan yang sebenarnya, ternyata tak semudah yang aku pikirkan selama ini. Aku yang terbiasa dimanjakan, aku yang tak biasa hidup mandiri dan semuanya serba membutuhkan orang tua…
“Pa…ma…beli’in itu…!! Aku mau ini…!! Pokoknya harus itu!! Pokoknya harus ini!!”
Terlontar suara ku lantang, keras bergemuruh seperti lantunan guntur yang bergejolak.
Dulu hingga sekarang sikap ku tak pernah berubah, namun mereka tetap menyayangi ku… memberikan segenap Cinta kasih sayang yang Mereka punya.
“Iya nak, nanti Papa/Mama bakalan belikan”
Ya…itu jawaban lembutnya, dan tak pernah tertolak permintaan ku, walaupun sesulit apapun, dengan keadaan ekonomi yang menghimpit. Tapi…ya begitulah, itu bukan alasan baginya…mereka rela berhutang kiri kanan ke tetangga, bekerja banting tulang demi keinginan ku. Pada hal tubuh tuanya, kian lama kian melemah, dan wajahnya yang dulu halus…kini mulai dan kian berkeriput. Ia rela tidak makan!! Bukan karena tak punya uang…tapi karena takut anaknya menangis kelaparan.
            Terkadang diriku mencoba tersadar namun lagi-lagi tak pernah menyadarinya, bingung melanda jikalau merenungkan sebuah kisah yang begitu berharga dan tak pernah terlupakan dalam hidup ku itu. Pernah muncul dalam benak ini dengan beribu tanya mendalam…
begitu sayangkah mereka pada ku? Seberapa berhagakah diriku dimata mereka? Apa yang dibanggakannya kepada aku yang manja, nakal, suka membangkang, dan shalatnya sering bolong ini?
Ah…Pa…Ma…dikau berdua memang pantas kujuluki Hati sang Syurga!!

***

            Putaran roda waktu kian membelenggu seraya detik-detik berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan seterusnya menyambut irama bingkai hidup ku. Saat-saat mengharukan itu tiba menyambutku untuk memulai petualangan baru yang tak tahu bagaimana settingan kisahnya nanti, disaat itu juga persaan ku belum siap menghadapi kejamnya dunia luar tanpa lindungan, perhatian, dan belaian lembut kasih sayang orang tua. Ah…ternyata begitu manja diriku ini!!
           


Didepan pintu bus travel tua, ku pandangi mereka terakhir kalinya untuk saat itu… air mata membanjiri pipi, bak meluapnya air bah yang tak tahu dari mana datangnya…
“Jaga dirimu baik-baik yah nak…!! Kejarlah mimpi mu!!”
Ucap Papa mewakili nuansa hati Mama yang dirundung galau tak ingin melepas ku pergi. Ku tahan air mata didepan mereka yang sebenarnya ingin meluap deras yang tak mungkin ku bending lagi. Senyuman manis ku lemparkan padanya…agar ku terlihat tegar dan dianggap Papa lelaki sejati diperantauan nanti. Saat itu mama melayangkan kecupan manisnya dikeningku dengan mata yang bengkak tak henti menangis, lagi…tumpah ruah menjadi satu aura kesedihan yang mewarnai.
Supir Bus travel menyalakan mesinnya, tangisan Mama belum jua terhenti, dan terlihat mata Papa berkaca-kaca…berpura-pura setegar mungkin melepaskan ku pergi. Saat itu aku tersadar…betapa berharganya diriku dimata mereka!! Aku menaiki tangga bus tua itu seraya berkata, “Pa…ma…aku sayang kalian!” Air mataku tak sanggup ku bendung lagi. Ah…itulah saat-saat dramatis dalam hidupku.
            Ternyata…begini rasanya jauh dari mereka, hidup sepi sendiri, perasaan rindu mengahantui setiap jengkal perjalanan hidup ku.
Air mataku selalu menetes, mengingat masa kecilku…memory-memory indah dulu.
“Wah.. Ternyata aku sudah dewasa ya??” Tanyaku dalam hati seraya tersenyum..
Perasaan ini seakan tak percaya, karena tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Melewati masa demi masa nan indah, menjalani setiap poros waktu yang menjadi pelajaran berharga dalam hidupku…
“Pa…Ma…hanya ucapan terimakasih yang bisa kulakukan sa’at ini…
Terimakasih atas bimbingan mu…nasehat-nasehat mu yang melebihi intan permata, terimakasih engkau telah mendidik ku, hingga menjadi seperti sekarang ini…!! Mungkin aku takkan bisa dan takkan mampu membalas semua yang telah kalian berikan untukku.
Tapi aku akan berusaha semampuku…mencoba mematuhi dan kan selalu mengingat nasehat syurga mu yang begitu mulia.
Ya Tuhan…ku lantunkan sebuah ucap syukur…
 Begitu besar keagungan-Mu…Kau telah memberikan banyak kebahagian dalam hidupku. Papa, mama, kakak, adik…adalah  beberapa bagian dari anugrah terindah yang telah Engkau berikan.
Tak ada lagi kata dan kalimat yang mampu terucap dari bibirku, selain rasa syukur ku kepada-Mu ya ALLAH…!! Rasa kagum ku kepada-Mu…
Tuhan…ditempat sujud ini hamba memohon dengan segala kebesaran-Mu, permintaan ku tidaklah berbelit-belit.
Aku hanya ingin…
“Papa dan Mama…menangis terharu dengan hasil prestasiku diperantauan ini!”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Mengkaji Puisi “Membaca Tanda-Tanda”

Kapatu Mbojo (Pantun Bima)

CONTOH: FORMAT PROGRAM SUPERVISI TENDIK

Makalah Analisis Citraan dalam Puisi WS Rendra